BAB 15🥀

28 8 0
                                    

Happy reading✨

*
*
*
*

Tok!

Tok!

"Na makan dulu" panggil Andara yang berada di depan pintu kamar adiknya. Dua menit sudah namun tak ada jawaban dari dalam kamar sang empunya, laki-laki itu mengerutkan kening kentara.

"Na, keluar makan dulu!" Masih tak ada balasan, membuat Andra cemas laki-laki itu mencoba memutar gagang pintu namun tetap tak bisa, ia semakin panik saat berulang-kali ia memanggil nama adiknya namun tak kunjung juga ada tanda-tanda seseorang membuka pintu.

"Aluna, buka pintunya atau gue dobrak!" Ucap Andra tegas, laki-laki itu sudah berniat membuka dengan lengannya namun gagang pintu itu bergerak berputar membuat ia mengurungkan niatnya untuk mendobrak paksa pintu kayu itu.

Andra mematung, "Lo kenapa na?" Tanya Andra memeluk adiknya yang nampak berantakan dengan mata sembab berwarna merah.

Gadis itu menggeleng, ia menghapus cepat jejak air mata yang mengalir di pipi pucat nya. "G-gue gak apa-apa" Andra menggeleng, "bohong, beritahu gue Lo kenapa na!" Tegas Andra menatap tajam adiknya yang kini kembali menangis.

"G-gak apa-ap-"

"Aluna!" Marah Andra menarik dagu gadis itu untuk menatap tepat pada mata hitamnya, "beri tahu gue dek" ucapnya melunak.

Gadis itu terisak kencang ia mencengkram kasar kedua lengan baju santai Andra yang hanya dapat terdiam sesak, "gue lelah ka.." lirih gadis itu menyandarkan kepala cantiknya pada dada bidang andra.

Tangan kekar laki-laki itu terangkat mengusap lembut kepala adiknya yang sesenggukan sedih, "istirahat na" ucapnya pelan, gadis yang berada di dalam rangkuhannya menganguk, "istirahat seperti apa yang Lo maksud ka?" Andra membatu.

"Istirahat melerai luka.. atau istirahat untuk selamanya?"

Laki-laki itu melepas pelukannya, "jangan sembarang ngomong!" Ucapnya datar.

Gadis itu terkekeh kecil, "kenapa?" Andra melirik datar ke arah gadis berambut sebahu yang tersenyum lebar seperti tak pernah mengalami kejadian yang menimpanya barusan.

Laki-laki itu mencubit pipi adiknya yang kini berteriak kesakitan, "karna gue gak mau Lo mati duluan, harus gue pokonya!" Tegasnya tak mau dibantah.

Luna menggeleng, "kematian mana ada yang tahu ka Andra, siapa tahu aja kan gue duluan ato bahkan mereka yang lagi membaca cerita ini?" Gadis itu tersenyum manis sampai kedua gingsul lucu itu menyembul manis.

Ia memeluk kembali tubuh Andra yang kini ikut tersenyum, "makasih udah mau jadi kakak yang baik buat gue ka!" Gue kira dulu Lo juga bakal benci sama gue karna kisah ayah yang meninggal."

Luna Tersenyum kecil, "ternyata kak gue yang tampan ini tetap sama seperti dua tahun yang lalu."

Laki-laki itu tersenyum tipis, "gue gak bakal berubah putri kecil" gemas nya mencubit hidung gadis itu yang kini tertawa geli.

*
🥀🥀🥀
*

"Wets! Pak ketu dah sehat guys!" Heboh Gendra menatap senang ke arah angkasa yang berjalan pelan ke arah bangku di sebelah kanannya.

Laki-laki itu berdehem.

"Sa gimana, kondisi Lo dah pulih total?" Tanya Dika yang baru datang, angkasa menganguk singkat.

"MASYAALLAH TABARAKAULLAH! ANGKASA DAH BISA SKHUL LAGI GUYS!!" Heboh raffasyah berjalan cepat ke arah bangku angkasa yang kini tersenyum paksa ke arah teman-teman lainnya.

"Brak!!"

"Eh anj!"

"Astagafirullah! Gendra laknat!"

"Gendra bgst! Buat jantung lol lo!"

Cemoh beberapa orang kepada laki-laki berwajah imut itu, mengapa tidak di cemooh? Tangannya itu loh main geprek bangku orang aja! Mana bunyinya nyaring lagi!

Gendra cengengesan tak berdosa, nata yang baru tiba di kelasnya hanya menatap tak minat ke arah sekumpulan orang-orang tak ada kerjaan di bangku si ketua Zerlover berada.

Angkasa melirik ke arah nata yang terlihat mengambil handset bluetooth di saku seragamnya, "ta!" Panggil angkasa, nata yang baru ingin menghidupkan bluetooth, terhenti. Ia menoleh ke arah laki-laki yang masih mengenakan perban di kening.

Alis nata terangkat satu tanda bertanya.

Angkasa menggeleng, "Lo sini!" Panggilnya melambaikan tangan seperti menyuruh untuk mendekat.

Devanata yang memang malas untuk berdebat, milih mengikuti perintah ketua Zerlover itu untuk datang menghampiri bangkunya.

Uh! Jujur nata benar-benar membenci kerumunan orang-orang yang menyempit! Seperti.. tak ada kah ruang untuk cela sedikit? Mengapa harus berdempetan gitu hah?!

Nata menatap datar ke arah angkasa yang kini juga menatap ke arahnya, "gak apa-apa gue cuman mau manggil aja" jawabnya cuek.

Nata menghembuskan nafas lelah, "ngapain Lo manggil gue kalo gak ada yang penting" tanyanya yang membuat semua orang yang sibuk berbicara sendiri terdiam.

Angkasa tersenyum tipis, "gue baru aja selesai sembuh, masa mau Lo hajar ta?" Ucapnya, membuat orang-orang yang berada di sekitarnya menggeleng heran akan tingkah berubah-ubah sang ketua Zerlover itu.

Nata menggeleng, "gak jelas!" Ucapnya pergi kembali ke arah kursi tempat duduknya berada.

"Nata kalo mode gitu ngeri anjir!" Sungut Gendra melirik sedikit je arah wakil Zerlover yang duduk tenang dibangkunya.

Raffasyah menggangguk, " benar njir!"

Dika yang mendengar percakapan kedua manusia random itu hanya menggelengkan kepala, "heran gue sama ni anak, emaknya pas ngidam makan apaan ya?"

Sedangkan Angkasa.. laki-laki itu hanya tersenyum tipis, "selalu jadi gini ya, nanti kalo udah massanya gue habis jabatan gue janji bakal kasih jabatan ini ke Lo nata! Ingat Janji gue!" Ucapnya sembari menerbitkan lengkung kurva tipis.

TBC
*
*
*
*
Sempatkan vote 🔔

Semesta Untuk Aluna [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang