11 - Christmas

95 22 0
                                    

Dear Readers, Happy Reading 💕

Sekali lagi kutatap sarapanku, yang baru setengah termakan. Kulirik jam yang tergantung di dinding dapur. Pukul sepuluh pagi. Kumakan habis sarapanku, kemudian mencuci mangkuk dan sendok.

Kusempatkan menelepon orangtuaku. Aku bertanya kapan mereka akan datang berkunjung lagi ke Amerika? Ibuku menjawab bahwa sebaiknya aku saja yang pulang ke Indonesia karena dia sudah tidak sanggup terbang 27 jam hanya untuk bertemu denganku dan Jisung.

Aku bahkan sempat mengiming-imingi tiket pesawat Business Class kepadanya, tetapi ibuku tetap bersikeras tidak akan pernah terbang ke Amerika lagi. Kecuali bila situasinya memang darurat.

Kemudian ibuku bertanya, apakah aku sudah bertemu dengan orang baru. Aku tahu yang dimaksud ibuku adalah pacar baru. Aku berusaha menghindar, dan hanya mengatakan aku masih terlalu sibuk untuk melakukan itu. Walaupun begitu, aku berjanji sebisa mungkin meluangkan waktu agar bisa "shopping" calon suami.

"Pokoknya, Ji, jangan lupa. Kerja sih boleh saja, tetapi jangan sampai lupa cari suami, ya," pesan Ibu kepadaku.

"Ya, Bu," jawabku.

Satu jam kemudian aku menutup telepon dengan perasaan lebih lega karena orangtuaku kelihatannya baik-baik saja. Biasanya hari Sabtu aku habiskan pergi ke toko buku dan membaca-baca majalah edisi terbaru, tetapi hari ini aku merasa malas keluar rumah.

Kulihat keranjang pakaian kotor yang sudah cukup penuh, tetapi belum berlimpah. Aku pun memutuskan mencuci pakaian. Sembari menunggu hingga cucian kelar, aku mandi.

Setelah mandi kutata rapi tempat tidur, kurapikan lemari pakaian, kusedot karpet dengan vacuum cleaner sampai dua kali untuk memastikan karpet sudah superbersih. Bahkan setelah pakaian kering kusetrika semuanya dengan rapi, kemudian memasukkannya ke dalam lemari.

Kulirik lagi jam, yang sudah menunjukkan pukul dua siang. Aku lalu beranjak ke dapur untuk membuat makan siang. Setelah selesai makan siang, aku memeriksa telepon selularku untuk memastikan tidak ada text message atau telepon yang tidak terdengar olehku.

Tidak ada pesan ataupun missed call. Selanjutnya, aku menyalakan TV. Kuganti channel beberapa kali, mencari acara yang bisa menyita waktu dan pikiranku untuk beberapa jam.

Aku memilih film komedi romantis yang dibintangi Drew Barrymore, yang baru saja mulai. Aku lalu duduk menikmati film itu selama tiga jam. Ketika film itu berakhir, hari sudah gelap. Kunyalakan beberapa lampu di dalam apartemen. Jam dinding sudah menunjukkan pukul enam sore.

"Kok dia belum telepon sih?!" akhirnya aku berteriak frustrasi.

Aku agak terkejut dengan teriakanku karena pada saat itu aku baru menyadari alasan mengapa sepanjang hari ini aku merasa resah dan tidak bisa diam. Tanpa aku sadari, aku menunggu telepon dari Jen. Aku ingin mengetahui, berapa utangku untuk mengganti biaya dry cleaning sweater Armani-nya.

Tolol, tolol, tolol! Aku mengomeli diriku sendiri. Tentu saja dia tidak akan meneleponku hari ini. Dia mungkin belum sempat membawa sweater itu untuk di- dry clean. Oleh sebab itu, dia belum bisa meneleponku untuk memberitahu jumlah tagihannya.

Muncul keragu-raguan di hatiku dia tidak akan meneleponku sama sekali, meskipun sweater itu sudah di-dry clean. Hal ini disebabkan karena dua alasan.

Pertama, dia tidak menganggap kejadian tadi malam merupakan kesalahanku. Oleh karena itu, aku tidak bertanggung jawab atas sweater itu.

Kedua, dia tidak mau berhubungan denganku dan mantan pacarku yang sinting. Rasanya alasan kedua lebih masuk akal.

BLIND DATE || JENSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang