#FOUR orang-orang

12 1 1
                                        

VOTE ^^

***

Ini benar clue ketiga, tapi mengapa aku tak bisa melihat sesuatu dari kartu itu? Bahkan kotoran pun tidak ada. Aku menghela. Kini sudah hilang tujuanku.di luar sana zombie sudah sangat banyak dan yang paling mencolok adalah segerombolan zombi yang menyerbu suatu mobil yang nampak masih bergerak dengan cepat.

Aku menyipitkan mata, mencoba mencari informasi dari hal yang ku lihat. Benar saja mobil itu berisi orang yang masih selamat, dan mencoba menyelamatkan diri. Aku hanya diam tanpa sebuah niat. Baguslah jika aku bukan satu-satunya yang masih selamat dan bertahan di luar ruangan. Tapi, aku yang hilang tujuan ini harus apa? Tak mungkin aku terdiam di rumah pohon ini sampai malam datang. Perutku butuh diisi sesuatu.

Dan lagi, matahari mulai terik dan tempat ini mulai sumpek. Aku menarik napas lalu menghembuskannya dengan kasar. Melirik pada tongkat kasti ku yang kotor, aku mengambilnya dari tempat kasti itu terbaring. Kasti ini cukup ringan tapi dengan gampangnya aku bisa mengalahkan sejumlah zombie yang menghambatku berjalan hingga sampailah aku di sini.

Sampailah aku selamat tanpa luka. Walau aku tak tahu apakah aku terluka di dalam. Di lubuk hatiku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana dunia perlahan hancur.

Aku mengelap kotoran atau darah yang berada pada tongkatku menggunakan sarung tangan yang terdapat di dalam tas. Setelah dirasa cukup bersih dan tak sekotor yang sebelumnya, aku menyimpan tongkat itu kembali ke asalnya.

Aku melirik ke luar jendela lagi, bingung harus melakukan sesuatu sendirian di hari yang mataharinya mulai naik. Hingga aku menemukan sesuatu yang kini kurasa menegangkan.

Mobil yang kulihat sebelumnya kini berhenti di tengah jalan dengan asap yang keluar dari mesin-mesin mobil itu membuat atensi para zombie kini terarah pada mobil van hitam. Aku bisa melihat di dalam mobil sekitar tiga orang yang kini terlihat sangat panik. Kedua dari tiga orang saling berpegangan tangan, sedangkan satu orang di bangku kemudi terlihat tengah berusaha menyalakan mesin.

Entah suruhan darimana, aku memiliki ide. Kuambil tongkat kastiku, lalu aku mengeluarkan tangan kanan beserta tongkat yang kugenggam ke luar jendela rumah pohon.

Buk Buk Buk

Aku memukul dinding rumah pohon dengan tongkatku membuat zombie itu diam, lalu melirik ke arahku. Bukannya berlari menjauhi mobil dan mulai mendekati rumah pohon, tapi yang datang malah zombie dari arah lain. Berlari pincang, saling berdesakan, lalu bisa kucium aroma darah yang sangat pekat kala zombie sudah berkerumun di bawahku.

Aku bergidik ngeri.

kini kedua yang selamat sama-sama terjebak di tengah-tengah para zombie. Aku terduduk. Melirik ke bawah bukan ide bagus. Oleh sebab itu, aku harus menunggu di sini sebentar sampai suasana sedikit mereda dan hatiku sedikit tenang. Lalu kulihat lagi orang-orang dalam van itu.

Dan mereka akhirnya keluar dari sana dengan memanjat dari atap mobil yang nampaknya bisa dibuka. Mereka berdiri di atas sana, lalu diam tak berkutik. Salah satu dari ketiganya nampat menginjak tangan zombie yang hendak naik ke atas. Dan nahas, kaki orang itu digenggam erat oleh para zombie membuat orang itu tertarik dan jatuh ditelan para zombie. Kedua yang lain memekik menyaksikannya.

Tapi, sebagian tempat yang dikerumuni sedikit kosong dan itulah celah mereka untuk kabur. Keduanya pun melompat dari celah kosong itu, berlari menuju suatu mobil yang nampak baik-baik saja. Mereka menutup mobil, lalu tancap gas dari sana dengan zombie yang mengejarnya dari belakang.

Aku menyaksikan kepergian mereka. Aku diam, lalu setengah berdiri dan menyembul keluar dari jendela rumah pohon. Setengah badanku sudah berada di luar, dan kini aku melirik kesana- kemari mencari tempat aman sementara. Aku menengadah, menatap atap rumah pohon yang datar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Venus ApocalypseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang