Aku masih menunggunya

9 3 1
                                    

Karya by Hidayah Afriza
Juara Harapan 1
event cerpen by the Dream publisher


tidak ada yang tau pasti akan sebuah pertemuan atau perpisahan yang akan kita alami, hal yang pasti adalah menunggu atau melupakan. kejadian dan kenangan yang akan selalu teringat meski dalam mimpi.

waktu terus berjalan dan apa yang akan kita alami juga akan terlewati, seperti saat sedang berada di lantai dua sekolah tempat ku mengajar. melihat anak-anak yang sedang bermain sepakbola dengan ramai di lapangan. satu per satu ku perhatikan wajah dan tingkah mereka saat berlari dan mencetak gol.

teringat saat diriku masih sangat muda, bisa di bilang masih bocah, hehehe.
ingatan demi ingatan terus berlalu lalang dalam pikiranku. benak ku tak henti-hentinya menyebutkan namanya.

"hmm.. sepertinya dia agak mirip dengan mu Muhammad". bisik ku

Dia adalah Muhammad Fikri, anak laki-laki pertama yang menjadi seseorang yang aku cintai hingga umur ku 16 tahun. aku mengenalnya saat duduk di bangku sekolah dasar  tempatnya di SDN Kranji XI. Ia adalah seseorang yang membuat ku lebih ingin mempercayai diriku sendiri. sikap cuek mu selalu membuat ku penasaran pada awalnya. hingga membuat ku jatuh.

9 Tahun yang lalu saat pertama kali aku melihat seorang anak laki-laki cadel dengan lesung pipi diwajahnya yang membuat kesan manis.
saat itu aku dan teman sebaya ku sedang berjalan di lantai dua sekolah menuju kantin, saat aku melihat temanku itu meledek seorang adik kelas di sekolah.

ia mengatakan "woyy cadel". ujarnya
aku terkejut saat mendengar ia mengatakan hal itu. tetapi, aku juga tertawa sedikit melihat mereka berdebat. dan sepertinya mereka lucu juga.

setelah menyaksikan pertengkaran anak-anak dengan kata-kataan nya membuat ku sedikit penasaran. aku bertanya padanya.

"zet, itu tadi siapa?" tanyaku pada Zeti.

"yang mana? yang cadel tadi? itu tetangga gue di rumah, namanya Fikri" jawabnya.

"ohhhh dia temen lu di rumah"
"hihhhh bukan! tetangga doang!"

meskipun dia berkata demikian, menurut ku mereka cukup dekat.

setelah beberapa hari dengan kebetulan nya, aku selalu tanpa sengaja bertemu dengan anak laki-laki itu. dan aku  mulai  meledeknya juga. haha jiwa iseng ku ingin memulainya.

setelah sering melihat dia di jahilin oleh orang lain, aku melihat dia sangat cuek saat menanggapi orang lain. kupikir dia itu pasrah.
tapi saat ku coba iseng meledek nya, sungguh tidak seperti dugaan ku. ku pikir dia akan diam menatapku dan lalu pergi begitu saja. namun kenyataannya tidak, dia membalas ku dengan meledekku juga.

"ehhh anak mamih, cadel" kata ku.
"apa sih lu gendut" jawabnya.
"hihhhh dasar anak mamih".
"ehhh diem lu yaaa dut".

terkejut mendengar itu membuat hati ini kesal. mau bagaimana lagi, akulah yang memulainya. namun perasaan ku sedikit senang. karena hanya dirikulah yang ia respon. lalu ia pergi menuju kantin sekolah aku yang kesal berjalan menuju kelas ku.

"ga habis pikir deh, masa gw doang yang respon". batin ku mengeluh

beberapa hari berlalu aku dan dia terus saja meledek satu sama lain. aku kesal, tapi terkadang jika aku tak melihatnya hati ini sedikit rindu, mencari ke kelas dan lapang tempat ia biasa tempati. saat ku berdoa di lantai kedua dari sekolah ku, aku termenung memikirkan,

"bagaimana lagi aku akan meledek nya?" batin jahil ku

namun setelah itu mataku tertuju pada lapangan sekolah kulihat ada banyak anak yang sedang bermain sepak bola. salah satu pemain itu adalah Fikri, aku awalnya memperhatikan teman nya yang tampan,  tapi entah kenapa tiba saja mataku tertuju pada Fikri. betapa memesona nya ia saat memperebutkan bola dengan lawan Tim nya.

"andai bisa mengobrol seperti biasa dengan nya".

saat aku sedang melamun, tanpa sadar pertandingan sudah selesai. anak-anak yang di lapangan pun mulai berhamburan.aku pun pergi memasuki kelas, hanya ada aku yang baru sampai sekolah pada jam masuk siang dan aku mengisi waktu dengan mengerjakan PR yang belum selesai. tiba-tiba ada seseorang yang memasuki kelas ku, ia langsung menarik kursi di depan ku dan duduk terbalik menghadap ku.

"kak, lu lagi ngapain?" tanyanya
"lagi ngerjain tugas, kenapa emang nya"

lalu dia diam seribu bahasa, dalam ruang kelas yang sunyi dan hanya ada kita berdua. mungkin karna kita masih duduk di sekolah dasar pikiran kita tidak ada macam-macam.
namun perasaan tertekan menyelimuti.dia terus menatap ku yang sedang menulis pelajaran bahasa Sunda. aku segera menyelesaikan tugas ku dan lergi ke balkon sekolah. tanpa basa-basi dia mengikuti dan berdiri di sebelah ku, dengan berhalangan satu tiang dia mengungkapkan sesuatu padaku.

"kak kayanya gw suka deh sama lu"

satu kalimat yang membuat pikiranku melayang layang, aku bingung bagaimana harus menjawabnya. karena gugup aku pun jawab,

"maaf ya saya ga boleh pacaran"
"hahahahahahahaha"

dia tertawa, hah? kenapa dia tertawa?
"kenapa ketawa?" tanyaku.
"hahahaha, gw bilang suka sama lu doang, bukan mau nembak lu".

aku yang malu dengan respon ku pun langsung memukulnya dan kembali masuk ke kelas. aku sungguh tak percaya dia mengatakan itu. namun, hari-hari setelah dia mengungkapkan perasaan nya sedikit berbeda. aku jadi makin saat berpapasan dengan nya. dan gugup saat di dekatnya.
selalu senang saat melihat wajahnya. akankah ini yang dinamakan cinta?
ibuku pernah berkata,
cinta masa kecil adalah cinta monyet.
benarkah?
lalu, kenapa aku masih menunggunya?

Selasa, 20 mei 2024
di tulis pada masa sekolah dasar (SD)

Untaian Kisah Kita (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang