[05] BERLIAN

219 187 5
                                    

01:30

"Sayang... kamu liat siapa sih?" tanya Aurel memeluk lengannya. Deka semakin risih dan jengah melihat ulah gadis ini.

"Ck-Sialan!" batinnya kesal. Mata elangnya mulai mencari keberadaan seseorang, munkin saja dia sudah pulang.

Wahyu dan Sintiya bergandeng tangan menuju ke parkiran, sepasang kekasih itu nampak serasi sekali. Keduanya menjadi pusat perhatian disana.

"Kak Wahyu! Kak Sintiya!" panggil Aurel melambai dengan antusias, Wahyu dan Sintiya tersenyum manis melihatnya.

"Ekhem!" goda Wahyu, membuat Deka berdecak sebal.

"Berisik lo," ketus Deka memutarkan bola mata malasnya.

Wahyu meledek dengan senyuman menggoda. "Cie... anak mami Kira lagi ngambek nih!"

"Bacot anjing!" umpatnya kasar.

Wahyu berteriak sambil cengengesan. "Woi ka! ngambek lo!?"

"Kak Wahyu sih! Hobi banget ledekin Deka," kesal Aurel. "Liat kan? Muka pacarku jadi masam."

"Deka itu bocil. Emang gitu anaknya, sukanya ngambekan." Ejek Wahyu. " Iyakan Deka!?"

Wajahnya semakin kesal, Deka menancap gas, lalu melajukan Black. Nama Black adalah, nama motor Cbr kesayangannya. Dengan kecepatan tinggi, motor itu berlaju secepat kilat meninggalkan pekarangan sekolah. Dibelakangnya sudah ada Aurel yang melingkarkan tangan diperutnya. Deka risih dengan tingkah laku gadis ini, ingin sekali dia menepisnya.

Bagaikan slowmo, motor Cbr hitam lewat di dekatnya. Rambutnya beterbangan sangat kencang. Motor itu berlaju dengan cepat. Kirana tersentak kaget dan langsung memegangi dadanya. Disusul dibelakang, ada Wahyu sahabat dari Deka yang menatap sinis ke arahnya.

Kirana heran, kenapa sih semua orang sinis dengannya? Apakah dirinya memang sangat jelek dan buruk? Dia berusaha tetap sabar dan tidak perlu memikirkan hal itu, yang lebih penting sekarang dia harus berusaha mencari kendaraan untuk pulang.

"Gak ada angkot. Terpaksa... aku harus jalan kaki lagi." Ucapnya pasrah." Aku kuat jalan! Aku bisa!"

Kirana terus berjalan di atas terik matahari yang siap membakar kulitnya, banyak kendaraan lalu lintas yang berlalu lalang di sampingnya. Motor seseorang tiba-tiba singgah di dekatnya, membuat dahinya mengerinyit. Siapa pemilik motor itu yang tiba-tiba saja berhenti?

Mata Kirana terbelalak lebar. Dengan buru-buru, dia berusaha melarikan diri dari hadapan pemuda itu. Dengan sigap, tangannya langsung dicegat." Ngapain lo lari? Gue bukan penculik, gue mau antar lo."

"Gak usah kak! Aku bisa jalan kok," tolaknya ingin berlari lagi. Namun, lengannya masih dipegang oleh pemuda itu.

"Lo harus pulang bareng gue!" desaknya.

"Aku bisa jalan kok! Kak Rahmat duluan aja."

"Nurut kata gue?"

"Gak mau kak."

"Gue bilang. Lo pulang bareng gue!" desaknya mencekram kuat lengan Kirana.

Diperjalanan...

Hening, tidak ada yang berbicara. hanya ada suara mesin yang terus berbunyi. Kirana terus menatap lurus ke depan, mata Rahmat reflek melirik gadis itu dikaca spion.

"Kirana!" panggil Rahmat cukup keras membuat gadis itu mengiyakan.

"Iya kak?"

"Gue minta maaf!"

"Minta maaf kenapa kak? Kak Rahmat gak ada salah kok."

"Soal tadi, gue kasar sama lo!"

"Gapapa kak!"

DEWARA THE SERIES (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang