Lelaki berambut cokelat terang itu kemudian melangkah mendekati jembatan gantung. Ia menyentuh kayu-kayu serta tali pada jembatan untuk diamati sekejap. Lalu badannya berbalik, berseru pada tiga pemuda yang tengah memperhatikan kegiatannya. "Ku rasa ini aman. Hanya saja kita perlu berhati-hati dan melewati jembatan ini satu persatu."
Yang lain saling melirik, lalu Luna menatap Sean lagi. "Kau yakin?" ragunya. Sean mengangguk, ia berbalik dan mendekat ke jembatan tua itu.
Tanpa diduga, Sean melintasi jembatan gantung itu dengan gerakan cepat namun hati-hati. Ketiga lainnya refleks membelalakkan mata, terkejut luar biasa atas tindakan Sean.
"Heh, Sean! Kau gila ya?!" pekik Grey. Sean tak menyahut. Ia masih terus melintasi jembatan dengan lincah.
Jane menggigit bibir. Khawatir Sean tiba-tiba terjatuh lalu masuk ke dalam lembah dan berujung hancur tubuhnya akibat batu-batu ganas di dalam.
Lain halnya dengan kenyataan, Sean justru sudah berdiri di ujung sana dengan selamat. Wajahnya penuh kegembiraan karena berhasil melewati jembatan tua itu tanpa halangan apapun. "Kalian lihat, kan? Aku selamat, kawan! Aku selamat! Jembatan itu aman!" serunya dari ujung sana.
"Luna, sekarang giliranmu! Lakukanlah seperti apa yang ku lakukan tadi!" Suara Sean terdengar, membuat Luna dan Grey bersitatap.
Luna menangkan dirinya. Ia memejamkan mata, mengatur napasnya sebaik mungkin agar pikiran-pikiran buruk tidak memengaruhinya. Matanya terbuka lagi dan ia menatap jembatan gantung itu dengan mantap.
Grey menahan lengannya, membuat Luna menoleh. Gelengan pelan Grey menunjukkan kekhawatirannya, namun Luna segera tersenyum menenangkan. "Aku akan baik-baik saja," ucapnya pelan dan tenang.
Luna mendekati jembatan, sekali lagi ia memantapkan niatnya. Kakinya mulai berpijak pada kayu, Luna melintasi jembatan dengan teknik yang sama seperti yang Sean lakukan sebelumnya.
Grey menahan napas, Jane menggigiti kukunya. Keduanya memperlihatkan ekspresi khawatir melihat Luna yang kini masih melintasi jembatan dengan cepat dan hati-hati.
Saat-saat menegangkan itu terlewati ketika Grey dan Jane mendapati Luna yang sudah berdiri dengan selamat di ujung sana. Sean menyambut Luna girang, Grey menghembuskan napas lega.
Pemuda bermata abu itu menoleh pada Jane, "Sekarang giliranmu."
"Eum, tidak bisakah kau duluan saja?"
Grey menghela napas. "Aku harus memastikan kalian semua selamat, baru aku akan melintasi jembatan itu."
"Kau duluan saja, ya? Ku mohon. Untuk sekarang aku masih takut, Grey." mohon Jane pada Grey.
"Dengar, Jane, aku harus memastikan kau selamat dahulu. Kau ini perempuan, mana mungkin aku meninggalkanmu sendirian di sini sementara aku dan yang lain sudah di ujung sana?"
Jane menggeleng, "Tidak masalah. Yang terpenting kau dulu baru aku." Grey menatap Jane dengan pandangan lurus, membuat Jane sedikit takut akan tatapannya.
Helaan napas terdengar sekali lagi. "Baiklah, aku akan melintas terlebih dahulu. Tapi kau harus memperhatikan bagaimana caraku melintas dengan baik. Dan usir rasa takutmu selagi aku melintas di jembatan itu, kau paham kan, nona Lacey yang keras kepala?"
Jane mengangguk, "Pergilah."
Setelah itu, Grey benar-benar melintasi jembatan dengan cepat. Dalam hitungan kurang dari tiga menit saja ia sudah berada di ujung sana bersama Luna dan Sean. Laki-laki itu benar-benar lihai.
Jane menatap ketiga temannya yang sudah berada di seberang sana. Mereka pun menatap Jane dengan tatapan menunggu. Gadis berkuncir satu itu menelan ludah susah payah. Astaga, kini giliranku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sylvan Cipher
Short StoryLuna, Jane, Grey, dan Sean yang ingin mengasingkan diri sementara waktu dari pusat kota berniat mencari pelarian di villa tua Aldmoor bagian utara. Siapa sangka di villa tua itu mereka menemukan sebuah peta kuno serta naskah misterius. Dipenuhi ol...