06. River

44 36 20
                                    

"Astaga, rintangan apa lagi ini?" Suara Sean mengambil alih perhatian mereka semua. Luna menatap ke depan, netranya menangkap sebuah sungai panjang dan lebar, serta air yang sangat tenang.

Pikiran Luna menerawang. Jika ada air berarus tenang itu berarti tandanya dalam. Sungai di depannya memiliki arus air yang sangat tenang. Mungkinkah kedalaman sungai ini mencakup level sangat dalam?

Grey kembali fokus dengan petanya. Sean menghampiri. Lagi-lagi kedua pemuda itu berdiskusi. "Ke mana kita harus pergi?" tanya Sean.

Grey menunjuk-unjuk peta. "Jalan selanjutnya ada di sebelah sana, kita harus menyeberangi sungai agar dapat melanjutkan perjalanan."

Pandangan Sean beralih pada sungai. "Sungainya terlalu lebar. Kita tak punya perahu atau apapun yang dapat membantu kita. Di sekitar sini juga tak ada jembatan." kepala Sean menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari-cari jembatan.

"Ku mohon jangan lewat jembatan lagi." Jane akhirnya bersuara, membuat ketiga lainnya menoleh. Sean tersenyum lembut, "Tentu tidak, Jane. Lagi pula tak ada jembatan di sekitar sini." Luna mengangguk setuju.

Grey maju mendekati sungai. Ia berjongkok memandangi air sungai yang begitu tenang selama beberapa saat. Kemudian berdiri lagi. "Mari kita tes seberapa dalam sungai ini. Kalau ternyata dangkal, kita bisa menyeberanginya tanpa membutuhkan perahu apapun. Ya, walau firasatku mengatakan bahwa sungai ini cukup dalam."

Pemuda bermata abu itu menitipkan peta pada Sean, setelah itu ia mulai berkeliling mencari sesuatu. Lima menit mondar-mandir sampai-sampai Sean menguap, Grey akhirnya datang membawa sebuah kayu yang sangat panjang.

Luna memperhatikan kayu itu dengan seksama. Kalau diperkirakan, mungkin panjangnya sekitar tiga meter.

"Mau kau apakan kayu itu?" Jane bersuara lagi.

Grey tidak langsung menjawab, ia mendekat ke arah sungai, memasukkan kayu sepanjang tiga meter itu ke dalam sungai dengan posisi vertikal. Sean, Luna, dan Jane merapat memperhatikan.

Kayu itu semakin tenggelam, membuatnya semakin pendek. Grey melepasnya ketika kayu itu akan tenggelam sepenuhnya. Dan benar saja, beberapa detik setelahnya kayu sepanjang tiga meter tadi sempurna ditelan air.

"Dalam sekali." Sean menyimpulkan. Grey mengangguk.

"Lalu bagaimana cara kita agar bisa sampai ke jalan selanjutnya? Kita tak punya perahu." bingung Luna. Sean kembali mengecek peta, Jane dan Luna mendekat, memperhatikan.

"Harta karunnya ada di dalam gua, sebelah sini." Sean menunjuk peta. "Tapi gua itu berada jauh dari tempat kita berdiri, juga harus menyeberangi sungai."

"Dan sepertinya kita harus mengikuti arus sungai untuk mencapai gua itu." tambah Luna selepas memahami isi peta. Jentikkan jari Sean terdengar, "Tepat sekali."

Sean menggulung peta, menyimpannya kembali. Ia menoleh pada Grey yang mulai berjalan pelan menyusuri sungai dengan jari yang memegang dagu. Tampaknya sedang berpikir serius, namun terlihat tenang. "Hei, Grey, tidakkah kau mencoba meminta bantuan pada makhluk-makhluk hutan atau semacamnya? Kau, kan, bisa berkomunikasi dengan mereka."

Mendengarnya Grey langsung tersadar. Ia kembali teringat akan makhluk bertanduk kristal tadi yang sempat menolongnya dari keputusasaan.

Makhluk itu tiba-tiba saja menawarkan bantuan, lalu sekejap mata langsung menolong mereka dari rasa takut akan kehilangan Luna.

Grey melihat-lihat sekeliling, mengamati detail apa saja yang ada di sekitarnya. Atensi Grey jatuh kembali pada sungai. Ia memandangi air itu selama beberapa saat, kemudian berjongkok.

The Sylvan CipherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang