lumayan panjang tapi gak sepanjang yang sebelumnya
selamat membaca~~
[3]
Aku mengeraskan rahang, jantungku mulai berdebar. Zombie itu sudah 10 meter di depan mata. Saat sudah lima meter di depan, sebuah aroma kuat menyerang indra penciumanku.
Rasanya pusing. Hingga aku melihat kedepan.
Ini aneh, suasana jalanan terlihat normal, lampu-lampu jalanan menyala, kendaraan berjalan dengan tenang, orang-orang pun berjalan dengan normal. Aku sungguh terkejut dengan apa yang ku lihat.
Di depan sana, aku dengan sangat jelas dapat melihat Anne dengan setelan seragam. Ia melangkah dengan lambaian tangannya. Aku diam. Apakah ini benar? Anne satu-satunya objek yang hanya bisa kulihat. Senyum manisnya, rambut yang tergerai berhembusan oleh angin, Anne melambai mendekatiku. Semua keanehan ini tak terbayangkan kala Anne berada dihadapanku. Sorot mata coklat itu menabrak legam hitam mataku.
Hingga, wajah Anne berubah, dan aku tersadar. Zombie itu memiliki tipu daya. Aku tersadar dengan kepala ku yang rasanya telah dihantam oleh batu yang sangat besar. Aku menahan zombie berlendir itu dengan tongkat ku. Kekuatan kami kalah. Hingga akhirnya aku mendorongnya ke belakang.
Aku melangkah, keringat mulai bercucuran. Ditengah pertarungan dengan satu zombie ini, aku mulai mencium sesuatu dan pertanyaan dibenaku mulai muncul.
Bau ini, bau alkohol. Sebelumnya aku pernah mencium aroma ini dari tubuh Ayah yang mabuk. Dan bau ini mulai tercium dari tubuh sang zombie. Aroma lagi mulai muncul, yakni aroma pekat yang membuat pusing.
Alkohol-aroma yang menyerang-halusinasi. Aku mengerti.
Awalnya aku memang tak tahu mengapa zombie tiba-tiba saja menyerang kota. Tapi kalau tentang kerusakan saraf otak, mungkin semuanya masuk akal.
Sebelumnya aku bertemu zombie urat merah, yang kemungkinan saat masih menjadi manusia, ia adalah orang yang sering mencaci orang lain hingga tak sadar saraf otaknya berubah dan membuat saraf baru yang bikin seseorang menjadi tak sadarkan diri, dan muncul tanda-tanda keanehan dari fisiknya.
Kalau zombie dihadapanku mungkin orang yang dulunya selalu menggunakan narkoba dan alkohol? Lalu, bagaimana dengan urat-urat di wajah Anne, Volt dan wajah Ayah? Anne dan Volt mengeluarkan urat berwarna putih pucat, sedangkan ayah berwarna ungu.
Aku menghela tak bisa berpikir lagi kala Zombie mulai bergerak hendak menyerang lagi. Lendir-lendir hijau keluar makin banyak dari beberapa titik tubuhnya. Zombie itu mengeram, mengeluarkan darah dan lendir dari mulutnya hinga menetes ke jalanan.
Aku melangkah kebelakang. "Jangan menghirup." Ucapku pada diri sendiri. Zombie itu mendengar, ia lalu berlari ke arahku.
Aku segera memukulnya di bagian titik vital manusia normal. Tapi tidak dengan zombie di depanku. Kupukul kepalanya berkali-kali pun ia tak lumpuh. Padahal zombie urat merah yang kutemui saat itu dengan sekali pukul di area kepala, ia langsung tewas.
Aku mencekram kuat tongkat kasti ku. Mencari titik-titik yang kemungkinan dapat melumpuhkan zombie itu.
Ide pun muncul kala zombie kembali mengeluarkan lendir hijau.
Mungkin saja titik-titik keluarnya lendir ialah kelemahan zombie itu. Dengan diri yang yakin, aku melirik begian titik tubuh zombie itu. Bagian leher, mulut, mata kanan, telinga, juga tepat di tengah dadanya. Semua itu titik keluarnya lendir hijau yang mirip slime.
KAMU SEDANG MEMBACA
Venus Apocalypse
Teen FictionDiri sendirilah masalah terbesar melebihi dari seluruh kerusakan yang menimpa bumi. diri sendirilah yang paling menyakikan dan yang paling menyakiti dari hal apapun di luar sana. Venus harus melawan zombie untuk mencari sebuah kebebasan dan ingatan...