•••
"Boruto tidak boleh jauh darimu,"
"Tapi dia malah akan tidak nyaman jika berdekatan denganku." Ini suara yang Boruto kenali.
"Cobalah dahulu, mitsuki."
"Usia kandungannya sudah hampir dua bulan, memang banyak perubahan fisik pada omegamu."
Omegaku? Apakah itu benar akan terjadi? Boruto saja sepertinya Masih ogah ogahan bertemu dengannya.
"Tapi dia sensitif terhadap banyak Hal, aku mendengar keluhanmu bahwa dia sering menangis. Itu memang bentuk sensitifnya omegamu, apalagi jika mencium pheromone lain selain milik alphanya. Dirinya akan langsung tidak nyaman pasti."
Mitsuki mendengarkan dalam diam, fokus kepada keadaan sang omega memang yang harus dirinya lakukan.
"Coba lebih seringlah dirimu dan omega itu berdekatan, meskipun usia kandungannya Masih kecil. Tetap saja, pasti akan ada respon Karna bagaimanapun kalian berdua sudah terikat." Ujar dokter Kabuto, membenarkan letak kacamatanya. "Meskipun belum marking, tapi cobalah untuk segera marking. Karna itu akan lebih baik untuk kandungannya." Setelah mengucapkan Hal itu, dokter Kabuto pamit undur diri.
Boruto mendengar semuanya, sampai akhirnya dirinya mencoba tak peduli. Karna perutnya yang seolah olah sangat kosong namun keram juga menyerang perutnya secara bersamaan, dirinya kesal sekali dengan situasi seperti ini. Memutuskan untuk tetap menutup matanya, mencoba tidur.
Mitsuki memperhatikan Boruto, Alpha itu kini terduduk di pinggiran ranjang sang omega. Wajah manis itu, selalu dirinya ingat bagaimana wajah itu menangis ketakutan. Sebuah perasaan aneh dirinya pun turut rasakan, mencoba menepis semua pikiran buruknya. Mitsuki keluar dari kamar omega itu, namun sesaat setelahnya dirinya kembali dengan laptop di tangannya. Menjaga Boruto tetap bisa dirinya lakukan, dengan bekerja seperti ini sedikit berkurang juga bebannya.
Mitsuki benar benar fokus pada pekerjaannya, hingga tidak sadar bahwa omega yang kini tengah berbaring di sampingnya membuka matanya. Seolah tidak bisa tertidur kembali, grusak grusuk terdengar. Omega itu berguling kesana kemari, berusaha tidak menganggu atensi mitsuki. Lagi pula Boruto tidak ingin dekat dekat dengan Alpha itu.
Pheromone mitsuki mengudara, seolah menguar di penciuman sang omega. Lebih dekat dengan mitsuki membuatnya seolah tenang dengan perlahan. Tapi tidak! Boruto tidak akan mengakuinya, dirinya tadi mendengar semua yang dokter itu ucapkan. Namun dirinya mencoba tidak peduli, tidak mau intinya berdekatan dengan mitsuki.
Tapi pria alpha itu benar benar tidak menoleh kearahnya sedikitpun huh? Wah yang benar saja, Boruto bangkit. Dirinya terduduk di samping alpha itu, merasa malas melihat sang alpha namun tetap dirinya memandangi wajah itu.
"Kau lapar?" Suara baritone yang beberapa Hari ini selalu mengisi hari hari Boruto, tangan alpha itu meminum kopi yang di taruhnya di nakas. Kemudian tangan yang satunya lagi mengetik di keyboard Laptop.
"Ya, tentu saja. Aku kan juga manusia biasa." Ujar boruto ketus, kemudian membarikan lagi tubuhnya.
"Aku tidak bilang kau hantu." Mitsuki berujar, padahal cukup lama jedanya untuk Mitsuki merespon ucapan Boruto.
"Kau itu yang hantu, kau mirip si flying dutcman. Kau mirip ubur ubur!" Boruto memunggungi Mitsuki, dirinya tidak mau dan tidak akan mau sampai kapan pun berdekatan dengan alpha itu. Rasanya kesal sekali mendengar ucapan yang alpha itu katakan padanya.
"Aku pesan Wingstop, sebentar lagi shikadai akan datang untuk mengantarnya kemari."
Perkataan itu membuat Boruto urung dengan perkataan batinnya tadi, dirinya menoleh ke arah pria yang kini Masih fokus pada pekerjaannya, Boruto senang bukan main saat mendengarnya. Ayam, ayam dengan saus yang banyak. Boruto membayangkannya, seolah bayangan Boruto itu tergambar di atas kepalanya langsung. Hingga tidak sadar dirinya melamun sambil menatap ke atas, matanya tertutup sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily of the valley ( Omegavers )
RomanceBoruto adalah omega yang sepertinya selalu mendapatkan kesialan, Orang tuanya telah meninggalkannya dahulu waktu dirinya Masih berusia 6 tahun. dahulu dirinya adalah orang yang mampu, bisa di bilang kaya. Karna ayahnya adalah seorang pengusaha sukse...