14. Melumpuhkan semua perasaan?

2 1 0
                                    

"Mencintai itu rumit, bukan? Seorang perempuan yang entah darimana munculnya memulai sebuah cerita. Dan Aku hanya mengangguk tersenyum sungkan pelan seolah mengerti atau hanya ingin menghargainya.

Perempuan itu sungguh misterius. Entah darimana ia muncul. Wajahnya terlihat sendu dengan rambut panjang yang tertiup tiup. Mungkin angin lebih mengenalinya.

"Mencintai itu rumit, bukan?" katanya mengulangi.

"Bahkan kau telah sepenuhnya berupaya, sedangkan tiada seseorang pun yang mau di sampingmu hingga di akhir perjalanan." "Kau yang telah mengerahkan segenap kekuatanmu hanya untuk meraihnya, yang jelas tidak ada. Lantas, mengapa kau mau melakukannya?"

"Mencintai itu sakit, bukan? Ketika kau telah sepenuh hati menghidupkan perasaan hanya untuknya, tetapi tiada jawaban yang bisa kamu temukan di sana. Hanya ruang-ruang kosong dan kepingan-kepingan luka yang berserakan."

Perempuan itu terus bergumam, terlihat seperti telah mengalami semua luka.

"Apa kau pernah mengalaminya? Tanyanya kemudian.

"Entahlah. Kini aku sendiri tidak memiliki hati. Tapi, dulu kala semua kisah cintaku selalu di bubuhi kisah sedih. Ya. Aku pikir bisa jadi tuhan masih memilih-milih calon pasangan yang lebih layak. Atau bisa jadi, mungkin karna luka lamaku yang masih belum pulih.

"Kau pasti akan mengalaminya lagi."
Katanya meyakinkan. Seolah-olah seluruh makhluk di bumi ini akan atau terus mengalami patah hati yang sama.
Aku pikir, aku merasa bersyukur sekali. Sebab aku tidak harus mengalami patah hati jika dadaku sendiri saja kosong tak berisi.

Perempuan itu mulai menghampiri. Mengamatiku dari ujung kaki hingga ujung rambut. Lalu bergumam. Seolah-olah ia sedang mencari-cari sisa lalu.

"Ah iya, aku mengerti."

"Bukankah menunggu hanyalah sebuah kesia-siaan?" Katanya tiba-tiba.
"Apakah sesosok manusia yang kau tunggu telah kau jumpai?" Tanyanya penasaran.

"Apa maksudmu. Aku tak mengerti." Tanyaku heran.

"Apa kau lupa, dengannya?"
"Yang lalu kau pernah temani?. Sembari menghitung detak jam yang terus berangsur pergi. Dan kau bilang dengan penuh sumringah bahwa kau akan menemaninya. sebuah waktu yang kau berikan untuknya Katamu juga, dia akan tetap selalu menemanimu sebuah waktu yang semuanya dipenuhi hanya untukmu. Lalu, apakah ia sekarang masih bersamamu?"

"Maaf, mungkin kau salah orang. Saat ini aku sama sekali tidak pernah menunggu seseorang. Apa kau tak melihat dadaku tidak memiliki ruang?"

"Tidak. Aku yakin kau masih menyimpannya."
"Apa karna akhirnya kau mengalami kepatahan sebuah hati?."
"Lalu, apa kau benar-benar sudah melumpuhkan semua perasaanmu?"

..

Fase Luka Karna KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang