Semburat jingga perlahan-lahan menggantikan birunya langit. Lampu-lampu jalanan yang mulai menyala, burung-burung terlihat sudah akan kembali ke rumah mereka, serta hembusan angin sore dan hiruk pikuk jalanan menciptakan suasana damai nan ramai.
Siswa-siswi sudah berlomba-lomba keluar dari area sekolah dengan kendaraan pribadinya, dijemput orang tua, atau berjalan menuju asrama dan kosan seperti lima pemuda yang terlihat seperti zombie.
Satria adalah salah satu dari mereka yang terlihat paling lelah, anak itu bahkan tidak mampu untuk sekedar mengangkat ranselnya. "Serius gue selemah ini sekarang? Perasaan dulu gue ngangkat gerobak isi batu-bata aja kuat," keluh Satria sambil menyeret ranselnya.
Raden yang berjalan di depannya terkekeh pelan, "Lo pulang sekolah aja udah kayak mau meninggal." Jayden yang berjalan di sebelah Raden tertawa puas, andai saja ponselnya tidak habis baterai. Pasti wajah Satria ini sudah terabadikan menjadi foto profil grup.
Azka yang kasihan melihat temannya seolah akan kehilangan nyawanya berinisiatif untuk membantu. Pemuda itu mengambil satu tusuk telur gulung dan memberikannya pada Satria.
Ekspresi heran jelas terpancar dari wajah Satria, lain dengan Azka yang setia dengan wajah datarnya.
"Mau ga?" Ucapnya.
Dua anak Adam di depan yang sedang asyik berbicara sontak menoleh kebelakang. Tawa mereka tak tertahan ketika melihat pemandangan dibelakang. Dimana Satria dengan wajah julid, dan Azka yang setia dengan satu tusuk telur gulung dan wajah datar.
"Ga dulu, makasih." Satria berjalan cepat mendahului dua orang di depannya yang sibuk menahan tawa. Persetan apapun, ia hanya ingin mandi dan segera berbaring di kasur.
Mereka tampak melupakan kehadiran Hendery yang sibuk mendokumentasikan kejadian lucu bin aneh tadi. Sepertinya itu adalah kado terbaik ketika mereka ulang tahun nanti.
***
J
am dinding telah menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit. Para penghuni kost no 7 itu telah tampil segar dengan tampilan yang lebih santai. Jayden nampak sibuk dengan blender di dapur, Azka yang sudah tenggelam dalam anime action yang ramai dibicarakan orang. Satria yang menepati janji pada dirinya sendiri untuk berbaring di kasur, dan Hendery yang pergi ke luar untuk membeli sate sekaligus menjemput Sean.
"Ya Allah kapan bang Dery sampai, hamba pengen sate," rengek Azka dramatis, mengundang tawa dari orang-orang yang mendengarnya.
Tak lama setelah do'a Azka tadi, pintu kost mereka diketuk oleh seseorang di luar sana yang disambut tawa riang Azka. "Memang do'a anak baik itu terkabul." Ia bergegas membukakan pintu karena tidak mau membuat Hendery menunggu lama, atau lebih tepatnya sate yang menunggu untuk dimakan.
"Bang Dery!" Pekik girang Azka, namun yang ada di depannya bukanlah Hendery akan tetapi pemuda seumurannya dengan wajah kebarat-baratan dan mobil mewah dibelakang sana. "Anjir bule."
Pemuda itu tergelak, "Gue bukan bule, enak aja." Tawanya kembali terdengar, kali ini lebih keras dan cukup lama.
"Anjir, dari ketawanya aja udah beda kasta. Mana aroma duitnya menyeruak lagi." Batin Azka.
Mendengar keributan dari arah pintu, Raden memutuskan untuk mendatangi sumber suara. "Ada tamu bukannya suruh masuk, malah nongki di depan pintu," kesal Raden menjitak kepala Azka, respon anak itu hanya tertawa cengengesan.
Setelah mempersilahkan masuk, keempat berkumpul di ruang tamu. Mereka berbincang ringan dengan pemuda tadi beserta orang tuanya. Aura yang dipancarkan keluarga ini benar-benar kuat, khas keluarga sultan pada umumnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/368194984-288-k605831.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece Of Happiness
HumorBagaimana jadinya jika sebuah rumah kosan yang di tempati oleh 7 orang siswa dengan kepribadian yang berbeda-beda. Pada awalnya mereka hanyalah orang asing yang tidak saling mengenal satu sama lain, namun lambat-laun semuanya menjadi dekat dengan ko...