EPS 36 : Jangan Pergi Lagi

57 8 0
                                    

Telah direvisi pada 21 Mei 2024
Telah dipublikasikan pada 29 Mei 2024

"In the end, we only regret.
The chances we didn't take
I'll be your safety net, so why not raise the stakes?"
-Take A Change With Me, Niki

『✎﹏ 』

GITA berdiri sambil bercekak pinggang melihat Jiya yang masih belajar untuk persiapan ulangan harian Fisika jam pertama kelak. Berkacak pinggang sambil menggendong tas, mendapati seseorang yang katanya tidak akan belajar ketika ujian nanti.

"Ooh begitu ... Ooh begitu ... Ooh begitu ...." ucap Gita terus menganggukkan kepala, merasa kecewa berat karena sering kena tipu Jiya.

Kepala Jiya terangkat sedikit ke atas, dan terperanjat karena diketahui mendustai gadis berponi yang suka makan es batu itu. Berusaha melindungi diri dengan alasan walaupun dia sudah belajar, tetap saja tidak mengerti. Sedangkan beberapa waktu yang lalu, Jiya lebih dahulu mengajak Gita untuk tidak belajar saat ulangan harian Fisika, ternyata gadis itu kembali berdusta seperti sebelumnya.

"Lagian, emang ada orang yang nggak belajar sama sekali waktu mau ujian?" tanya Kiana dengan pandangan fokus ke buku bacaannya.

"Gue cuma mengandalkan ingatan tentang apa aja yang udah dipelajari, nggak belajar sebelum ujian, semua bergantung pada otak. Prinsip gue, yang penting di atas KKM dikit," jelas Ardika bermeditasi di bawah papan tulis.

"Mana gue nggak paham lagi sama materinya," jujur Jiya seraya memegang kepalanya.

Gita yang mendengar itu hanya mencebik sama menyipitkan mata. Dia tidak percaya setiap Jiya menyebutkan bahwa dirinya tidak mengerti dengan materi pelajaran, karena gadis itu selalu memperoleh nilai seratus tiap ujian. Rasanya Gita ingin sekali menjepit mulut Jiya dengan jepit rambut milik Kiana.

"Saran dong belajar materi yang mana dulu," ucap Gita meminta usul kepada warga kelas.

"Belajar nyontek aja," balas Ardika sambil memejamkan mata.

Gita menoleh ke arah Hania yang kelihatan lebih santai dari yang lain. "Semoga aja nilai kita nggak diubah lagi."

"Lebih baik hasil usaha sendiri, dari pada hasil manipulasi nilai temen-temennya," sindirnya.

Ardika yang merasa terganggu langsung menyepak kaki Gita yang berdiri tepat di depannya. "Gue lakban tuh mulut kalo masih nyinyir aja."

Jam pertama adalah Fisika dan Pak Hirawan terbukti hadir di sekolah, padahal di luar sana sedang hujan lebat. Jiya yang rumahnya satu arah dengan rumah Pak Hirawan menuturkan bahwa jalanan rumahnya saja banjir. Dengan demikian, mereka berpikir pasti guru yang selalu mereka ajak main uno itu tidak akan hadir.

Tepat saat bel berbunyi, Pak Hirawan tiba-tiba masuk ke dalam kelas dan langsung menyuruh segenap warga kelas untuk menyediakan satu lembar kertas dan meminta agar ponsel dikumpulkan di atas mejanya.

Adapun seragam Pak Hirawan dapat dilihat cukup basah, tetapi yang paling penting bagi beliau adalah ulangan harian harus tetap dilaksanakan. Untung saja pengumuman dari sound system mulai tersiar di seluruh penjuru kelas, mengandung pemakluman bagi kelas akselerasi IPS 5 dan kelas 12 IPS untuk bersegera menuju student center guna melakukan foto Yearbook.

Excellent '05 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang