Yang Rahasia

298 48 24
                                    

Jaka sekarang berada di parkiran, akibat omongan Nathan kemarin membuat pemuda itu gelisah semalaman makanya dia berada di parkiran dengan maksud menunggu Yaso, pemuda itu belum muncul-muncul dari tadi padahal di grup chat mereka bertiga janjian untuk datang jam 13:00 tepat. Hampir menunggu sejam lebih kira-kira tapi dua kawannya itu tak datang-datang juga makan dengan setengah hati pemuda itu bergeser dari parkiran menuju gedung fakultasnya dan menaiki tanggal karena hari ini ia ada satu mata kuliah. Ia memasuki kelas dan memilih duduk di pojok barisan tengah.

Tak lama sejak ia duduk, pintu kelas terbuka dan menampilkan Yaso dan Rama yang terlihat seperti kelelahan — karena sedang kesal pada mereka, Jaka nampak tidak peduli dan fokus memainkan ponselnya. Ia melirik kedua kawannya itu yang sedang menghampiri dirinya.

"Sorry-sorry Jak, kena macet tadi." Kata Rama menjelaskan, tentu pemuda yang sedang marah itu menyadari bahwa kawannya terlihat berkeringat.

"Ya, nggak apa-apa." Jawabnya tapi pandangannya masih fokus pada ponsel, cara jawabnya pun ogah-ogahan.

"Marah lo?" Kali ini Yaso bersuara, ia duduk di depan Jaka.

"Gue? Mana ada, lo lihat muka sumringah gue nih?" Djakarta membuat senyum di wajahnya seolah-olah ia senang walau bisa dengan jelas dilihat oleh kawannya bahwa itu bentuk sarkas darinya.

"Yeee ngambek!" Yaso mengacak rambut Jaka, ia membalikkan badannya ke depan sedangkan Rama memilih duduk di samping Jaka.

Melihat reaksi temannya yang biasa saja, Jaka merasa bahwa ia terlihat berlebihan apalagi dengan berpikir bahwa Yaso 'cemburu', aduh sintingnya dia berpikir begitu.

"Nanti mau ke kantin nggak?" Yaso kembali membalikkan tubuhnya ke arah Jaka dan Rama, ia memamerkan senyumnya.

"Bebas, ngikut aja." Jawab Rama, akhirnya Yaso berpaling ke arah Jaka untuk menerima jawabannya, "hah? oh iya, gue ngikut aja lagian gue juga laper."

"Nah mantap." Lagi-lagi Jaka mempertanyakan dirinya sendiri, apakah dia gila?

***

Waktu berlalu, sore datang dan sekarang mereka berada di kantin, Yaso sedang mencuci tangan dan tempatnya tak jauh dari meja mereka. Jaka menikmati baksonya namun tiba-tiba ponselnya berdering, menunjukkan nama Nathan disana. Ia mengernyit tapi tak segera mengangkat sebelum suara Rama menginterupsi aksi makannya.

"Nggak mau angkat?" Jaka menggeleng saja, takut makin diracuni pikiran aneh dari Nathan.

"Siapa yang nelpon emangnya?" Yaso nimbrung, tak lama ia mendudukkan dirinya di samping Rama.

"Nathan." Jawab Rama tenang, ia menyantap makanannya dengan hikmat.

Jaka melihat Rama yang santai lalu saat ia mengalihkan pandangannya ke arah Yaso, pemuda itu bisa melihat ekspresi tak enak dari Yaso. Ia menundukkan kepalanya dan mengingat ucapan Nathan, "kenapa nggak angkat?" Ia tiba-tiba bersuara.

"Gue lagi males." Jawab Jaka canggung.

"Penting kayaknya sampai di spam chat tuh." Mendengar itu, si calon pembelot — sepertinya — langsung melihat layar ponselnya, ia mengambil benda pipih tersebut dan membuka room chat Nathan.

Nathan kampus sebelah

lo kosong nggak dari sore ke malem?

tiba-tiba? knp?

mau ngajak lo ke juanda

ngapain njir

main doang, mau ga? kl ga ya gue ajak yg lain

Voor DjakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang