𝑷𝒓𝒐𝒍𝒐𝒈

223 39 13
                                    

Haii gaisss, mohon bisa mengerti jika ada salah kata/ salah ketik harap beritahu saja. Terimakasih selamat membaca ya!!!

Jangan lupa follow Instagram kita [@Ailasyav] okee, untuk info update selanjutnya hehehe....

°°°°°

Malam ini begitu tenang, seakan seluruh dunia menahan napas di bawah naungan langit bertabur bintang. Di sebuah jalan kecil yang hanya diterangi lampu jalan remang-remang, langkah kaki seorang lelaki bernama Samudra terdengar perlahan, mengiringi pikirannya yang melayang jauh. Ia baru saja selesai dengan harinya yang panjang, namun sesuatu memanggilnya untuk berjalan lebih jauh malam itu.

Tanpa sengaja, ia berpapasan dengan seseorang. Wajah yang tak asing menyapanya di bawah cahaya temaram. Alena, waktu seperti berhenti sejenak ketika mata mereka bertemu.

"Samudra?" suara lembut itu memecah keheningan.

Samudra tersenyum tipis, sedikit canggung namun penuh arti. "Aku sedang menuju rumahmu," jawabnya.

Alena mengangkat alis, tak menduga, tapi langkahnya kemudian mengarah seiring dengannya. Dalam perjalanan itu, obrolan ringan mengalir di antara mereka, ditemani bisikan angin malam yang melingkupi. Dan malam yang awalnya tenang kini menjadi saksi sebuah pertemuan sederhana, namun bermakna. Sebuah kunjungan yang membawa cerita baru dalam hubungan mereka.

-----

Malam semakin sunyi, hanya suara gemerisik dedaunan yang terdengar di halaman rumah Alena. Di depan pintu, Samudra berdiri dengan sorot mata yang penuh keraguan, sementara Alena menyandarkan tubuhnya di pintu, memandang lelaki itu dengan ekspresi tak terbaca.

"Alena," ujar Samudra akhirnya, memecah keheningan. Suaranya rendah, hampir seperti bisikan. "Kamu masih marah sama aku?"

Alena menatapnya sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke samping. "Entahlah, Sam," jawabnya pelan, sengaja membuatnya menebak-nebak.

Samudra menarik napas dalam, matanya tak lepas dari wajah Alena yang terlihat lebih tenang daripada yang ia duga. "Kalau aku minta maaf lagi, kamu mau memaafkanku? Aku nggak mau ada jarak di antara kita."

Alena menghela napas pelan, akhirnya kembali menatapnya. "Samudra, aku ini selalu jadi aku. Kamu tahu itu," jawabnya dengan suara lembut, tapi samar-samar ada senyum kecil di sudut bibirnya.

Samudra terpaku mendengar jawaban itu, tapi sebelum Alena sempat berkata lagi, ia langsung meraih tangan Alena. Tanpa ragu, ia membungkuk dan mengecup punggung tangan itu dengan lembut.

Alena tersentak kecil, matanya melebar. Wajahnya langsung memerah, dan ia cepat-cepat menarik tangannya sambil menunduk, mencoba menyembunyikan senyumnya yang tersipu. "Samudra..." ucapnya pelan, setengah protes namun tak mampu menyembunyikan kehangatan dalam suaranya.

Samudra berdiri tegak kembali, menatapnya dengan senyum penuh arti. "Kalau kamu nggak marah lagi, berarti aku boleh pergi dengan tenang, kan?" godanya.

Alena hanya menggeleng sambil tertawa kecil, mencoba mengusir rasa malunya. "ishhhh, ga peka!"

Samudra tertawa, melangkah mundur sambil melambaikan tangan. "Ohh gitu, yasudah deh. Aku pergi, lagi aja!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bandung and usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang