17 - Di antara Hot and Warm

134 21 6
                                    

Dear Readers, Happy Reading 💕

"I‟m guessing it was Mario who did this to you?"

Aku mengangguk. Aku sudah tidak terkejut lagi ketika Jen menyebutkan nama Mario. Jen tampaknya memiliki memori yang cukup kuat dalam mengingat nama orang.

"Saya seharusnya menghajar dia habis-habisan," geram Jen.

"Ya. Seharusnya," balasku, kemudian tertawa. Jen pun tertawa bersamaku.

"Oh... ya, aku harus mengatakan ke kamu bahwa aku sangat menikmati bagian di mana kamu berkata ke dia untuk grow up."

Aku tertawa ketika mengingat kejadian malam itu. Aku ingat, Jen sudah menghilang ketika aku meneriakkan kata-kata itu. Kutarik tubuhku dari pelukannya, dan menatapnya curiga.

"Dari mana kamu tahu tentang itu, kamu kan nggak ada di situ?"

Jen terlihat salah tingkah ketika menjawab. "Saya... saya... well you see Saya nggak yakin bagaimana dia akan bereaksi. Jadi, saya menunggu saja to make sure bahwa kamu baik-baik saja."

"Were you there the whole time?" tanyaku terkejut. Aku bisa merasakan wajahku mulai memerah.

"Ya. Saya berdiri di belakang an Expedition. Jadi, kamu nggak bisa melihat saya," jelas Jen.

Tentu saja aku nggak akan bisa melihatnya di belakang sebuah Expedition, sebuah SUV dengan ukuran supertinggi dan besar.

"Sekarang, kamu mau nggak dating dengan saya?" Jen terdengar serius kembali.

"Tentu saja saya mau. Are you kidding me? Saya belum bertemu dengan orang yang mendekati kamu kepintarannya atau gantengnya dalam waktu lima bulan ini. Kontrak saya dengan MBD sudah hampir habis, dan Rosie bakal membunuh saya kalau sekali lagi saya hanya mengkategorikan kamu sebagai warm dan bukannya hot!" teriakku frustrasi.

"Rosie itu siapa?"

"Agen saya di MBD," jawabku.

"Agen saya bernama Kim. Dia baik. Dia berkata kepada saya bahwa kamu kemungkinan besar adalah kandidat terbaik untuk saya," ucap Jen.

"Rosie juga berkata hal yang sama tentang kamu," balasku.

"So what do you think?" tanya Jen.

"About what?"

"About us."

"What about us?" tanyaku bingung.

Jen memutar bola matanya. "Apakah kamu mau lanjut dating dengan saya? Apa saya ada di zona hot atau hanya warm?"

Aku memikirkan jawabanku dengan saksama. "Kamu jelas-jelas lebih dari warm, tapi saya masih belum bisa bilang kamu hot. Saya perlu waktu untuk lebih mengenal kamu."

"Cukup adil," balas Jen.

Tiba-tiba kudengar suara perut Jen berbunyi dengan cukup keras.

"Kamu lapar, ya?" tanyaku, sambil menatap wajahnya yang sedang tersenyum malu.

"Sedikit. Kamu ingat kan tadi saya nggak sempat menghabiskan lunch saya?"

"Oh. ya. Kamu seharusnya kasih tahu saya tadi. Jadi, saya bisa masak sesuatu untuk kamu." Buru-buru aku bangun dari sofa dan berjalan ke dapur.

Kubuka lemari es dan memeriksa sisa makanan apa yang ada di situ. Ada sisa lasagna yang aku buat tiga hari yang lalu, ada nasi goreng yang kubuat tadi pagi, dan salad kentang sisa tadi malam.

BLIND DATE || JENSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang