010 ... [Blunt hoe]

19 2 0
                                    

••••
[Lost Sign Page 10]
[2101 Words]


"Siapa seseorang yang kalian maksud?."

Selaksha dan Louis pun sedikit kesulitan untuk menjawab, mereka men-jeda bicaranya upaya untuk memikirkan jawaban apa yang tepat agar membuat Sir Jun percaya jika ada seseorang di ruangannya.

"Keadaan sekolah sedang gelap, katanya ada perbaikan listrik di ruangan olahraga. Mungkin seseorang yang kalian maksud adalah petugas listrik tersebut."

Penuturan itu tak serasi dengan kesaksian dari Selaksha dan Louis, petugas listrik mana yang akan mengamuk layaknya orang yang sudah terusik. Lagi-lagi Sir Jun tak bisa menjadi seseorang yang berada di pihak mereka, entah mengapa guru itu selalu berpikiran positif ketika keduanya mengetahui ada yang tidak beres dengan tingkah guru tersebut.

"Bagaimana dengan pekerjaan kalian?."

Belum selesai dengan satu perbincangan tadi, Louis dan Selaksha mendapat pertanyaan baru. Apakah guru ini akan menghukum mereka juga lantaran pekerjaan yang diberikan Sir Jun tak diselesaikan dengan baik. Kendari begitu, Louis dan Selaksha mempunyai alasan yang cukup masuk akal. Kecuali jika gurunya itu tak menggunakan akal sehatnya untuk berpikir.

"Sudah ku duga, baiklah sudah gelap. Lebih baik kalian pulang. Terimakasih sebelumnya."

Sir Jun melenggang pergi, tidak ada satupun perkataan darinya yang dijawab oleh kedua anak muridnya itu. Entah karena mereka tidak mempunyai jawaban atau karena memang penuturan dari Sir Jun yang membuat mereka harus memikirkan seribu satu hal bagaimana caranya agar guru itu sekali saja tak membuat mereka berpikiran buruk. Walaupun nyatanya mustahil, Selaksha dan Louis berharap akan hal itu.

"L-lalu?." Lidah Selaksha sedikit Kelu ketika hampir beberapa menit tidak berbicara.

"Kita harus segera pulang, aku yakin tak akan aman jika kita lebih lama berada disini."

Selaksha menyetujui Louis, mereka mulai kembali berjalan meskipun dalam keadaan yang masih gelap. Ajaibnya, suasana menyeramkan itu perlahan-lahan tidak mereka rasakan lagi ketika kaki mereka sudah menginjak anak tangga yang membawanya untuk turun ke lantai dua lalu kemudian berbelok ke kiri sedikit dan turun ke lantai satu. Mereka melewatinya dengan diam, meski rasanya hati mereka menyimpan seribu perkataan.

Barulah ketika mereka sampai di Lobby, nafas keduanya kembali terdengar. Hembusan nafas lega seperti baru saja melewati hal yang paling menyeramkan dalam suatu kejadian. Tetapi sungguh, yang satu tadi itu benar-benar menyeramkan bagi mereka. Lobby tidak segelap di lantai tiga dan lantai dua, sangat berbeda jauh dengan ruangan Sir Jun yang gelapnya seolah membawa mati. Masih ada secercah cahaya di Lobby yang berasal dari langit yang sepenuhnya belum benar-benar gelap.

"Oke sudah sampai, bagaimana caranya kita pulang?."

"Telepon ayahmu!."

"Ayah sibuk, aku tak yakin dia akan mengangkat telponnya. Lagi pula kau tak ingat, ponsel kami mati ketika di atas tadi."

Karena ucapan Selaksha, Louis jadi teringat. Ia merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya, melihat Louis seperti itu Selaksha berinisiatif untuk mengikuti juga. Kini ponsel sudah berada di genggaman masing-masing, tanpa ada komando dari siapapun mereka menyalakan ponsel itu berbarengan. Lagi-lagi keajaiban membuat mereka terkejut, sontak Louis memandangi Selaksha begitu juga sebaliknya. "Aku sudah tidak bisa berpikir positif lagi kepada Jun sialan itu." Selaksha mendengar nada kebencian yang amat pekat dari seorang Louis, Selaksha tahu jika Louis memang tidak menyukai Sir Jun. Tetapi yang Selaksha tidak tahu kapan dan mengapa hal itu terjadi. "Mengapa kau membenci dia?." Selasa bertanya dengan tenang.

Lost Sign! [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang