11-Pergi

87 14 2
                                    

Singto sudah babak belur, pakaiannya bersimbah tanah basah yang sangat kontras dengan pakaian putihnya. Di sisi sebelahnya, ada Krist dan orang tuanya memasang ekspresi ngeri karena kejadian yang tengah berlangsung di depan mereka.

Earth, sang anak tertua dari Asnee itu melampiaskan kemarahannya tepat sasaran kepada sang adik, buku-buku tangannya nampak jelas, seperti amarahnya yang tak terbendung lagi.

"Kurang ajar! Kamu udah keterlaluan! Kelakuanmu ini udah nggak bisa dimaafkan lagi!" Earth berseru marah, di depan sang ibu dan juga keluarga Krist, "Bangun!"

Tubuh Singto yang tersungkur itu di tarik Earth agar berdiri, lalu menerima pukulan kembali. Krist sungguh tidak tega, namun ia tak bisa berbuat apa-apa, mengingat Earth dan Singto tengah berada di dalam perkelahian dan Krist adalah seorang omega.

"Kamu udah mencoreng nama baik keluarga dengan hamilin Krist, terus buat ayah meninggal dan kamu masih punya muka buat dateng ke sini?!"

"Earth, udah! Kuburan ayahmu masih basah, jangan kamu ribut di depan ayahmu!" Tegur Ayah Krist melerai, sebagai alpha yang paling tua di sana, Preed mengambil tanggungjawab untuk menangani situasi ribut ini.

"Sebaiknya kita pulang," Titah Preed, ia menatap omega dan anaknya, "Ayah bakalan ngobrol sama Earth sama Singto, kalian tolong gandeng dan antar nyonya Edelweis ke rumah, kita ketemu di sana untuk ngobrol,"

Kematian Asnee sang kepala Klan itu begitu cepat, alpha yang memang memiliki riwayat penyakit jantung itu tidak bisa menerima kabar yang mengejutkan sampai membuatnya stress berat. Kematian menjadi akibatnya, dan hal itu benar terjadi.

Dengan tersebarnya berita kematian sang kepala Klan, tersebar juga berita miring tentang Singto dan kehamilan Krist. Langsung terjadi pembicaraan hangat di dua Klan sekaligus.

Hancur sudah nama kedua keluarga. Namun bedanya ketika Krist masih di Terima orang tuanya, Singto justru babak belur di tangan sang kakak. Juga ibu mereka yang tidak berbicara sepatah kata pun semakin memperkeruh suasana.

Seorang luna atau pasangan ketua Klan harusnya seseorang yang tangguh dan bijak. Begitupun nyonya Edelweis ibu Singto dan Earth. Namun kematian sang alpha yang sangat mendadak itu pun membuat sang omega terkejut dan belum bicara sejak alphanya dinyatakan meninggal.

"Ibu... Ayo ngomong sesuatu," Bujuk Earth lembut, "Atau ibu mau makan? Aku ambilin ya?"

Namun nyonya Edelweis menggeleng, ia menatap keluarga Krist yang masih berada di rumahnya, lalu menatap kedua anaknya, ia hendak membuka suaranya.

"Krist, maafkan keluarga kami karena apa yang terjadi, salahku karena terlalu memanjakan Singto sampai berbuat hal memalukan," Tutur nyonya Edelweis lemah, lalu wanita itu beralih menatap kepala keluarga Krist, nyonya Edelweis terdiam.

"Earth," Panggil nyonya Edelweis pelan, wanita itu menggenggam tangan putranya, "Kamu mau bantu ibu? Supaya ayahmu bisa tenang,"

Si sulung mengangguk mantap, "Apapun bakal aku lakuin untuk ibu sama ayah," Ujarnya yakin.

"Nikahi Krist, jadi ayah dari anaknya dan naik jabatan sama Krist jadi pemimpin Klan," Nyonya Edelweis membelai wajah Earth, "Anakku satu-satunya, mau kan?"

***

Krist termenung sendiri di taman belakang rumahnya, mengamati perkebunan sayur milik keluarganya yang tengah di panen. Omega itu terdiam sambil mengusap perutnya lembut, "Aku harus apa? Aku cuma mau nikah sama kak Singto, nggak mau sama kak Earth. Aku mending hidup sengsara daripada jadi Luna sama kak Earth, aku nggak cinta sama dia," Keluh Krist.

"Nikah sama Earth itu pilihan terbaik, kamu udah terlalu jauh permalukan keluarga kita," Krist mendongak ketika suara papanya menyahuti keluhan dirinya.

Lelaki berusia hampir lima puluh tahun itu duduk di sebelah putranya dengan perasaan yang tegar, "Seenggaknya, hidupmu dan anakmu terjamin kalo menikah sama Earth, kamu bakalan jadi Luna, dan anakmu jadi penerus Klan nantinya,"

Pemikiran orang tua selalu begitu, apalagi orang tua yang berada di kasta tinggi. Pejabat Klan, pengusaha besar, dan apapun itu yang bisa menikah dengan keluarga inti Klan, pasti berpikir untuk membuat hubungan dengan keluarga inti Klan.

"Aku nggak mau tahta atau apapun itu!" Bantah Krist, "Aku cuma mau kak Singto!" Ujarnya lalu pergi meninggalkan sang papa.

Papa Krist menghela nafas, lalu memijat keningnya pelan, "Aku nggak kenal anakku lagi, aku benci sama Singto,"

Di kamarnya, Krist menghubungi Singto, menceritakan apa yang orang tuanya inginkan, sama seperti yang orang tua Singto inginkan.

"Krist, kita ikut aja apa kata orang tua, ya? Kalo kamu ikut aku, kamu tau sendiri kalo aku diusir, aku nggak tinggal di rumah ibuku lagi!" Bujuk Singto memelas.

Semenjak kematian sang ayah, Singto ditendang keluar dari rumahnya sendiri. Nyonya Edelweis begitu murka dengan apa yang Singto lakukan sehingga merenggut nyawa sang alpha. Nyonya Edelweis yang tidak terima atas kepergian sang alpha pun mengambil tindakan, juga atas kehamilan Krist.

Alpha muda itu tinggal di rumah sahabatnya untuk sementara, sampai ia mendapatkan uang dan kembali ke uni dan pindah di sana dengan beberapa pekerjaan serabutan. Singto berpikir merelakan Krist menikah dengan kakaknya adalah pilihan terbaik, karena saat ini Singto tak memiliki apapun.

"Jadi kamu mau lepas tanggungjawab? Gitu?!"

"Enggak, Krist! Tapi kamu bayangin, aku sekarang enggak punya apa-apa! Hidup numpang dari temenku, kerja nggak jelas, kalo kamu ikut aku, kamu sama anak kita mau makan apa nanti?!"

"Setahu aku, kamu orang yang bertanggungjawab, kamu juga udah janji mau ambil tanggungjawab kalo aku beneran hamil," Tukas Krist, "Tapi lo ingkarin semua janji lo kemaren di depan Janhae sama Gun, bajingan lo Singto!"

Sambungan terputus begitu saja, karena mendengar jawaban Singto tentu mengiris hati Krist, omega itu mengira Singto akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi tanggungjawabnya karena Krist hamil sungguhan. Namun nyatanya ia lari dari ini semua.

Krist terduduk bersandar pada kasurnya, menangisi hidupnya yang telah hancur karena seorang alpha. Lagi-lagi karena seorang alpha, kali ini lebih parah dari sekedar dibodohi dan dimanfaatkan, Krist membawa janin alpha yang menidurinya.

Hatinya terus bertanya, dosa apa yang telah ia perbuat sehingga hidupnya hancur seperti ini?

"BRENGSEK! SINGTO BRENGSEK!" Seru Krist meraung di dalam kamarnya, tak peduli orang di rumahnya akan mendengar atau tidak, toh tak ada yang peduli padanya sekarang.

Namun tanpa ia ketahui, dari luar kamarnya, Tee sang kakak berdiri dengan satu set porsi makan siang sehat untuk omega hamil. Tee tidak benar-benar meninggalkan Krist seperti Singto yang lari, ataupun sang ayah yang tidak sudi untuk sekedar melihat wajahnya lagi.

"Moon, kenapa hidup adikku berat banget? Apa salahnya?"









Bersambung! Spesial update karena Singto ulang tahun, yeaayyy!🎂🎉🎁

(Sebelum) Rumah Cemara [SingtoKrist]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang