[04] PEMBULIAN

242 207 10
                                    

Assalamualaikum...

Tok... Tok... Tok...

Ceklek

"Walaikum salam..." jawabnya tercengang.

"Pagi tante," sapanya ramah sambil mencium tangan Valeni.

"Kamu siapa?" tanya Valeni menelisik penampilannya dari atas sampai bawah.

"Teman Kirana. Rahmat tante," ungkapnya.

"Oh... eh! Masuk dulu nak," pintah Valeni, Rahmat hanya tersenyum menanggapi.

"Gak usah tan, Rahmat disini aja. Kirana ke sekolah?" tanya Rahmat sopan, Valeni mengiyakan pertanyaan pemuda itu.

Valeni langsung berteriak. "Sayang... keluarlah! Ada teman kamu diluar!

"Iya bunda." Kata Kirana." Tunggu sebentar!"

"Tante gak nyangka, ada yang mau berteman sama anak tante. Apalagi... sama anak yang ganteng kayak kamu," puji Valeni, membuat Rahmat terkekeh geli.

"Ah, tante bisa aja," ucapnya sambil cengar-cengir.

Kirana bergumam menatap pemuda itu yang berbincang-bincang asik dengan bundanya. "Kak Rahmat beneran dateng."

Valeni dan Rahmat menatapnya secara bersamaan, bibir keduanya nampak tersenyum melihatnya. "Ayok berangkat! Nanti telat."

Kirana mengiyakan. Sebelum berangkat ke sekolah, keduanya terlebih dahulu mencium tangan Valeni.

PIP

"Hati-hati!" peringat Valeni.

Keduanya langsung melirik wanita paruh bayah itu dengan senyuman manis yang terukir dibibir keduanya.

DiPERJALANAN...

"Kak," panggilnya.

"Iya?"

"Sampai sini aja, aku takut sama fans kakak," ungkap Kirana sambil meremas roknya.

"Gak usah diladenin. Selama ada gue,
lo aman." Ucap Rahmat.

Motor ninja merah hendak memasuki pekarangan sekolah. Mereka menjadi tercengang, karena Rahmat sedang membonceng seorang gadis. Kirana menunduk takut dan malu. Ia dilirik terus oleh orang-orang yang ada di sekolah, terutama para gadis-gadis yang suka sama Rahmat. Mereka mengsinis seperti singa lapar, Rahmat terkekeh geli menatap wajah Kirana dikaca spion.

"Udah nyampe," ucap Rahmat.

Kirana langsung tersadar dari lamunannya dan cepat-cepat turun dari motor. Gadis ini berlari terbirit-birit, sehingga ia lupa mengembalikan sesuatu.

"Kirana, helmnya," panggil Rahmat, sambil terkekeh geli melihat gadis itu yang sepertinya terlalu terburu-buru.

"Oh iya. Maaf kak... aduh! Kenapa gak bisa dilepas," gumamnya merasa kesusahan membuka helm.

Rahmat yang peka langsung membantunya. "Udah."

Kirana merasa sangat malu, pipinya terus memerah seperti udang rebus. Kirana berlari terbirit-birit meninggalkan Rahmat yang terkekeh geli di sana, lari gadis itu sangat lah lucu dimatanya.

Brakkkkkkk

Tanpa melihat-lihat ke depan, Kirana tak sengaja menabrak dada bidang milik seseorang. Tentunya sangat tinggi dan keras sekali. Kirana amat syok saat kepalanya mendongah ke atas melihat wajah pemuda itu.

"Dia lagi!?" batinnya berteriak.

Kenapa tuhan seakan-akan sengaja mempertemukan dirinya dengan pemuda ini. Kirana bergidik ngeri, apalagi mengingat kejadian kemarin.

DEWARA THE SERIES (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang