Happy reading•°•°•°•°•°;•°•°•°•°•
Sorenya Nana terbangun dan jatuh sakit. Iya sayang -nya ayah itu demam tinggi. Satwira dibuat panik tujuh keliling, ini pertama kali jadi orangtua dan dia masih awam dengan mengurus anak. Sehingga satu-satunya jalan keluar adalah meributkan sang ibu untuk membantu merawat Nana.
Sebenernya tidak sulit karena Nana tidak rewel sama sekali. Tapi bagi satwira ini jadi pertanda buruk. Nana hanya meringkuk, beberapa saat alisnya terlihat mengerut dan sisanya hanya memejamkan mata. Saat ditanya diam saja dan tidak merespon apapun.
Nah, kalau begini bagaimana satwira tidak makin khawatir."Ibu anakku sungguhan tidak apa-apa?"
Ini pertanyaan kesekian yang satwira lontarkan pada sang ibu yang masih mengompres dahi Nana."Tidak apa-apa Wira, anakmu hanya demam biasa. Kamu belum memberitahu kenapa cucu ibu jadi seperti ini?"
"Ulah kara."
"Hah? Kara bagaimana bisa?"
"Few kemari."
Asisten pribadi itu berjalan mendekat dan menyerahkan tablet pada satwira.
Lantas setelahnya satwira sodorkan pada sang ibu."Lihat saja."
Itu rekaman cctv, satwira tidak bodoh untuk mencari tau alasan anak manisnya sakit. Dan ternyata itu ulah adiknya."Dasar bocah itu. Biar ibu yang coba bicara dengan nya."
Satwira mengangguk. Setelah kepergian sang ibu dari kamarnya, dia mulai mendekati Nana.
Di usap Surai hitam Nana. "Cepat sembuh fluffy, ayah sungguh rindu."
Gerakan itu tanpa sadar membangunkan Nana, kelopak mata sayu itu terbuka perlahan. Mengerjap pelan.Melihat anaknya terbangun, satwira buru-buru menegakkan tubuh.
"Nana ada yang sakit sayang, bilang pada ayah?" Tidak ada respon, satwira malah disuguhi netra berkaca-kaca anaknya.Panik, spontan membawa tubuh anaknya ke atas pangkuan. Disandarkan kepala Nana pada dadanya. "Sayang kenapa hemm? Ada yang sakit?"
Tetap tidak ada jawaban. Sekarang bulir bening menetes halus pada pipi Nana. Anak kecil itu menangis. Perasaan nana masih sakit bercampur takut. Tidak tau bingung, yang ia tau rasanya sesak sekali. Kepalanya juga pusing, perutnya tidak nyaman, badannya sakit.
Saat mendongak ia melihat netra sendu ayahnya. Nana langsung teringat kejadian sebelum dia ada disini. Kecelakaan kecil yang terjadi antara dia dan paman tadi.
Tangan lemasnya bergerak pelan membentuk huruf-huruf kecil.
"Maaf Nana nakal, tolong jangan benci Nana."
Gerakan itu sangat pelan, satwira sampai bisa mengeja dengan benar."Nana tidak nakal dan ayah tidak benci Nana."
Tangan kecil itu kembali bergerak. "Tapi paman nya marah karena Nana."
"Marah?"
"Kertasnya basah kena air gelas. Nana tidak sengaja, maaf."
Rengkuhan pada tubuh nana dipererat.
"Sayang ayah tidak marah jadi berhenti bilang maaf." Satwira bisikkan tepat pada telinga Nana yang terpasang alat bantu dengar. Ia usap punggung anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sound from Heaven
FanfictionNana itu bisu dan tuli. Sejak kecil dunianya hanya seputar rumah besar berisi teman-temannya dan bibi baik. Maka ketika Satwira Mahagar muncul dan memperkenalkan diri sebagai ayah dan keluarga. Dia bingung. 'Apakah selama ini panggilan seperti itu...