𝗕 % Bab 3

243 30 0
                                    

Ayam mulai berkokok dipagi hari, mata Aventurine terbuka perlahan karena bisingnya suara ayam itu "berisik amat ayam tetangga" gumam si lelaki pirang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayam mulai berkokok dipagi hari, mata Aventurine terbuka perlahan karena bisingnya suara ayam itu "berisik amat ayam tetangga" gumam si lelaki pirang itu. Dia perlahan mengalihkan pandangannya kearah jam dinding dikamarnya, itu masih jam 5.30 jadi dia berniat untuk tidur kembali, tapi dia harus pergi ke sekolah. Aventurine menguap sambil meregangkan tubuhnya, piyama miliknya terangkat sedikit menunjukan sedikit bagian dari perutnya itu. Lalu dia diam dikasurnya sebentar untuk mengumpulkan kembali nyawanya.

Setelah itu Aventurine langsung pergi untuk mandi, karena dia tak ingin orang orang kabur hanya karena dia tidak mandi. Dia tidak terlalu berlama-lama di kamar mandi hanya sebuah mandi yang singkat (mandi koboy namanya). Dia mulai menggunakan seragamnya lalu berkaca sedikit dan menyemprotkan parfum miliknya kesekitar tubuhnya. Setelah itu dia mengemasi buku bukunya kedalam tasnya lalu berjalan menuruni tangga menuju kearah ruang makan, dimana kakak perempuannya telah menunggunya disana bersama makanan yang telah dibuat.

"Kamu hari in harus sarapan pakai nasi ya, hari ini ada upacara. Nanti kamu malah pingsan lagi" kata gadis berambut pirang itu alias kakak dari Aventurine. Aventurine disana menatap kakaknya dan menghela nafas pelan "Kak, aku bukan anak kecil tau? Dan aku ini udah besar, apalagi aku itu cowo. Ga mungkin aku pingsan" cibir si lelaki pirang itu. "Walaupun kamu bilang begitu kakak ga percaya deh" Kakanya disana terkekeh pelan, Aventurine sendiri agak tersinggung dengan ejekan itu tapi dia tidak membawa serius candaannya.

Aventurine menarik salah satu kursi yang berada didekat meja makan lalu duduk dikursi itu dan mengambil makannnya. Rumah miliknya bisa dibilang cukup besar dan setidaknya menunjukan itu seperti rumah orang kaya, lagipula dia memang kaya toh. "Rasa masakan kakak enak, kayak biasanya" ucap Aventurine selagi dia memakan sarapannya itu. Mendengar perkataan adiknya, Kakanya tertawa pelan karena merasa senang mengetahui bahwa adiknya menyukai masakannya "Baguslah, kayaknya kalau kakak masuk masterchef pasti juara 1" canda sang kakak.

[ SKIP TIME ]

Murid-murid di Sekolah IPC berbaris sesuai barisan kelasnya di tengah-tengah lapangan, dimana sinar matahari pagi menerangi mereka. Entah sudah berapa lama Aventurine berdiri disana, awalnya dia baik-baik saja, lagipula dia sudah sarapan tadi pagi dan tentu saja tak perlu khawatir tentang dia pingsan atau tidak. Entah kenapa secara tiba-tiba perutnya terasa agak sakit, dia berusaha tetap berdiri tegak tapi perutnya benar-benar sakit. Perlahan juga pandangannya menjadi agak kabur dan semakin lama menjadi buram, suara kepala sekokah yang sedang berpidato ditelinganya menghilang dan hanya digantikan oleh sebuah suara dengungan keras. Tubuhnya agak oleng karena kepalanya juga mulai sakit 'ini gua mau mati ya..' batin Aventurine yang bahkan sangat linglung.

Sebelum dia sempat bergerak atau terjatuh, seseorang menarik lengannya dari belakang dan membawanya berjalan kearah kursi terdekat disana, lalu mendudukannya. Orang yang membawanya itu adalah M/n, laki-laki berambut (h/c) yang ia kenal dari kelasnya. "Lu kenapa anjir? Pucet banget muka lu, minum dulu sana" ucap M/n dengan nada yang tidak sekeras biasanya. Aventurine berusaha menghilangkan suara dengungan dan ke-keburan dimatanya dengan duduk diam dulu disana. Wajahnya sangat pucat, M/n dapat melihatnya dengan jelas "Lu ga sarapan?" Tanya M/n. Aventurine mengangkat kepalanya sedikit untuk menatap M/n yang berdiri didepannya.

"Gua makan kok, gatau kenapa begini.." aventurine berkata dengan nada lemas, suara dengungan dan pandangannya sudah kembali normal tapi kepalanya masih agak sakit. "Lu minum dulu gih, gua temenan ke kelas ya?" M/n lalu mengulurkan tangannya kearah Aventurine tapi dia tak menunggu Aventurine untuk mengambil tangannya melainkan langsung mengambil tangan Aventurine dan membawanya.

"Kalian mau kemana?" Seorang guru yang berdiri ujung lapangan dekat pintu masuk sekolah itu bertanya. "Saya mau nganterin teman saya ke kelas, dia mau pingsan kayaknya" M/n menjawab sang guru itu, dan guru itu langsung menatap Aventurine yang berada disebelah M/n. "Kamu ke UKS aja ya? Kamu pucet banget" lirih guru itu dan M/n mengangguk sebagai tanda setuju. Tapi Aventurine menggeleng pelan, dia bukannya tak mau.. Malahan impian dia adalah masuk ke UKS, tapi dia terlalu malu untuk pergi kesana.

"Gapapa... Saya kuat bu, tiba-tiba banget begini" suaranya agak serak tapi setidaknya tidak parah. "Yaudah kamu minum dulu aja sana, M/n urus dia dulu tapi ingat jangan bolos upacara! Kamu ga sakit atau apa kan? Abis nganterin Aventurine kamu harus langsung ke Lapangan, ngerti?" guru itu memerintahkan M/n dan dibalas dengan anggukan olehnya. Keduanya berjalan menuju kelas, Aventurine sudah merasa baikan dan tidak terlalu pusing seperti sebelumnya. Entah kenapa laki laki-laki ini peduli padanya, padahal mereka bahkan baru berkenalan sebentar.

Keduanya sampai di ruang kelas, Aventurine duduk dikursinya dan diam. "Minum, mana minum lu" M/n bertanya tapi Aventurine tidak mejawab. "Gua ga bawa minum" jawab Aventurine dengan ragu-ragu, dia mendengar suara elahan nafas dari M/n. M/n pergi ke meja miliknya sendiri lalu mengobrak-abrik tasnya dan mengambil botol minum miliknya kemudian kembali ke temoat dimana Aventurine duduk. M/n memberikan minumnya kepada Aventurine dengan tatapan netral "Minum punya gua aja dulu, muka lu kayak orang mati" M/n sedikit mencemoohnya, awalnya Aventurine ragu tapi yasudahlah lagipula tenggorokannya benar-benar kering.

Dia meminum air yang ada dibotol milik M/n dan untungnya dia tahu diri jadi dia tidak menghabiskannya "Makasih, sorry botol lu jadi kotor" gumam Aventurine. "Gapapa santai aja, toh sama sama cowo" M/n lalu menaruh botolnya dimeja milik Aventurine karena mejanya terlalu jauh dari situ. Dia mengulurkan tangannya kearah Aventurine, tepatnya adalah jidat milik Aventurine. Punggung tangan milik M/n menyentuh jidat miliknya, tangannya agak besar dan juga hangat. "Ga panas, lu kenapa sih? Kalau tadi gua ga liat lu oleng, gua yakin lu bakal pingsan di lapangan" M/n bergumam kesal. Aventurine sedikit menundukan kepalanya karena dia sepenuhnya malu tentang hal itu, seharusnya dia bisa berdiri lebih lama! Tapi dia malah tidak kuat dan pada akhirnya dibawa oleh M/n.

[ END : 955 Kata ]

KILLSHOT ? ! ─ [ AVENTURINE X M!READER ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang