1996 - 1997
Peristiwa Kudatuli adalah salah satu titik paling kelam dalam sejarah perpolitikan Indonesia. Pada tanggal 27 Juli 1996, suasana politik mencapai puncak ketegangan saat bentrokan pecah antara simpatisan PDI kubu Megawati dan kubu Soerjadi. Perpecahan ini tidak bisa dielakkan ketika kubu Soerjadi berusaha mengambil alih kantor DPP PDI, tidak menerima kepemimpinan Megawati sebagai Ketua Umum. Bentrokan tersebut menjadi sangat sengit dan penuh kekacauan, menarik perhatian berbagai kelompok dan menimbulkan korban. Dalam kerusuhan yang terjadi, banyak aktivis dari Partai Samidare dan Kintsugi ditangkap. Salah satu yang ditangkap adalah Pras, Ketua Umum Samidare, yang kemudian langsung dijebloskan ke dalam penjara dengan tuduhan sebagai otak di balik insiden itu.
Berita penangkapan Pras menghantam seluruh anggota Kintsugi, termasuk Langit dan teman-temannya, dengan keras. Mereka menyadari bahwa situasi ini semakin genting. Tak ada lagi jaminan keamanan untuk siapa pun dari mereka. Malam itu, di markas Kintsugi, suasana penuh kecemasan dan bisikan takut. Langit memandang wajah-wajah lelah teman-temannya, dan ia tahu bahwa tak ada pilihan lain. Mereka harus segera bertindak untuk menyelamatkan diri.
Langit berdiri di tengah ruangan, mencoba menenangkan semua orang. "Kita tidak bisa tetap di sini lagi. Mereka mungkin sudah tahu tempat ini," katanya dengan nada serius namun penuh ketenangan. "Kita harus berpencar. Cari tempat persembunyian. Pindah setiap beberapa hari agar tidak mudah dilacak."
Yuda menatap Langit dengan penuh kecemasan. "Langit, bagaimana jika mereka menemukan kita? Aku... aku belum siap untuk ditangkap. Belum siap untuk semua ini."
Langit meletakkan tangannya di bahu Yuda. "Yuda, kita semua takut. Aku juga takut. Tapi ini satu-satunya jalan. Kita harus pintar bertahan. Kita belum kalah, selama kita masih bisa bergerak."
Arya, yang selama ini jarang menunjukkan emosinya, kali ini ikut angkat bicara, suaranya pelan tapi penuh tekad. "Langit benar. Aku tidak akan membiarkan perjuangan kita berakhir di sini. Kita harus terus maju, meski dari bayang-bayang."
Mila yang sejak tadi diam, mengangguk pelan. Ia menggenggam tangan Langit dengan erat, berusaha menguatkan diri. "Kita akan melalui ini bersama-sama. Apa pun yang terjadi, kita akan kembali berdiri."
Dengan tekad yang bulat dan perasaan was-was yang tak kunjung reda, mereka pun sepakat untuk berpencar dan mencari perlindungan. Beberapa tokoh masyarakat, terutama mereka yang juga menjadi korban penindasan di masa lalu, bersedia menyediakan tempat persembunyian bagi mereka. Langit akhirnya memilih untuk bersembunyi di rumah Pak Hasan, seorang mantan aktivis yang pernah mengalami kerasnya tekanan politik di masa Orde Baru.
Di rumah Pak Hasan, Langit berusaha menenangkan dirinya. Setiap malam terasa panjang, penuh dengan kecemasan yang mencekam. Suara derit angin di luar jendela dan hujan deras yang mengguyur malam itu menambah suasana suram di dalam rumah tua itu. Pak Hasan menyalakan satu-satunya lampu minyak di ruangan, menciptakan cahaya remang yang menyinari wajah tuanya yang penuh keriput.
Langit duduk di depan Pak Hasan, menatap sosok pria yang telah melalui banyak hal dalam hidupnya. "Pak, bagaimana kita bisa selamat dari semua ini?" tanyanya, suaranya terdengar pelan namun penuh kegelisahan.
Pak Hasan menghela napas panjang, matanya menerawang ke masa lalu. "Nak, saya pernah berada di posisi yang sama. Bertahun-tahun lalu, saya juga hidup dalam ketakutan, dikejar-kejar oleh orang-orang yang menganggap suara saya adalah ancaman. Tapi satu hal yang saya pelajari," katanya sambil menatap Langit dengan mata penuh tekad, "kita tidak boleh menyerah. Kebenaran akan selalu menemukan jalannya, meski jalannya berliku dan penuh bahaya."
Langit menelan ludah, merasakan perasaan getir di dadanya. "Tapi, Pak... bagaimana dengan teman-teman kami yang ditangkap? Apakah mereka akan selamat?" Suaranya terdengar gemetar, penuh rasa takut akan kehilangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Bercerita 1998
Historical FictionTerinspirasi dari Novel "Laut Bercerita" karya Leila S Chudori, "Langit Bercerita 1998" adalah cerita fiksi sejarah yang berlatar belakang pada era pra-reformasi di Indonesia, mengikuti perjalanan seorang mahasiswa idealis bernama Langit Senja Wicak...