⟢𝐕𝐄𝐑 𝟏.𝟖 || ɘmɒИ'𝘀 𝗣𝗢𝗩

173 27 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


✦   .  .   ˚ .      . ✦     ˚     . ★⋆.

   .     ˚     *     ✦   .  .   ✦ ˚      ˚ .˚      .  .   ˚ .             ✦


Apakah memang aku sebegitu tidak boleh bahagia?

Siapa lagi yang bisa aku percaya?

Berapa lama lagi untuk menahan rasa sakit ini?


-ˋˏ✄┈┈┈┈┈┈┈


"Bertahanlah, Name..."

"Putriku yang malang, jangan menangis..."

"Kamu akan bertahan hidup..."

"Belum waktunya kamu menyerah..."

"Genggam tangan ibu, Name...."

Di saat pertama kali aku menghadapinya, aku tidak merasa takut. Bagiku, melawan salah satu yang terkuat itu suatu kesempatan besar. Aku bisa menggunakan kekuatanku sepenuhnya. Menang adalah bonus, aku tidak wajib menang. Aku senang karena bisa melawan yang dianggap sebagai salah satu yang terkuat.

"Bagaimana kamu bisa begitu kuat?!" Tanya Lysin yang sudah terpojok oleh aku.

"Aku juga tidak tau, semangat bertarung aku datang begitu saja. Sekarang, jawab pertanyaanku. Kamu itu sebenarnya memihak kepada siapa? Kepada manusia atau batu mulia?"

"Aku... Hanya memihak pada Oroboros!"

"Kamu memihak pada keserakahan?! Kamu tau kalau itu buruk. Mengapa kamu memihak padanya?!" Tanya aku dengan begitu kebingungan.

"Karena hanya dengan itulah, kami bisa hidup..."

"Apa?"

Tiba-tiba ada sesuatu yang menusukku dari belakang. Ketika aku menengok ke belakang, ada sekawannya. Aku berniat untuk melawannya, namun kekuatan mereka jauh lebih kuat. Aku sudah berusaha menahannya sekuat tenaga. Namun, aku hanyalah manusia biasa yang bisa merasakan sakit.

"Berani-beraninya kamu menyakiti Lysin, manusia rendahan." Kata Vescor.

"Kalian ini bertindak seperti pahlawan kesiangan!" Aku berniat untuk menusuk Vescor.

𝐁𝐄𝐘𝐎𝐍𝐃 𝐒𝐄𝐋𝐕𝐄𝐒 || 𝐇𝐨𝐧𝐤𝐚𝐢 𝐒𝐭𝐚𝐫 𝐑𝐚𝐢𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang