"Kirana!" panggil seseorang.
Kaki Kirana terhenti, dia tahu siapa yang sedang memanggilnya. Dia Rahmat, kakak kelas yang sempat membuatnya kagum. Rahmat tengah melambaikan tangannya di udara, senyumannya terus mengembang dari arah sana. Kirana terdiam mematung di tempat, sembari memerhatikan reaksi ceria dari kakak kelasnya itu.
Rahmat berlari kecil. "Tunggu gue disitu!"
Rahmat mengangkat satu tangannya di udara dan mengayunkannya di depan wajah gadis itu. "Hey, melamun?"
Kirana tersadar dari lamunannya. Gadis ini merasa bersalah, karena hanya diam saja sedari tadi. "Maaf kak..."
"Santay aja. Mau bantuin gue buat selesain tugas sejarah gak?" tanya Rahmat.
Kirana terdiam sebentar. "Hm... boleh kak."
Rahmat tersenyum lebar tatkala ia mendengar kata "boleh" dibibir gadis itu. "Yok! Langsung ke perpustakaan!"
Keduanya terus saja berbincang-bincang di sepanjang koridor. Para betina menjadi iri dan terus berbisik-bisik saat melihat keduanya begitu dekat. Hingga tak sengaja, mereka berdua dilihat oleh ketiga gadis yang ternyata menyukai Rahmat.
"Berani banget dia deket sama gebetan gue!" marah gadis itu.
"Dia udah berani banget ya? Berani ngedeketin Osis yang paling ganteng di sekolah ini!" kesal temannya.
"Kasih pelajaran tuh cewek," kompor temannya lagi.
"Awas aja. Gue tandain mukanya!" kesal gadis itu dengan emosi yang membara.
Perpustakaan nampak sepi, tidak ada manusia satu pun di dalam ruangan itu. Hanya ada Rahmat dan Kirana yang ada di dalamnya. Rahmat berjalan menghampiri rak buku dan mengambil satu buku sejarah. Kirana juga berdiri di depan rak buku yang menjulang tinggi, gadis itu tengah mencari buku novel yang baru. Kirana sangat menyukai membaca, apalagi membaca novel.
Rahmat melirik Kirana. "Lo suka novel?"
Kirana mengangguk pelan. "Aku suka novel."
"Emangnya gak ngebosanin?" tanya Rahmat, membuat Kirana menggeleng.
"Justru seru kak, membaca novel bisa ngebuat kita ngehayal," gumam Kirana tanpa mengalihkan matanya di depan rak buku. Dia sedang sibuk mencari buku-buku novel yang menurutnya menarik untuk dibaca.
"Iyakah? Jadi pengen baca," ucap Rahmat mulai tertarik dengan membaca buku novel.
"Boleh banget kak. Coba baca cerita ini, pasti kak Rahmat suka," pintah Kirana memberikan Rahmat buku novel.
Rahmat mengamati sampul buku novel tersebut, yang berjudul "LAUT TENGAH"
"Ini menceritakan apa?" tanya Rahmat penasaran.
"Nanti kak Rahmat tau kok, makanya dibaca, biar tau," ucap Kirana sambil menyengir, membuat Rahmat terkekeh geli.
Rahmat hampir lupa dengan tugasnya. "Oke! nanti gue baca." Seru Rahmat. "Eh! bantuin gue buat selesain tugas sejarah!"
"Eh iya! Sampai lupa. Boleh kak, kita duduk disana," tunjuk Kirana dikursi pojok yang dekat dengan jendela.
"Duluan aja," suruh Rahmat.
Kirana berjalan di depan dan Rahmat mengekorinya dari belakang. Entah dari mana asal muasal bekas kulit pisang itu, membuat Kirana tergelincir. Untung saja ada Rahmat yang sigap menangkap tubuhnya. Kirana menutup kedua matanya dengan takut, dia pikir pantatnya akan sakit lagi seperti kemarin lalu. Kirana mengerutkan kening, merasakan pantatnya tidak sakit sama sekali. Perlahan-lahan ia membuka mata, objek pertama yang dia lihat adalah Rahmat. Pemuda itu tengah membulatkan mata menatapnya.
Deg
Dengan sigap, Kirana melepaskan tubuhnya dari pelukan Rahmat yang juga sedikit terkejut. Mata Rahmat terus berkedip-kedip secara berulang-ulang. Ini benar-benar tidak dia sengaja, baru pertama kali dia menangkap tubuh seorang gadis. Kirana menjadi gadis pertama yang dia tolong secara tidak sengaja.
Kirana meminta maaf dengan menundukkan wajahnya. "Maaf kak, aku... aku gak bermaksud buat---"
"Kulit pisang? Siapa yang berani membuang bekas makanan di Perpustakan!?" celah Rahmat mulai emosi memungut kulit pisang itu.
"Munkin... ada yang masuk kesini kak? Terus dia---"
"Terus dia seenaknya buang kulit pisang di perpustakaan? Ini berbahaya jika diinjak oleh orang lain. Gue harus cari tau, siapa murid bandel yang berani melakukan pelanggaran ini!" tegas Rahmat sampai memotong pembicaraan Kirana.
Kirana langsung menghentikan Rahmat yang mau keluar mencari orang yang sudah melakukan pelanggaran dengan berani membuang bekas makanan di perpustakaan.
"Nanti aja kak marahnya, selesain dulu tugasnya," ujarnya menarik lengan Rahmat. Kirana tersentak kaget dan dengan cepat ia melepaskan lengan pemuda itu.
"Gak bisa! Gue harus tindak lanjut dengan pelanggaran ini!" tegasnya, membuat Kirana mengerti dan membiarkan pemuda itu pergi.
Rahmat pergi meninggalkannya begitu saja. Tapi benar, Rahmat memang orang yang tegas dan osis yang sangat bertanggung jawab, membuat Kirana salut dengan pemuda itu. Kirana melirik buku novel yang sempat ia tawarkan, gadis ini mengambil buku novel itu dan membawanya keluar dari Perpustakaan.
Kirana berjalan santai di sepanjang koridor, tiba-tiba saja ada benda yang terjatuh di dalam sana, suaranya cukup nyaring tadi, membuat telinganya menjadi berdenging.
Kirana menatap pintu gudang itu, rasa penasaran gadis ini semakin besar tatkala mendengar suara aneh di dalamnya. Dengan berani, Kirana membuka pintu dengan pelan dan mencari tahu siapa yang ada di dalam.
Ceklek
Kirana sangat terkejut, bahkan gadis ini melototkan kedua matanya. Kejadian yang sangat tidak pantas untuk dilihat. Kedua sepasang kekasih sedang melakukan perciuman ganas di dalam gudang.
Kirana menutup mata menggunakan kedua tangannya yang mungil. Gadis itu membuka matanya lagi dan berharap ini hanyalah ilusi. Tapi sama saja, ini benar nyata! Adegan dewasa itu terjadi begitu cepat di depan matanya.
"Mphhh..." gumam gadis itu merasa keenakan. Bibir keduanya nampak beradu, merasakan nikmat rasa tersendiri. Mata mereka terpejam, membuktikan bahwa itu adegan ciuman yang munkin sangat mengenakkan.
Deg
Bola mata milik pemuda itu menangkap mata sayu milik Kirana. Dengan sigap, dia melepaskan bibirnya dari bibir gadis itu. Gadis itu langsung terheran-heran, tatkala melihat kekasihnya berhenti menciumnya. "Kenapa?"
Pemuda itu seakan tuli, dia fokus dengan gadis yang berada di ambang pintu, yang sedang memergoki mereka berciuman. Sadar dengan tatapan tajam yang tertuju padanya. Dengan cepat, Kirana berlari melarikan diri dan menghilang dari sana.
●●●
BERSAMBUNG...
VOTE SEBANYAK MUNKIN☆
NEXT>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
DEWARA THE SERIES (On Going)
Teen Fiction(TAHAP REVISI) Menyukai salah satu dari hambamu... apakah kami dapat dipersatukan? Atau akan berpisah karena berbeda keyakinan? Tak ku sangka, kita menyukai gadis yang sama. Lantas? Apakah saya harus mengalah? Dan membiarkanmu hidup bersamanya? Sang...