012 ... [Conflict begins]

14 1 0
                                    

••••
[Lost Sign Page 12]
[3125 Words]


|AdTa School 2219, Yakta|

"Hei, kau seperti menemukan harta Karun di setiap huruf itu." Kekeh teman di sampingnya.

Yakta menanggapi dengan santai, ia tidak tersinggung sama sekali. Matanya sudah terlatih melihat buku berjam-jam tanpa ada keluhan yang keluar dari bilah bibirnya. Yakta kembali fokus ke dalam buku itu setelah sempat tersenyum menanggapi candaan temannya.

"Kau hebat Yakta." Senyuman yang ada di bibir Yakta hilang begitu saja, ia menoleh ke samping dengan raut wajah bertanya. Tidak ada yang salah dengan apa yang dikatakan oleh teman di sampingnya, Yakta hanya merasa keanehan pada setiap kata yang terdengar.

"Tiba-tiba sekali." Yakta masih berusaha untuk bersikap netral seperti biasa.

Temannya tersenyum, "Hanya kau yang bisa berbicara lancar tanpa hambatan dengan pak Dharma."

Kening Yakta mengkerut, Yakta belum ingin menanggapi lebih lanjut. Ia berusaha mencerna sendiri hingga menemukan arti dari kalimat yang dikatakan oleh temannya itu.

"Beliau cukup diragukan dalam posisi jabatannya, tetapi bisa membawa mu sampai ke perlombaan bergengsi yang membawa naik nama sekolah ini."

"Sungguh, aku hanya bisa menerima lelucon sialan mu itu."

Temannya tertawa, "Tentu, siapa yang tidak suka akan lelucon murahan ku ini." Ucapnya bangga.

Keduanya tersenyum gembira, beberapa perbincangan berbobot tadi hilang sekejap terseret angin yang menemani mereka di sore hari. Keadaan cukup sunyi, tiada seseorang yang lalu lalang karena memilih untuk cepat pulang. Kegiatan belajar yang cukup menguras energi memaksa sebagian besar murid-murid untuk pulang cepat karena ingin merehatkan tubuh serta pikirannya.

Namun begitu, masih ada yang setia bersemayam di sekitar lingkungan AdTa, entah karena mengikuti ekstrakulikuler atau memang ada beberapa anak-anak spesial seperti Yakta yang selalu meluangkan waktunya lebih lama di sekolah. Tetapi hari ini menjadi sedikit lebih menyenangkan, karena Yakta tidak mengira jika temannya yang satu ini masih berkeliaran di sana dan menemaninya dengan sedikit candaan gila.

"Apakah kau pernah merasa lelah?."

Yakta tersenyum, "Manusiawi, semua orang pernah merasakannya."

"Tapi kau kelihatan tidak pernah."

Tentu saja Yakta dibuat tertawa oleh jawaban temannya, ia menoleh menghentikan tawanya sejenak lalu benar-benar menatap serius lawan bicara di sampingnya. "Kau selalu pulang cepat, lalu mengapa tiba-tiba saja hari ini kau mau meluangkan waktu mu?."

"Aku bosan berada di rumah."

Jawaban sederhana yang memiliki arti sangat tidak sederhana. "Mungkin kita bisa menjadi teman?." Ajakan positif dari Yakta dibuahi senyuman oleh temannya. "Hampir tidak pernah ada yang mengatakan itu lagi." Temannya itu tertawa kecil.

"Luke."

Laki-laki di samping Yakta menoleh, karena Yakta memanggil namanya. "Apa kau pernah mendapatkan penghargaan dari seseorang yang kau sayang?." Yakta bertanya, ia merasa jika Luke adalah teman bicara yang pas jika membahas hal yang sedikit perlu memakai perasaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lost Sign! [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang