Bagaimana jadinya jika sebuah rumah kosan yang di tempati oleh 7 orang siswa dengan kepribadian yang berbeda-beda. Pada awalnya mereka hanyalah orang asing yang tidak saling mengenal satu sama lain, namun lambat-laun semuanya menjadi dekat dengan ko...
Usai acara sarapan yang penuh drama perkelahian antara Sean dan Azka dalam perebutan tempe goreng kini sudah berakhir dengan keduanya menjadi petugas pencuci piring. Menyelamatkan Satria dari hukumannya karena kalah batu gunting kertas. Meski melakukannya dengan setengah hati, namun mereka tetap melaksanakan tanggung jawab dengan baik walau perkelahian kecil tetap terjadi.
Saat sedang asik menggosok noda yang menempel di piring, Azka tiba-tiba melontarkan pertanyaan aneh pada Sean. "Bang, mata wortel itu kayak gimana?" Ujar Azka penasaran. Meskipun bingung, Sean tetap menjawab meskipun hanya ala kadarnya. "Mungkin bola matanya oranye, terus bulu matanya ijo."
Jawaban setengah minat dari Sean itu sukses membuat pemuda penggemar anime Jepang tersebut tertawa cekikikan. Setelah dirasa tawanya berhenti, ia kembali mengajukan sebuah pertanyaan aneh lainnya. "Terus mata lo tipe apa, bang? Mata wortel juga?"
Sean nampak menoleh sebentar, kemudian ia berkata, "Gak tau, gue mata duitan soalnya," jawab Sean seraya mengeringkan jemari lentiknya yang basah karena air cucian, mengabaikan Azka yang bertepuk tangan karena jawabannya.
Merasa tugasnya sudah selesai, kedua anak Adam itu berjalan bersama menuju ruang tamu untuk sekedar istirahat atau berbincang dengan member lain. Tetapi sepertinya mereka kedatangan tamu yang tidak tau kapan datangnya.
"Ngapain berdiri disitu, duduk sini." Kedua pemuda tersebut berjalan menuju tempat yang telah disediakan Hendery. Raut bingung tampak jelas di wajah keduanya, terutama Sean yang sedari tadi memandang lekat pemuda jangkung di depannya.
Sadar dengan tatapan penuh padanya, pemuda tersebut mengajukan pertanyaan. "Ada yang aneh di muka gue?" Ucapnya seraya menunjuk wajahnya sendiri. Gelengan ribut ditunjukkan Sean karena ia terkejut dengan pertanyaan tersebut, "Bukan, bang. Gue cuma kagum aja sama orang tinggi, gak bermaksud apa-apa," jawab Sean gugup.
Mendengar jawaban yang memiliki pujian tersirat itu membuat pemuda jangkung tersebut mulai tersenyum tidak jelas. "Makasih ya. Jarang-jarang orang muji tinggi badan gue," ucapnya diakhiri senyuman manis.
Merasa kesal dengan temannya yang bertingkah aneh, pemuda lain yang berwajah manis itu memilih berkomentar. "Idih gitu aja salting," sindirnya dibalas tatapan kesal oleh lawan bicaranya.
Keterlambatan kedatangan Sean dan Azka membuat mereka ketinggalan suatu hal, yaitu berkenalan. Terlihat semua orang sudah saling akrab dan berbincang ringan sambil sesekali tertawa, menyisakan mereka berdua yang seolah-olah berada di suatu dimensi lain.
Menyadari diamnya tuan rumah, salah satu dari lima pemuda tersebut berjalan menghampiri. Ia tersenyum ramah, kemudian merangkul bahu Azka yang terkejut karenanya. "Kalian diam aja? Belum kenal, yaa?" Senyuman canggung terpatri di wajah mereka.
Pemuda itu menepuk-nepuk pundak Azka, "Gak apa-apa. Gue Bayu, anggota paling tua dari mereka," ucapnya sambil mengarahkan jari jempolnya ke arah gerombolannya. Anggukan paham diberikan oleh dua pemuda itu.
Bayu menggulirkan bola matanya ke arah dua manusia yang tengah sibuk berkelahi, "itu yang lo puji tadi, namanya Arga. Terus yang dicekek itu Devan," jelas Bayu santai. Merasa dua orang didepannya sudah mengingat nama temannya, ia melanjutkan acara perkenalan itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.