04. Di Serang

2.8K 240 75
                                    

Sedangkan Zayden masih terdiam setelah Jeffrey keluar dari kamarnya. Kini ia hanya sendirian di dalam kamar.

Tangannya menyentuh bibirnya yang di kecup oleh Jeffrey. Ia mengepalkan tangannya kesal. "Bajingan" Umpat Zayden dalam hati.

Perlahan ia beranjak dari kasurnya, dan berjalan sedikit hati-hati menuju kamar mandi, ia sampai di depan wastafel, lalu langsung menyalakan kerannya dan mencuci wajahnya.

Ia menatap bayangannya di kaca, ia sedikit terpesona dengan rupa tubuh yang ia tempati.

"Ini laki-laki atau perempuan?" Monolog Zayden bertanya-tanya.

Awalnya di saat ia pindah ke raga Zayden, ia sempat melihat rupanya yang cantik, manis, dan imut. Kulit putih mulus seputih susu, bulu mata lentik, bibir yang seksi.

"Aku kira kau perempuan, ternyata laki-laki, itupun membuatku terkejut jika aku dan Jeffrey tidak melakukan hal itu" Monolog Zayden sambil berdecih sinis ketika mengingat adegan memalukan itu.

Adegan dimana Jeffrey bermain ganas dan kasar padanya di ranjang, tapi sialnya ia di buat kehilangan akal sehat, dan malah menikmati permainan Jeffrey.

Dia di buat mendesah kenikmatan di bawah lelaki itu..

Memikirkan hal itu membuat harga diri Zayden terinjak, harusnya ia yang di atas dan wanita di bawahnya, tapi sekarang, malah dia yang di bawah.

Ia mengusap kasar wajahnya, baiklah, yang berlalu biarlah berlalu, lupakan hal yang pernah berlalu.

Ia mulai melangkah keluar dari kamar mandi, dan duduk di tepi kasur. Ekspresi wajahnya menjadi datar, ia merasa bosan jika terus terusan di dalam kamar.

Dulu di kehidupan sebelumnya, mungkin ia sudah duduk di kursi kerjanya dengan berkas-berkas yang menumpuk di mejanya. Tapi sekarang?, ia hanya di suruh diam dan istirahat.

"Lebih baik aku keluar untuk jalan-jalan" Batin Zayden memutuskan.

Ia beranjak dari posisi awalnya, dan berjalan menuju lemarinya, ia mengambil satu set pakaian santai, namun masih cocok untuk di bawa bepergian.

Selesai berpakaian, ia berjalan menuju pintu kamarnya, saat ia membuka pintu ia cukup di kejutkan dengan seseorang yang berdiri di samping pintu kamarnya.

Tapi kali ini bukan Andra, tapi penjaga yang lain. Ia menatap datar penjaga itu.

"Tuan muda, apa anda membutuhkan sesuatu?" Tanya penjaga itu dengan sopan.

"Tidak, aku hanya ingin ke luar" Jawab Zayden dengan nada datarnya. Namun, ketika ia akan melangkah, penjaga itu merentangkan satu tangannya untuk menghalangi Zayden.

"Maaf, Tuan besar tidak mengizinkan anda untuk keluar" Ucap penjaga itu sesopan mungkin.

Mendengar hal itu, Zayden menatap tajam penjaga itu, ekspresinya berubah menjadi dingin, aura membunuh melekat di tubuhnya, membuat penjaga itu menundukkan kepalanya takut.

Melihat hal itu, Zayden mendengus kasar, ia melengos pergi meninggalkan penjaga itu.

Penjaga itu menghela nafas, ia juga mulai mengikuti Zayden di belakang. Sedangkan Zayden hanya acuh tak acuh dengan hal itu.

Ting

Sesampainya ia di lantai satu, ia keluar dari lift di ikuti penjaga itu yang mengekorinya di belakang.

Ia menatap sekeliling lantai satu, ia mengerutkan keningnya bingung, ketika melihat banyaknya bodyguard yang berjaga, 'perasaan waktu pagi tidak sebanyak itu' pikir Zayden merasa bingung.

Namun, sesaat kemudian, ia hanya acuh tak acuh, dan melanjutkan langkahnya menuju pintu utama keluar mansion.

Note: Zayden sudah bisa berjalan cukup normal, karena rasa sakitnya sudah tak terasa.

Obsession Traps [Slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang