MADELINE POV“mau kemana kau mad, ini masih pagi sekali?” tanya margot dengan membawa beberapa roti selai di tangannya menuju ke arah meja makan.
“aku ada urusan dengan temanku” jawabku santai sembari berjalan mendekati margot yang sedang meletakkan roti di meja makan.
“aku mau satu” ucapku lalu margot memberikan roti itu kepadaku.
“Pasti kau akan berkumpul dengan komunitas melukismu itu kan?” terdengar suara yang tak asing di telingaku.
“Tidak, aku tidak melukis hari ini.” Jawabku kepada ayah, sembari mengunyah roti yang baru saja masuk ke dalam mulutku.
“balik ke kamarmu, ayah tidak memberimu izin untuk keluar hari ini.”
Oh Tuhan, musibah apalagi ini kenapa dia sangat menyebalkan.
Semua orang sekarang sudah berkumpul di ruang makan, mereka sedang menatapku dengan tatapan bingung.
“sudah dua minggu kau selalu pergi di pagi hari mad, dan aku juga melihat mu menyelinap di malam hari dua hari lalu. Kemana saja kau ini?” tanya ayah dengan nada marahnya.
Anne berjalan mendekati dawyne dengan niat menenangkannya.
“aku bemain dengan niall” jawabku dengan nada yang datar.
Tadi malam ia menelponku dan menanyakan lirik lagu yang ku tulis untuknya. Lalu, aku menjawab akan mengantarkannya besok pagi.
Ketika kalian bertanya, kenapa aku tidak mengirimnya lewat pesan telepon seluler. Aku sangat merindukannya, hampir satu tahun aku tidak melihatnya itu jawabanku.
“Anak gelandangan itu ternyata masih menemui mu huh? Apakah dia masih bernyanyi di pinggir jalan layaknya pengemis?” ucapnya dan membuatku naik pitam.
“bisakah kau tidak merendahkan orang lain!?” aku menaikkan nadaku satu oktaf kepada ayahku sendiri.
Seluruh ruangan menjadi panas seketika, sorot mata mereka menuju ke arah kami. Seakan sandiwara pertunjukan akan dimulai.
“Dia memang anak gelandangan yang sudah membully margot kala itu, aku sangat membencinya” ucap ayah.
“tapi aku membelanya bukan? Aku membela margot di depan niall dan teman-temannya.” Ayah mulai berjalan mendekatiku dan ia melihat sesuatu yang seharusnya dia tidak lihat.
“DIMANA LIONTINMU?” tanyanya dengan nada menyentak.
PLAK
Tamparan keras dari tangan ayahku berhasil mendarat dengan mulus di pipiku, yang membuat orang-orang disana sangat terkejut dengan apa yang diperbuat olehnya.
“KAU MEMANG ANAK KURANG AJAR, KAU TIDAK TAHU DIRI MAD. SUDAH BERTAHUN-YAHUN AKU SANGAT KESAL DENGANMU. HOBIMU, KESUKAANMU TERHADAP SENI. AKU SANGAT MEMBENCINYA. AKU SANGAT TIDAK MENDUKUNG KAU TERJUN KE DUNIA KHAYALANMU ITU MAD!” ayah masih melihatku dengan tatapan yang tidak bisa ku jelaskan, dia sangat marah.
Ternyata selama ini dia sangat membenciku. Aku hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun dari mulutku.
Aku melihat sekitarku dengan mata berkaca-kaca. Kulihat mergot berjalan mendekatiku dan berniat menjauhkan ku dari ayah. Tapi aku tetap diam di tempat dan tidak bergerak sama sekali.
“Harry, bawa dia ke kamar. Pastikan kamar itu terkunci, aku akan menghukumnya selama yang ku mau. Aku sangat muak dibuat olehnya” ucap ayah lalu pergi dari hadapanku dengan amarah yang masih mengebu-gebu, dan disusul oleh anne.
Harry memegang tanganku dan membawaku ke kamar. Aku berusaha untuk tetap tegar dan tidak menangis.
Kenyataan pahit seperti ini kenapa harus terjadi didalam hidupku. Hari ini semua nya hancur, pertemuanku dengan niall.
Kami berjalan dalam keheningan, baru semalam aku dan harry mengobrol tentang niall dan apa yang terjadi sekarang.
Sesekali aku melihat ke arah harry yang juga menatapku dengan wajah kasihannya itu.
"Jangan kasihani aku, aku tidak papa" ucapku sembari tersenyum kepadanya.
Senyuman ini begitu menyakitkan untukku. Aku harus berpura-pura selalu baik-baik saja di depan orang lain. Padahal, kenyataanya hidupku sedang hancur.
"Kau masih bisa tersenyum mad, maafkan aku. Aku tidak bisa membelamu" ucapnya dan tak terasa kami sudah di depan kamarku.
“kita sudah sampai” ucapku.
"Don"t be sorry harold. Kembalilah ke kamarmu, ini sudah larut." Ucapku kepada harry.
Aku masuk kedalam kamarku dan mengambil kunci agar ia bisa mengunciku dari luar seperti perintah ayah.
“kau bisa mengunciku dari luar”ucapku
"Good night harold” ucapku sembari menutup pintu dan meninggalkan harry sebelum ia mengatakan sesuatu kepadaku.
HARRY POV
“good night harold" ucap madeline sembari menutup pintu kamarnya, sebelum aku menjawabnya.
"Apa yang baru saja ia katakan, ia memanggilku harold" gumamku seraya berjalan menuju kamarku.
“kejam sekali dawyne kepada putri nya yang satu ini’” ucapku dalam hati.
Aku sangat merasa kasihan terhadap madeline, sejak pertama tinggal di rumah ini perlakuan dawyne ke margot dan madeline sangat berbeda.
Aku hanya berpikir mungkin karena margot bisa menjadi apa yang dawyne inginkan sedangkan madelline tidak bisa.
![](https://img.wattpad.com/cover/368650217-288-k221719.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LA VITA NUOVA
FanficHidup penuh dengan warna adalah impian Madeline. Gadis pecinta origami itu harus menerima kenyataan pahit dalam hidupnya. Akankah, ia tetap bertahan atau dia lari dari kenyataan itu?