1995
Kintsugi berkembang pesat seiring dengan meningkatnya ketidakpuasan rakyat terhadap Orde Baru. Kebijakan-kebijakan otoriter dan korupsi yang merajalela menciptakan jurang dalam antara rakyat dan pemerintah. Dalam situasi ini, Kintsugi bergabung dengan Partai Samidare, sebuah partai politik yang lahir dari keresahan rakyat. Bersama-sama, mereka ingin menggugah kesadaran masyarakat yang terbungkam. Pertemuan pertama mereka sebagai sayap organisasi partai diadakan di sebuah gudang tua, tersembunyi di pinggiran kota, di balik rimbunan pohon yang menjadikannya tempat yang aman dari penglihatan umum.
Gudang tua itu gelap dan lembab, namun dipenuhi dengan semangat. Langit duduk bersama Yuda, Arya, dan beberapa anggota lainnya. Mereka semua tampak tegang tetapi antusias. Gino berdiri di depan mereka, kacamata khasnya menyorotkan kilau saat ia berbicara. Di sampingnya berdiri Ratih, wajahnya tenang namun tegas, memberikan kesan seorang pemimpin yang penuh keyakinan.
"Kita tidak bisa sembarangan lagi," ujar Gino dengan nada serius. "Polisi rahasia semakin gencar mencari tahu tentang aktivitas kita. Mulai sekarang, kita akan menggunakan kode-kode khusus dalam komunikasi. Ini bukan sekadar main-main. Kesalahan sedikit saja bisa berakibat fatal."
Langit mendengarkan dengan seksama, lalu angkat bicara. "Ide yang bagus, Gino. Kita harus memastikan setiap anggota tahu betul kode-kode ini dan menghafalnya dengan baik. Aku akan membantu menyebarkan panduan kode ke semua orang."
Gino mengangguk. "Itu bagus, Langit. Kita tidak boleh menganggap remeh situasi ini. Setiap anggota harus benar-benar paham dan bertanggung jawab atas kerahasiaan ini."
Ratih melanjutkan, menatap mereka dengan sorot mata yang tajam. "Selain itu, kita harus memilih tempat rapat yang selalu berpindah-pindah. Jangan pernah gunakan tempat yang sama dua kali berturut-turut. Gudang ini aman untuk sekarang, tapi besok kita tidak akan tahu. Kita harus berpikir jauh ke depan."
Seorang anggota Kintsugi yang duduk di belakang bertanya dengan nada khawatir, "Tapi, Kak Ratih, bagaimana jika kita sampai kehilangan kontak karena sering berpindah-pindah? Bukankah ini justru bisa membuat kita kesulitan berkumpul?"
Ratih tersenyum tipis, berusaha menenangkan kekhawatirannya. "Makanya kita perlu kode dan jalur komunikasi khusus. Kita akan memiliki beberapa titik pertemuan darurat yang bisa digunakan kapan saja. Jadi, jika terjadi sesuatu yang mendadak, semua orang tahu harus berkumpul di mana."
Langit mengangguk setuju dan menambahkan, "Kita semua harus bersedia menghadapi risiko demi perjuangan ini. Ini bukan tentang satu orang saja, tapi tentang seluruh negeri ini."
Yuda yang duduk di sebelahnya, mengepalkan tangannya. “Aku setuju. Kita semua di sini sudah siap untuk berkorban. Aku tidak akan mundur hanya karena ancaman dari aparat.”
Semua orang saling bertukar pandang, merasakan tekad yang sama mengalir di antara mereka. Di tengah ruangan itu, terikatlah sebuah janji yang tak terucapkan di antara mereka: sebuah komitmen untuk tidak mundur.
Di rumah, meski Langit berusaha menjaga rahasia aktivitasnya, ia sering berbicara kepada adik perempuannya, Bulan, tentang perjuangan dan strategi yang ia rencanakan bersama Kintsugi. Bulan, seorang remaja yang cerdas dan penuh semangat, sangat mengagumi kakaknya. Meskipun masih muda, Bulan memiliki keberanian dan keteguhan hati yang tak kalah dengan Langit.
Suatu malam, Bulan mendekati kakaknya yang sedang duduk di ruang kamarnya, dikelilingi oleh pamflet dan brosur yang baru saja ia siapkan.
“Kak Langit,” ucap Bulan penuh semangat, “aku juga ingin membantu. Apa yang bisa aku lakukan?”
Langit menatap adiknya dengan lembut, sambil tersenyum. Ia tahu betapa kuatnya keinginan Bulan untuk berkontribusi. “Bulan, kamu bisa membantu dengan menulis dan menyebarkan informasi. Tapi, kamu harus sangat berhati-hati. Ini sangat berbahaya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Bercerita 1998
Historical FictionTerinspirasi dari Novel "Laut Bercerita" karya Leila S Chudori, "Langit Bercerita 1998" adalah cerita fiksi sejarah yang berlatar belakang pada era pra-reformasi di Indonesia, mengikuti perjalanan seorang mahasiswa idealis bernama Langit Senja Wicak...