Adik ke delapan; Chapter 10.

92 6 7
                                    

Chapter 10; Ingatan yang membingungkan.
Happy reading!
.

"Assalamualaikum!" terdengar suara dari luar, pintu perlahan mulai terbuka. Terlihat dua orang yang masih dalam seragam mereka.

"Wa'alaikumsalam. Lah? Sol? Ini yang kemarin itu kah?" tanya Halilintar

Lunar tertawa kecil, "Iya bang.. hehe"

"Oh, kamu ngapain kesini emang?" tanya Hali sekali lagi.

"Mau jenguk Kak Thorn.." jawab Lunar

"Lunar, Solar?" ucap Thorn

"Lah? Kak Thorn kapan sadar?" tanya Solar

"berapa menit yang lalu. Pas sebelum kalian sampe sini" jawab Halilintar

"Eh? Lunar hidup lagi?!" ucap Thorn terkejut.

"Hah? Maksud? kamu amnesia atau gimana?" tanya Solar bingung.

"Lah? Lunar kan adek kita yang udah meninggal? ga inget? atau orang lain?" Thorn tambah bingung.

"Eee.. gajadi deh. Keknya aku salah orang, hehe.."

"Ohh.." Lunar tertawa kecil. "Gapapa kok.."

"Kak Thorn udah mulai membaik?" tanya Lunar

"Lumayan, cuman ngerasa pusing dikit tadi." jawab Thorn

"Ohh, syukurlah kalau begitu." ucap Lunar.

Di sisi lain, Lunar terbingung, bagaimana dia mengingat siapa Lunar? Setahu dia, Thorn tertembak di bagian dada. Apa hubungannya dia bisa mengingat Lunar? Apa ada orang yang mengasih tau tentang Lunar, tapi siapa? Ini bukan rencana 'dia', kan? Lunar benar-benar bingung, tapi.. yang lebih membingungkan, siapa yang menembak Thorn? Lunar tidak mendapat informasi tentang kejadian Thorn, 'dia' juga tidak mengasih tau apa pun. Tapi, kalau bukan dia, Siapa?

.
.

"Ayok Ice!! Cepet!!" Ucap Blaze kesal sama adiknya. Bagaimana tidak? Ice sangat lambat, membuat emosi Blaze terasa terbakar.

Ice menguap, "Iya.."

Emosi Blaze mulai tipis, "Cepet!! Gua mau ketemu Thorn! Lu gamau ketemu adik lo sendiri!?"

"Ya maulah, sabar dong. Gua masih cari jaket gua!" jawab Ice

"Makanya cepet!" Omel Blaze.

"Blaze, udah.. kita semua emang mau keteju thorn, kan?" ucap Gempa menenangkan Blaze.

Blaze memutar matanya. "Iya kak.." ucap Blaze

"Gitu dong."

.
.

"Aku pulang dulu ya!" ucap Lunar

"Yaudah, dadah" jawab Solar

"dadahh, Assalammualaikum!" ucap Lunar,

"Waalaikumsalam."

Berjalan ke rumah, benar-benar merusak mood-nya Lunar. Bagaimana tidak? Dia sangat malas ketemu dengan kumpulan orang-orang itu. Entah, kenapa dia harus tinggal dengan orang itu? Andai, dia tidak mudah di tipu, pasti hidup dia akan damai.

"Males banget ketemu tuh orang, aku pulang lambat dikit udah di ceramahin satu tahun. Jadi pengen teriak. Entar deh di kamar, entar di kira orang gila bejir" Batin Lunar.

"Entah kenapa tiba-tiba pengen cimol, tapi beli dimana? Disini sepi coyy, males putar balik lagi.. au ah. Mending cepet pulang"

"Lah? Sejak kapan ni rumah deket? Perasaan jauh, jangan-jangan anomali. Eh gajadi deh, kan rumah doang, ga mungkin tetangga, kan?"

"Euy!" teriak seseorang. "Ngapain lo? Kek anak hilang tau ga?" ucap Orang itu.

"Biarin." jawab Lunar.

Lunar memasuki rumah besar itu, Memasuki kamarnya, taruh tas, ganti baju, terus berbaring di kasurnya.

"Woilahh! Nih kasur di ganti apa?! Ga enak banget." ucap Lunar.

"Au ah, salto ajalah."

To be continued..
rawr, ak disini. GILA GUE GATAU MAU TULIS APALAGI WOELAHAHHAHAHAH, plz lunar lagi ga sehat. bawa dia ke dokter ga😔🫵

Adik ke delapan. END/discontinue.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang