Sekarang jam menunjukkan pukul 11 siang, perlahan kelopak mata seorang pemuda manis yang masih tertutup perlahan terbuka dengan sempurna.
Ia mengerjab ngerjabkan matanya untuk menjernihkan pengelihatannya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar, hanya ada dirinya di kamar.
Ia menghela nafas panjang, dan mulai bangun memposisikan diri untuk bersandar pada head board.
"Sshh" desisnya meringis kesakitan.
"Sial, pasti hole ku telah lecet" batin Zayden mengumpat. Jeffrey benar-benar bermain ganas dan kasar, sampai membuatnya pingsan.
Ceklek
Pintu kamar terbuka, memperlihatkan Jeffrey yang sudah rapi dengan jas kantornya. Ia berjalan menghampiri Zayden, lalu duduk di pinggiran kasur.
Sedangkan Zayden mengalihkan pandangannya kearah lain, ia merasa enggan untuk menatap wajah Jeffrey, apalagi ketika mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, yang menyebabkan hole nya sakit.
Tapi tiba-tiba Jeffrey menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya, membuat Zayden langsung menatap tajam Jeffrey.
"Apa yang ingin kau lakukan?" Tanya Zayden menatap tajam Jeffrey, sekarang ia benar-benar waspada terhadap Jeffrey.
"Aku akan mengoleskan salep pada hole mu" Jawab Jeffrey menatap datar Zayden.
"Tidak perlu, aku bisa melakukannya—"
Perkataannya terhenti kala Jeffrey menatapnya tajam, ia menghela nafas panjang, dan meremat kuat sprei, lalu memejamkan matanya untuk meredam amarahnya.
"Terserah, tapi jangan melewati batas!" Ucap Zayden dengan nada dingin, ia menatap Jeffrey dengan tatapan penuh peringatan.
Sedangkan Jeffrey yang mendengar hal itu, hanya menganggukkan kepalanya setuju.
Zayden mulai merebahkan tubuhnya kembali, lalu membuka sedikit lebar kakinya. Perlahan Jeffrey mengoleskan salep itu, sedangkan Zayden menggigit bibir bawahnya, entahlah, area itu begitu sensitif baginya untuk di sentuh.
Jeffrey melirik kearah Zayden yang nampak menggigit bibir bawahnya, dalam hati ia terkekeh geli.
Setelah selesai mengoleskan salepnya, Jeffrey membantu Zayden berpakaian. Sedangkan Zayden hanya menurut, dan tidak membantah.
Dengan bantuan Jeffrey, ia dapat berpakaian dengan mudah. Ia memakai baju kaos putih dengan lengan panjang, dan celana yang berwarna hitam dengan panjang selutut, yang membuat. Walaupun begitu, kulit Zayden begitu kentara berwarna putih susu.
"Kau ingin berjalan sendiri atau ku gendong?" Tanya Jeffrey menatap Zayden dengan intens.
Mendengar hal itu Zayden menaikkan satu alisnya tanda tanya. "Kemana?" Tanya Zayden dengan nada datarnya.
"Ke bawah untuk sarapan" Ucap Jeffrey membuat Zayden tertegun sejenak. Sesaat kemudian, ia mengangguk, lalu bangkit dari duduknya.
Ia memberi kode pada Jeffrey untuk membantunya, Jeffrey yang mengerti, ia membantu Zayden untuk berjalan.
"Sialan, lain kali jangan kasar dengan ku, atau ku potong p*nis mu" Ucap Zayden dengan nada kesalnya. Ia benar-benar kesulitan berjalan.
"Hm, lain kali aku akan lembut" Bisik Jeffrey di telinga Zayden, membuat lelaki manis itu merinding seketika. Ia menatap horor Jeffrey, sedangkan yang di tatap hanya terkekeh kecil.
Mereka berjalan dengan pelan, namun, baru saja mereka keluar dari pintu kamar, tiba-tiba Jeffrey langsung mengangkat tubuh Zayden ala bridal style, yang berhasil membuat lelaki manis itu terpekik, dan mengalungkan tangannya pada leher Jeffrey.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Traps [Slow Up]
Teen FictionBagaimana seorang mafia yang masuk sepuluh besar, bertransmigrasi kedalam tubuh seorang lelaki manis dan cantik, dan hanya menjadi tokoh figuran. Dan sialnya ia bertransmigrasi di saat malam pertama tokoh figuran. "Siapa kau!?" "Aku suami mu" "Si-s...