Kabar Dari Api

5.6K 76 7
                                    

Apa yang tidak membunuhmu, membuatmu lebih kuat.

Tapi terkadang apa yang tidak membunuhmu juga menggerogoti dari dalam dengan perlahan hingga kamu memintanya untuk segera membunuhmu.

Pada saat itu kamu memerlukan bantuan seseorang, agar dirimu segera tiba pada gerbang kebebasan.

Terkadang sesuatu yang tidak waras merupakan keharusan.

Jadi anggaplah itu bukan sebuah kegilaan tapi, hanya tekad yang akhirnya meledak!

Kabar dari Api
Jangkrik merupakan kerabat dari kecoa dan belalang. Suara khas dari jangkrik di keluarkan oleh jangkrik jantan, sedangkan jangkrik betina tidak bisa mengeluarkan suara. Suara ini dihasilkan oleh gesekan antara kedua sayap bagian depan mereka.

Aku pernah membacanya di sebuah buku, ketika aku masih kecil. Karena sore hari ini mereka berderik jauh lebih bising ketimbang biasanya, aku jadi merenungkan-nya.

Suara jangkrik membuat suasana jingga di petang hari ini terasa semakin sepi. Air pada wajan yang mengepul menambah bising pada dapur kecil yang di lapisi degan keramik putih ini. Desis kaleng panas yang bersentuhan dengan air pun pecah dan terdengar mengerikan ketika kutuang air mendidih ini pada secangkir gelas.

"Nanda! Nanda? Kemari sebentar!"

Mendengar pamanku memanggilku dengan intonasi seperti itu, membuatku segera beranjak dengan rasa takut.

"Aku pergi ke rumah sakit sebentar, tolong kabari nenek kalau kita tidak jadi ikut kumpul hari ini ya."

"Loh? Ada apa emangnya?"

"Tetangga kita kecelakaan, istrinya tidak selamat. Jadi, aku mau menjenguk dan membantu, Kokoh itu ga punya kerabat soalnya."

Aku pun mengangguk, tidak tahu harus memberi reaksi seperti apa. Jujur, aku kaget sekali ketika mendengar kabar itu.

Salah satu tetangga kami merupakan pasangan muda yang baru saja menikah dua tahun lalu. Mereka mulai pindah kemari dan tinggal disini sekitar akhir tahun yang lalu. Pamanku cukup dekat dengan Peter, nama suami dari perempuan yang telah meninggal itu. Mereka telah saling mengenal karena dulu Pamanku adalah pelatihnya ketika Peter masih aktif dalam dunia atlet.

Aku masih belum bisa percaya dengan kabar itu. Diana, nama dari Istrinya yang selalu riang dan ramah terhadap siapapun. Matanya coklatnya sangat bulat, setiap kali menatapnya, aku selalu terpesona. Warna dari mata itu seperti madu, madu pekat yang mengilap indah di bawah pancaran cahaya matahari pada pagi hari.

Kami sering saling menegur sapa tiap kali dia membuang sampah, sedangkan aku membersihkan halaman. Tubuhnya mungil dan ramping, dengan rambut ikal yang selalu di gerai dengan bebas. Mengingatkanku dengan sosok peri dari film animasi, apalagi dia selalu mengenakan gaun kecil dengan corak flora.

Banyak sekali yang mengira kalau Diana masih gadis, pedahal dia sudah berumur 28 tahun, telah menikah dua tahun dengan Peter. Kepribadian Diana merupakan keterbalikan dari suaminya yang pendiam dan dingin. Diana riang dan sangat ramah dengan siapapun, termasuk aku.

Sekarang perempuan itu telah tiada. Dirinya tidak ada lagi di dunia ini. Tubuh mungilnya, beserta rambut indahnya dan wajah cantiknya itu akan segera di makamkan. Aku tahu dia hanya tetangga, namun mendengar kabar duka cita seperti ini selalu membuatku bergidik. Kematian sangat menakutkan, pikirku.

(***)

Ketika pamanku pulang, hari telah gelap. Seusai gosok gigi aku langsung berderap menuju ruang depan, pamanku sedang mengunci pintu saat itu.

Tetangga SangarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang