Bab 16; Hujan adalah Bahasa Isyarat Paling Jujur di Bumi

3.3K 334 170
                                    

Bab 16;Hujan adalah Bahasa Isyarat Paling Jujur di Bumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 16;
Hujan adalah Bahasa Isyarat Paling Jujur di Bumi

___________________________________________

Desember sudah hampir habis. Liburan sekolah sebentar lagi selesai. Tetapi hujan musim itu masih terus jatuh, mengguyur jalanan kota yang ramai, membasahi pohon-pohon yang terus meninggi, menghantam dinding-dinding gedung pencakar langit yang menjulang, mencipta genangan di depan tenda-tenda pedagang kaki lima yang digelar di bahu jalan. Dari hari ke hari, malam demi malam. Jakarta di hari-hari itu hampir setiap waktu basah. Dan rumah itu ... semakin dingin.

Sudah beberapa hari berlalu sejak Denta mulai mempertipis intensitas mengobrolnya dengan Mama. Mungkin, pertengkaran mereka di malam ketika Kala jatuh sakit adalah terakhir kali Denta berbicara dengan sangat panjang, karena setelahnya pemuda itu menjadi lebih banyak diam. Sejak hari itu, Denta selalu menjadi yang terakhir datang ke meja makan untuk sarapan, dan menjadi yang paling awal meninggalkan meja setelah selesai makan malam. Ia tidak pernah lagi duduk di ruang tengah untuk sekadar menemani Mama membaca majalah. Ia akan lebih memilih pura-pura tidur setiap kali Mama datang ke kamar mereka menjelang tengah malam untuk mengecek apakah jendela sudah tertutup dengan benar, atau sekadar membantu menaikkan selimutnya yang turun.

Dalam beberapa hari itu, beberapa hal di sekitar mereka telah berubah. Beberapa tanaman hias Mama tumbang karena terlalu banyak ditimpa air hujan, beberapa di antaranya tumbuh lebih subur dari yang lain. Beberapa acara olahraga favorit Denta yang ditayangkan langsung di televisi telah berakhir, beberapa di antaranya berbuah kemenangan, beberapa sisanya berakhir dengan kekalahan. Beberapa luka yang sebelumnya parah berangsur sembuh, beberapa di antaranya masih butuh waktu lebih lama lagi untuk pulih. Dan mungkin, milik Denta adalah salah satu yang masih perlu waktu lebih panjang untuk benar-benar membaik.

Namun, meski demikian, sekalipun hatinya yang hancur belum benar-benar berhasil ia satukan, dan meskipun ia masih enggan berbicara kepada Mama karena beberapa alasan, Denta masih akan tetap berlari mendekat setiap kali wanita itu membutuhkan bantuan. Ia akan tetap maju lebih cepat daripada siapa pun ketika wanita itu sedang dalam kesulitan.

Saat itu, tepat dua hari sebelum Desember berakhir. Ketika Denta melihat Mama tidak sengaja melukai jarinya saat sedang memotong sayuran. Beberapa tetes darah jatuh ke lantai dapur dengan cepat. Denta yang saat itu hendak mengambil minum segera bergegas mencari P3K yang selalu disimpan Mama di laci meja ruang tengah, kemudian menarik Mama untuk mencuci tangannya di bawah aliran air keran yang mengucur deras. Pemuda itu membersihkan luka Mama dengan hati-hati, meniupinya tipis-tipis, menutupnya dengan plester luka, persis seperti yang selalu wanita itu lakukan setiap kali dirinya terluka.

Sampai kemudian, di tengah heningnya dapur pagi itu, suara Mama bergema di pendengaran Denta. Itu adalah pertama kalinya ia berbicara kembali dengan Mama setelah hampir dua hari menjaga jarak.

"Kamu boleh tanya apa pun, semua yang mau kamu tau, kamu bisa tanya ke Mama sekarang. Mama akan jawab semuanya, sampai semua pertanyaan kamu habis. Sampai nggak ada lagi hal yang kamu nggak tau."

Hujan Bulan DesemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang