Ribut

134 14 3
                                    

"Satria! Buruan, gue juga mau mandi!" Teriak heboh Sean sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi. Karena menonton drama favoritnya kemarin malam membuatnya terbangun di saat yang lain sudah berada di meja makan dengan keadaan rapi.

Sialnya lagi ia harus menunggu Satria selesai mandi. Seluruh anggota sudah tau bahwasanya pemuda berkulit putih salju itu adalah orang dengan waktu mandi yang cukup lama. Biasanya Satria adalah orang yang terakhir mandi, namun karena Sean terlambat bangun, ia mendahuluinya.

Sean sudah berdiri di depan kamar mandi tersebut lebih dari dua puluh lima menit, namun tak ada tanda-tanda kalau pemuda di dalamnya akan keluar.

Tak ingin putus asa, Sean kembali mendekati pintu dan berniat memukulnya dengan keras. Namun ketika ia sudah melayangkan pukulan, Satria keluar dengan wajah datarnya. Menimbulkan suara yang cukup keras dan menarik perhatian anggota.

"Buset, apaan tuh. Bagi-bagi sembako?" Celutuk Azka sambil menyeruput susu coklat kesukaannya. Anggota lain yang tengah duduk dengan damai pun ikut melihat ke sumber suara, entah apa lagi kerusuhan dari dua 's' itu.

Di sisi lain Satria sibuk mengusap keningnya yang ngilu akibat pukulan Sean, sementara pelakunya dengan santai masuk ke kamar mandi seolah tidak terjadi apapun.

"Makasih pukulannya," gerutu Satria. Ia dengan cepat berjalan menuju kamar untuk mengenakan seragam, tetapi satu masalah muncul. Bekas pukulan tadi menimbulkan bekas merah keunguan di keningnya yang sangat kontras dengan kulit putih itu.

"Anak seganteng ini~ berkelahi dengan memar." Pemuda itu menatap kesal cermin yang memantulkan bayangannya sembari terus mengusap-usap keningnya.

Satria mencoba mengakali dengan menumpuk bedak yang cukup tebal disana, usaha itu cukup membuahkan hasil. "Tapi nanti gue keringetan gimana, jir. Masa gue pake bedak di kelas," pikirnya sambil menerawang jauh, namun akhirnya pilihannya hanya mengadu pada Raden.


Hendery yang kebetulan tengah bermain ponsel terkejut dengan pesan Satria. Ia mengalihkan pandangannya menuju Raden yang tengah sibuk dengan masakannya. Tanpa aba-aba Hendery berteriak cukup keras, "RADEN LAGI SIBUK!"

"Lo ngapain, bang. Teriak-teriak kayak di hutan," ucap Sean yang baru selesai memakai seragam. Pemuda itu mengambil tempat duduk tepat di sebelah Raden kemudian menuangkan air putih ke dalam gelas. Ia menunggu penjelasan member tertua di depannya.

Hendery memperlihatkan layar ponselnya pada setiap anggota. "Dia yang minta," ucapnya karena mendapat tatapan penuh tanya dari Azka.

Raden mencuci tangannya di wastafel, kemudian pemuda itu membuka lemari es dan mengambil beberapa kotak es batu. Tak menghiraukan tatapan heran dari anggota yang berada di meja makan tersebut.

Azka menatap kepergian Raden dengan es batu di tangannya. Tanpa pikir panjang ia berjalan ke arah kulkas untuk mengambil es batu. "Kenapa gak bilang ada es batu, sih!" Ucapnya kesal sambil memasukkan es batu tersebut ke dalam mulutnya. Pemuda itu tampak kedinginan beberapa kali, namun ia tetap melanjutkan aktivitas aneh tersebut.

***

"Lagian lo mandi apa semedi, bang. Wajar sebenernya Sean ngamuk, secara dia emosian," ucap Raden sambil mengompres kening Satria dengan es batu. Pemuda itu juga menempelkan plaster luka ke area memar tersebut, "Setidaknya bisa buat nutup memarnya sementara." Ia merapikan rambut poni Satria agar semakin menyamarkan memar.

Pemuda berkulit putih itu membalikkan badannya untuk menatap cermin. Sorot bahagia memancar dari bola matanya, penampilannya tidaklah terlalu aneh. Dengan reflek ia memeluk Raden yang tengah membereskan kotak P3K. Meskipun terkejut, namun ia tetap membalas pelukan tersebut, bahkan sesekali juga menepuk-nepuk pelan pundak pemuda di depannya.

Piece Of HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang