Pagi yang cerah di sebuah kost terlihat masih tenang. Tidak ada aktivitas yang begitu mencolok dari para penghuninya, masing-masing masih terlihat nyaman menutup mata dibalik hangatnya pelukan selimut. Semua jenis alarm sudah berbunyi, baik alarm alami dari suara ayam jantan ataupun alarm buatan dari ponsel yang dinyalakan hanya untuk dimatikan keesokan paginya.
Tak lama kemudian, sebuah lenguhan kecil terdengar dari balik selimut. Seorang pemuda yang tak lain adalah Azka, terbangun dengan rambut singa serta jangan lupakan wajah bantal itu. Ia nampak bingung sebentar, lalu detik berikutnya dengan tergesa-gesa pemuda itu mengambil handuk dan berlari ke kamar mandi. Menciptakan suara yang cukup berisik sehingga membangunkan penghuni lain.
"Kenapa sih pagi-pagi buta udah berisik," dumal Jayden sambil menggosok-gosok matanya. Di sebelahnya juga terdapat Satria yang mengumpulkan nyawa sambil menatap langit-langit.
Pemuda berhidung mancung itu menoleh pada Jayden, "palingan juga si Azka yang grasak-grusuk. Itu bocah calon bokem kayaknya," ucap Satria ditanggapi dengan tawa ringan oleh lawan bicaranya. Namun tiba-tiba pintu kamar mereka diketuk rusuh oleh seseorang. Baru saja akan membuka pintu, dengan sendirinya pintu itu sudah terbuka. Menampilkan Raden dengan seragam setengah rapi, dan jangan lupakan background Azka yang tengah lari-larian.
"Buset, rajin amat, Den. Masih pagi udah siap-siap, panutan gue nih." Pujian sekaligus candaan dilontarkan Satria. Namun respon Raden tidak tertawa atau apapun, anak itu malah menunjukkan layar ponselnya sendiri yang menunjukkan kalau mereka akan terlambat. Dua anak Adam di depan Raden saling pandang, sepersekian detik kemudian mereka berlari secepat mungkin meraih handuk kemudian berlari menuju kamar mandi.
Di ruang tamu sudah ada Hendery yang sibuk dengan sepatunya, dan Azka yang rapi dengan dasinya. Mereka mandi cukup cepat sehingga untuk memperhatikan penampilan sekiranya masih cukup.
Raden yang sudah menyisir rambutnya ikut bergabung di sebelah Hendery yang sudah siap pergi, sementara Azka sibuk memanaskan motor matic hitam kebanggaannya.
"Buruan bang. Nanti makin telat, kita udah siap." Raden mengingat agar dua teman barunya itu lebih cepat karena mereka cukup lelet untuk ukuran laki-laki. Barulah setelah beberapa menit menunggu, Jayden keluar dengan seragam acak-acakan. Pemuda itu keluar untuk memanaskan mobilnya.
"BANG! NGAPAIN BAWA MOBIL, LO PIKIR KITA MAU KEMAH KE PUNCAK?" Teriakan Raden tidak digubris oleh Jayden, persetan dengan melanggar aturan, untuk saat ini yang penting mereka tidak terlambat.
Jayden berlari ke dalam kost nya, melihat kegiatan penghuni yang lain. "Selain Azka, ikut mobil gue. Bodo amat mau dibilang apa, yang penting gak telat." Mengingat ada benarnya juga ucapan Jayden, mereka mengambil tas kemudian dengan cepat naik ke dalam mobil. Lain dengan Hendery, ia memilih ikut Azka.
"Gue kemaren udah janji sama dia, bakal bareng buat berangkat. Lagian gue agak pemabuk kalau naik mobil." Ia merangkul pundak Azka yang tersenyum padanya. Setelah mendapat anggukan kepala dari Jayden, mereka berangkat dengan kecepatan yang cukup cepat. Jangan sampai mempermalukan diri sendiri dengan terlambat di depan anak baru.
~~~
Sesampainya di sekolah, mereka memilih untuk beristirahat sebentar di gazebo dekat taman sekolah. Bersyukur saja mereka tidak terlambat, malah mereka datang terlalu cepat. Sekolah masih sepi dan hanya ada beberapa siswa serta anggota OSIS yang berkeliaran.
"Tau gini gue make parfum dulu. Ngapain kita buru-buru," kesal Satria karena ia tidak sempat memakai parfum kesayangannya karena takut terlambat. Pemuda itu melirik ke arah Jayden yang termenung memikirkan sesuatu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Piece Of Happiness
HumorBagaimana jadinya jika sebuah rumah kosan yang di tempati oleh 7 orang siswa dengan kepribadian yang berbeda-beda. Pada awalnya mereka hanyalah orang asing yang tidak saling mengenal satu sama lain, namun lambat-laun semuanya menjadi dekat dengan ko...