Louis diam dengan tangan yang masih memeluk kedua lututnya, ia menenggelamkan wajahnya di sana, wajah sembab sebab ia menangis, bukan menangis karena ia dipenjara, namun karena ia memikirkan ucapan Anne. "Tidak ada yang menyayangi mu". Ayahnya bahkan menjatuhkan hukuman kepadanya tanpa memberikan nya kesempatan untuk menjelaskan semua ini. Pun dengan kakaknya.Sudah 5 jam lebih Louis didalam penjara, namun tak ada satupun keluarga nya yang melihat dan mengkhawatirkan dirinya.
"Rasanya lebih sakit daripada sebelum nya." ujarnya lemah.
"Aku tidak tau kesalahan apa yang aku lakukan dimasa lalu, hingga aku menghadapi kehidupan sulit dimasa ini."
"Ayah??? Khkhkhkhkh... Bahkan aku tidak tau rasanya memiliki seorang ayah." Louis mengusap wajahnya.
"Sudah lah, bahkan sekarang aku tidak takut dengan hukuman apapun yang akan dijatuhkan kepada ku. Kuharap nanti Tuhan mencabut nyawaku." Louis bersandar di tembok. Memejamkan matanya untuk mencoba tidur dan mengistirahatkan tubuhnya. Namun saat ia memejamkan mata seseorang menghampiri nya dan menangis.
Louis membuka matanya, yah itu ibunya satu satu nya orang disini yang menyayangi nya. Louis melihat wajah sembab sang ibu. Louis segera mendekat dan mengusap pipi sang ibu.
"Ibu... Kenapa? Kenapa ibu menangis? "
"Ibu mama yang tak menangis saat melihat putra kecilnya berada disini hm? Ibu mana yang tak menangis saat tau putra nya akan diadili oleh ayahnya sendiri? "Louis terdiam. Yah mau bagaimana lagi.
"Ibu tau kau tidak melakukanya Louis!" Louis tersenyum kecil menatap ibunya.
"Ibu jangan khawatir kan aku, aku pasti akan baik baik saja." ujarnya menenangkan sang ibu.
"Apa nya yang baik baik saja? Ibu sudah membujuk ayahmu untuk tidak menghukummu, tapi selir agung menangis meminta keadilan."
"Ibu.... Percayalah aku akan baik baik saja, aku percaya Tuhan sudah menyiapkan segalanya." jujur saja hatinya terasa teriris, melihat ibunya seperti ini. Ia tak ingin ibunya merendahkan diri kepada orang lain hanya untuk menyelamatkan nya.
"Ibu kembalilah, istirahat lah di kastil ibu. Aku baik baik saja. "Loui andai saja, andai saja kau tau bahwa hukuman sudah menunggumu di luar sana.
...
Louis membuka matanya yang sembab, sebenarnya ia tak bisa tidur. Wajahnya pucat dengan tatanan rambut yang berantakan. Tubuhnya begitu terasa amat sangat lemah.
Tiba-tiba beberapa prajurit datang dan membuka pintu. Louis sedikit tersenyum mungkin ia sudah dibebaskan pikirnya. Namun dua orang prajurit itu memegang kedua lengan nya dan membawa nya keluar begitu saja.
"Apakah hukuman ku sudah bebas?" tanyanya, namun prajurit itu hanya diam.
Louis dibawa ke lapangan. Tidak ini bukan lapangan tapi tempat eksekusi. Jantung Louis tak bisa tak berdetak kencang. Jujur ia hanya anak yang menginjak umur 16 tahun, pasti ia juga bisa merasakan ketakutan saat situasi seperti ini. Louis dibawa ke tengah-tengah tepat didepannya sudah berdiri keluarga kerajaan.
Ibu nya disana, dengan wajah yang tampak kacau, namun wibawa nya sebagai seorang ratu tak hilang.
"Hukuman untuk pangeran agung telah diputuskan!" kasim istana membacakan kesalahan kesalahan yang perbuat oleh Louis dan membacakan hukuman untuk Louis
"Pangeran agung dengan sengaja telah mencelakai putri Anne dengan mendorong ke danau sehingga putri Anne belum sadarkan diri, maka hukuman yang dijatuhkan kepada pangeran agung ialah hukuman cambuk!"
Tubuh Louis bergetar, namun ketika ia menatap kearah ayah dan kakaknya ia tersenyum miring. Prajurit memegang tangan nya.
"AKU BERSUMPAH BAHWA AKU TIDAK BERSALAH!!!" Louis berteriak
"KALIAN MENGADILI KU TANPA MENYELIDIKI INI TERLEBIH DAHULU! AKU!!!! TIDAK BERSALAH!!! AKU TIDAK MENCELAKAI DIA!!!"
"Aku tau kalian tidak menyukai keberadaan ku! Tapi setiap manusia disini memiliki hak atas hidupnya! Tapi kalian membutakan mata dan hati nurani karna tidak menyukai ku." Louis menangis
"Aku tidak takut dengan hukuman ku! Tapi aku hanya menyayangkan sikap raja, dan putra mahkota. Kalian begitu membenci ku sehingga aku diperlakukan seperti ini."
"Aku bersumpah kalian akan menyesalinya"
Kemudian tubuh Louis di tarik menuju sebuah panggung kecil. Beberapa algojo sudah berdiri di sana.
Louis menutup mata nya saat melihat sebuah kayu yang di pegang oleh algojo itu.
"CTAASSSSS!!!!" 1 cambukan di punggung Louis. Louis meringis.
CTASSSS
CTASSSS
Algojo terus mengayunkan tangannya hingga cambukan ke 50 Louis terjatuh, tubuh Louis melemah, mulutnya mengeluarkan darah. Tubuhnya sangat kesakitan. Mata nya berkunang kunang. Namun sebelum algojo meneruskan cambukan ke 51 tiba-tiba cuaca berubah, yang tadinya terang dan cerah kini berubah menjadi gelap gulita, angin kencang membuat semua yang hadir hampir terbawa angin, guntur bergemuruh, orang orang mulai kepanikan dan meninggalkan tempat eksekusi, melihat itu sang raja pun menghentikan eksekusi pangeran agung, para pelayan dan pengawal pangeran agung menghampirinya, pengawal memboopong tubuh ringkih dari tuannya ia menangis saat melihat luka dari sang tuan, Lyora? Jangan ditanya lagi ia sedari tadi sudah menangis, sembari mengiringi pengawal yang menggendong tuannya ia menangis dan segera memanggil tabib.'''' '''' ''''
Tabib memerikasa tangan Louis, ia berhembus lega saat dirasa masih ada detak nadi dari pangeran agung, Louis tertidur nyenyak dengan tubuh yang dipenuhi perban.
"Tabib bagaimana?" tanya dari ratu Arcelle, ia yang segera menemui sang anak setelah raja menghentikan eksekusi itu, menangis saat melihat anaknya yang tak berdaya itu.
"Hormat hamba yang mulia, untuk luka luar pangeran agung sudah diobati, denyut nadi pun masih berdetak meskipun lemah, hanya saja Luka dalam yang belum diobati."
Ratu Arcelle sedikit merasa lega
"Lalu?" lanjutnya
Sang tabib kembali membungkuk sopan
"Luka dalam hanya bisa diobati setelah yang mulia pangeran agung tersadar yang mulia, hamba telah meracik obat obatan yang akan diminum oleh pangeran agung saat telah sadar nanti." ratu Arcelle tersenyum lega
"Trimakasih tabib telah menyelamatkan pangeran agung." tabib membungkuk tubuh
"Sudah menjadi kewajiban hamba yang mulia." kemudian rombongan tabib dipersilahkan pergi. Ratu Arcelle langsung mendekati kasur sang anak, duduk disamping bantal, ia menggenggam tangan sang anak.
"Cepat sadar putraku, ibu harap ketika kau sadar nanti tidak membenci ayah mu nak. Maafkan ibu yang tidak bisa menyelamatkan mu, maafkan ayahmu." sang ibu mencium tangan anaknya sambil menangis. Sementara diluar kamar pangeran agung seseorang memperhatikan mereka yang didalam dengan wajah sendunya.
...
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi boy
FantasyArcelle adalah seorang mahasiswa jenius, ia merupakan lulusan terbaik di sekolah menengah atas negeri Belandia Namun saat ia sedang berangkat ke tempat kerjanya tiba-tiba ia terjatuh dari sepedanya dan pingsan Louis adalah seorang pangeran agung. P...