[22] JANGAN BERITAHU MEREKA

104 87 14
                                    

Suatu hari, kita akan berkumpul lagi seperti dulu. Terkadang orang mempunyai alasan, mengapa ia tidak ingin bertemu dengan keluarganya.

-Lelaki misterius🥀-


"Kok berhenti disini bang?" tanya Eka tercengang.

"Gue ada urusan diluar, kalau mama cariin gue... bilang aja, gue mau ke rumah Wahyu," pamit Deka, langsung menancap gas.

"Minimal seragamnya dilepas dulu lah," gumamnya menatap Deka yang sudah pergi melajukan motornya.

"Pagi menjelang siang non!" sapa Kasep sambil menyengir.

"Siang juga mang!" balasnya tidak kalah ramah.

DI PERJALANAN...

Deka terus memikirkan kejadian tadi saat pulang sekolah. Kedekatan Rahmat dan Kirana semakin jelas dan terus  berputar putar di kepalanya. Dia juga bingung mengapa harus memikirkan masalah ini. Justru itu bagus kan?Sahabatnya bisa bahagia. Ini juga baru pertama kali Rahmat akrab dengan perempuan. Harusnya dibiarkan saja, kenapa dirinya harus memikirkan itu?

Deka bukan cowok humoris, bukan juga cowok yang romantis seperti buaya darat diluar sana. Dia hanya menyukai seseorang dalam diam dan tidak ingin bersaing, apalagi hanya karena masalah perempuan. Bersaing bukanlah hal yang penting baginya. Dia akan mendapatkan gadis itu dengan caranya sendiri.

Jika tidak bisa, maka biarlah, itu akan menjadi rasa kagum yang terpendam untuk selama-lamanya. Kecuali, dia sudah memiliki gadis yang ia sukai. Maka, sampai titik darah penghabisan pun, ia bisa bersaing secara tidak sehat.

Deka memberhentikan motornya di depan Kafe yang cukup sepi. Pemuda itu turun dari motor dan berjalan santay memasuki Kafe itu. Seseorang hendak membelakanginya, orang misterius itu sedang meminum kopi hangat ditangannya.

Deka menyipitkan mata dan menunggu seseorang itu memutar kursinya. Orang itu terkekeh geli menyadari kedatangan Deka. Seseorang itu langsung memutar kursinya. Mata mereka langsung bertemu. Deka tersenyum miring menatap orang misterius itu.

"Adik kecil, sudah besar ternyata..." gumam orang itu. "Mau memesan sesuatu adik kecil?"

Deka langsung duduk di kursinya, tepatnya di depan orang misterius itu.
Deka bergumam. "Bukan adik kecil lagi, tetapi Deka."

"Bagiku... kau tetaplah adikku yang kecil," gumamnya sambil tersenyum miring.

"Tumben lo datang? Ada apa?" tanya Deka langsung to the point.

"Salah? Gue kembali demi adik kecil gue," ucapnya sambil terkekeh sinis.

"Demi gue?"

"Sudah berisi, tidak kurus seperti dulu," ucap lelaki itu sambil menyengir memandang tubuh Deka. Padahal dulu Deka sangat kurus sekali. Bahkan, lebih kurus darinya. Namun, lihatlah sekarang adiknya itu sudah kekar dan berisi badannya.

"Perubahan itu ada." gumam Deka. "Tidak menunjukan seragam?"

"Tidak. Aku bukanlah pria sombong."

"Terserah."

"Dan kau? Kenapa tidak mengganti seragammu dulu sebelum kesini!?" geram lelaki itu melihat Deka yang masih saja memakai seragam SMA dan hanya ditutupi hodie hitam yang melengket ditubuhnya.

"Kelamaan."

"Sangat tidak disiplin," ucap lelaki itu." Berdirilah, aku ingin memelukmu."

Deka beranjak dari kursinya dan langsung dipeluk erat oleh lelaki itu. Deka membalas pelukannya, mata Deka tengah berkaca-kaca, ingin sekali dia menangis. Tapi, dia juga laki-laki, tentu ia malu menunjukkannya. Sedangkan, lelaki yang memeluknya itu sedang menangis sekarang. Laki-laki juga bisa menangis bukan? Laki-laki juga bisa rapuh, bukan hanya perempuan.

"Jangan beritahu mama sama papa, kalau gue datang dan ketemu sama lo..." mohonnya menatap sendu.

"Kenapa? Kenapa harus ditutup?"

"Gue gak bisa bertemu mereka sekarang. Munkin nanti," gumam lelaki itu memejamkan matanya. Rasanya berat sekali ia mengatakan hal itu. Tapi, dia punya alasan, mengapa tidak ingin bertemu sekarang.

Deka langsung memukul meja dengan kasar, menggunakan kedua tangannya. Tak disangka, jika lekaki ini tetap melakukan hal yang sama setiap tahunnya dengan tidak mau menemui orang tuanya. "Nanti kapan!? Udah lima belas tahun!"

"Maaf. Sebenarnya gue gak mau gini, gue belum siap dan... ah! Sudahlah. Gue cuma berharap lo gak beritahu mereka," harap lelaki ini.

Deka sudah kesal dan muak. Pemuda ini langsung berlalu pergi meninggalkan lelaki tinggi itu yang sedang menunduk sedih menatap kemarahan adiknya."

Lelaki itu bergumam. "Sorry my little nephew."

                              ****

Deka membalap motornya dengan kecepatan tinggi, ia sangat marah dan hanya bisa melampiaskan amarahnya dengan ngebut-ngebut dijalan. Deka semakin terhanyut dengan emosi. Pemuda ini semakin melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

"Kenapa dia selalu saja melakukan itu!"

Wanita paruh bayah ini hendak ingin menyebrang di jalan. Matanya mulai celingak-celinguk menatap kanan kiri memastikan tidak ada kendaraan yang ingin lewat. Matanya terbelalak lebar  melihat motor Cbr hitam yang melaju dengan cepat ke arahnya. Pemuda itu langsung melototkan mata dan mengerem motornya dengan sekuat tenaga. Namun, percuma saja, Black sudah menabrak wanita itu.

BRAKKKKKKKKKKKKK

Wanita itu tergeletak di jalan raya. Wanita itu sudah pingsan tak berdaya disana. Deka memberhentikan Black dan langsung menoleh kebelakang dengan wajah yang amat panik.

"Sial! Gue nabrak orang," gumamnya frustasi.

Semua orang mulai berkumpul ramai di jalan raya dan langsung membantu membawa tubuh wanita itu naik ke  motor Deka. Deka langsung mengikat perut wanita itu dengan sarung yang diberikan warga tadi. Kemudian, ia ikatkan dengan perutnya, agar wanita itu tidak jatuh saat dibawah ke rumah sakit.

"Maaf Pak. Saya benar-benar tidak sengaja," ucap Deka sesesal munkin.

"Bawa cepat ke rumah sakit!"

Mendengar suruhan bapak itu membuat Deka mengangguk dan langsung saja melajukan motornya meninggalkan kerumunan itu. Matanya mulai melirik ke kaca spion dan menatap wanita itu.

Deka membantin. "Sialan! Siapa lagi wanita ini yang gue tabrak."

●●●

BERSAMBUNG...

VOTE PLEASE☆☆☆

THANKS🧡

NEXT>>>

HAPPY ENJOY!!!

DEWARA THE SERIES (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang