AUTHOR POVAcara pernikahan kemarin berjalan dengan lancar keluarga Anne sekarang tinggal bersama di Mansion milik Dawyne.
Hari ini adalah hari dimana keluarga dawyne menyambut keluarga baru mereka dengan makan malam bersama.
Anne sedang sibuk di dapur mencicipi semua makanan yang akan dihidangkan bersama para pelayan yang membantunya, sedangkan Dawyne masih bersiap dikamarnya.
Lalu, terlihat Harry yang sibuk membenarkan rambutnya yang ikal nan panjang itu, dan gemma yang sibuk membenarkan bajunya.
Tapi, kemanakah margot dan madelline berada?
MARGOT POV
Aku berjalan kesana kemari untuk mencari liontin ku yang hilang, sudah kucari di semua sudut ruangan ini dan hasilnya nihil.
"bodoh sekali, aku melakukan kesalahan yang fatal jika liontin itu tidak segera kutemukan." Gerutuku kepada diriku sendiri.
"ah, aku akan mencarinya di kamar madeline."
Aku berjalan keluar dari kamarku menuju ke kamar madeline.
Letak kamar madeline berada di ujung dekat dengan tangga menuju Loteng.
Kamar harry berada tepat di depan kamar madeline, sedangkan kamar gemma berada di depan kamarku.
Ya memang seperti inilah design rumah kami, tidak jelas.
"memang ku akui diriku sangat ceroboh, bagaimana nanti kalau ayah tahu bahwa liontin pemberian ibu hilang. Pasti aku akan dimarahi olehnya" aku terus menerus menggerutu kepada diriku sendiri.
"Tok tok tok" suara pintu kamar diketuk dan tak lama memperlihatkan sang empunya membukanya secara perlahan.
"hei, ada apa mar?" tanya madeline kepadaku.
"apa kau melihat liontin ku?" kulihat madeline mengerutkan dahinya.
"liontin ibu maksudmu?" tanyanya.
"iya, liontinku hilang?" seketika madeline yang kulihat tadi beraut wajah tanpa ekspresi berubah menjadi seperti orang kesurupan.
Dia sangat panik.
"oh Tuhan margot!! Bagaimana bisa hilang? Bagaimana kalau ayah tahu soal hal ini?" tanyanya secara bertubi-tubi dan aku hanya diam.
AUTHOR POV
Makan malam akan segera dimulai, seluruh keluarga dawyne sudah berkumpul di meja makan yang besar nan megah ini.
Anne dan dawyne memperlihatkan kemesraan mereka didepan anak-anak mereka.
Gemma sedang mengobrol dengan margot, sedangkan Harry melihat mereka mengobrol, dan tatapannya sekarang teralih kepada madeline yang terlihat murung dan bingung.
HARRY POV
Gemma dan margot memang serasi, mereka sedari tadi mengobrol tanpa berhenti bagaikan burung yang sedang kelaparan.
Sampai-sampai telingaku ini rasanya ingin sekali ku sumpal dengan kapas.
"kenapa dia diam saja" tanyaku dalam hati sembari melirik madelline yang terlihat murung tidak seperti biasanya.
Anak itu memang terlihat berbeda sekali dengan adiknya.
Adiknya sangat aktif sedangkan dia seperti mainan anak yang sudah hampir habis baterainya.
"bagaimana harimu?" tanyaku kepada madeline hanya untuk sekedar basa-basi.
"baik, bagaimana dengan dirimu?" jawabnya kepadaku dengan suara lembutnya.
"sangat buruk, karena banyak pekerjaan yang menumpuk" kulihat dia menjawab dengan anggukan disertai dengan senyuman kecilnya.
"ngomong-ngomong, apakah hari ini kau melukis?" tanyaku, karena dia senang melukis kan, apa salahnya menanyakan hal itu.
"ya, aku melukis di sungai tadi" madeline menjawab sembari menenggak minuman yang ada didepannya.
"Pantas saja tadi ayah mencarimu tapi kau tidak ada di kamar. Sudahi saja hobi melukismu mad, kau harus melanjutkan bisnis ayahmu ini." Ucap dawyne kepada anak pertamanya itu.
MADELLINE POV
"Not this time dad, kita bisa membahasnya lain waktu" jawabku kepada ayah.
Aku tidak mau membahas hal ini di keluarga baru ini. Maksudku, ini kali pertama kita mengadakan pertemuan yang intim.
"kita bisa membahas hal ini sekarang, ini keluargamu mad. Dan disini ada ibumu, kakakmu gemma dan harry yang sekarang sudah menjadi pebisnis hebat. Kau bisa belajar dari mereka" ucapan ayah sangat memuatku kesal.
Pasalnya, dia tidak pernah mengerti apa yang aku inginkan selama ini.
Aku hanya terdiam ketika ayah msih membicarakan soal bisnis sedari tadi, bahkan ia menyanjung kerja keras margot karena ingin masuk dunia bisnis seperti dia dan mereka semua.
"kenapa kau tidak tertarik pada dunia bisnis mad?" tanya gemma kepadaku.
"Dunia bisnis tidak menarik, tidak berwarna dan akan suram ketika diterapkan dihidupku" jawabku dengan nada bercanda.
"kau memang masih sama mad, masih seperti anak kecil tidak seperti margot yang sudah cukup dewasa pemikirannya." Ucap ayah yang lagi-lagi sangat membuatku kesal.
Bisakah ia sekali saja tidak membandingkanku dengan margot.
"hahah iya mad, kau dan origami warna-warni mu itu memang tidak bisa di pisahkan" ucap margot dan kujawab dengan cengiran sinis.
Aku sudah terbiasa ketika margot mengejekku, semua yang ia laukan sudah kebal di hidupku ini.
"sudah makanlah dulu, benar yang dikatakan madeline kita bisa membicarakan bisnis lain waktu." Bagaikan penyelamat hidupku anne menyudahi percakapan panas tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
LA VITA NUOVA
FanfictionHidup penuh dengan warna adalah impian Madeline. Gadis pecinta origami itu harus menerima kenyataan pahit dalam hidupnya. Akankah, ia tetap bertahan atau dia lari dari kenyataan itu?