masalalu

2 0 0
                                    

"Perempuan marah tandanya sayang, perempuan tidak bisa mencari topik mangkanya cari masalah."

Ucap sebagian orang yang ku akui kebenarannya. tapi, di hubunganku yang lalu. aku sama sekali tak pernah menjadi perempuan yang seperti itu.

Tak pernah marah, Bukan berarti tak sayang.
Tapi setiap kali ku marah dia selalu balik memarahi hingga membentak ku. Sampai membuatku jujur sedikit takut. Aku anak perempuan yang tak pernah di marahin dengan nada tinggi. Hingga ketika aku bertemu dengannya. Aku sedikit takut untuk mengutarakan apa yang tak ku sukai. Memendam hingga lupa dengan sendirinya sudah biasa aku lakukan. Karena setiap kali aku bersuara apa yang tak aku sukai. Ia selalu memarahi hingga membentak ku.

Dengannya aku belajar untuk berhenti mencari masalah, mencari ribut.
Apa yang tak ku sukai pun akan sebisa mungkin ku pendam hingga lupa dengan sendirinya.
Pertengkaran suatu hal yang sangat aku hindari.

Setiap kali kami bertengkar itu pasti berasal darinya yang tak suka dengan yang kulakukan.
Ia memarahi kesalahan kecilku yang di besar besarkan olehnya.

Tapi, tak pernah sekalipun ia bertanya apakah ia pernah berbuat salah? Kenapa aku tak pernah marah? Kenapa setiap kali aku berbicara dengan lawan jenis ia marah sedangkan ia yang melakukan itu aku tak marah? Ia Tak pernah bertanya demikian.

Ia hanya mampu melihat salahku, melihat kurangku. Tapi ia sama sekali tak mampu berkaca dengan dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Setelah Hujan RedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang