.
.
.
.TANDAI TYPO 🍁
MATAHARI kian meninggi. Semburat cahayanya menciptakan siluet berupa garis-garis tirai yang memberikan kesan aesthetic. Beragam tanaman hijau serta furniture kayu di dalamnya seolah menyatu padu dengan ruangan yang dominan warna putih.
BRAK!
Pintu di buka paksa dari luar hingga menimbulkan getaran di sekitar saking kencangnya, menampilkan sosok wanita paruh baya yang berdiri dengan tampang terkejut alami.
"Ya Tuhan..." sebutnya. Pandangan wanita itu menelisik seluruh isi kamar sang putri yang berhasil membuat matanya sakit.
Berbagai bungkus cemilan kosong di lantai, tissue dimana-mana, pakaian berceceran di berbagai sudut, bantal di bawah kolong kasur, laptop masih menyala, dan si pemiliknya tentu saja, masih bergumul di balik sprei yang dia jadikan selimut.
Dasar si pemalas.
"JENA!" gertak Hana dari ambang pintu. Suaranya yang keras membuat burung-burung di atas genteng beterbangan lantaran terkejut.
Namun sepertinya suara Hana tidak terjangkau di pendengaran Jena melihat gadis itu tidak terusik dan justru semakin nyaman dalam tidurnya.
Tanpa mengulur waktu lagi, Hana segera melangkah masuk menghampiri single bad milik Jena. Matanya tidak berhenti menelisik bentukan tidur sang putri yang tidak ada kalem-kalemnya, membuat kepalanya geleng-geleng tanpa sadar.
Bagaimana bisa gadis itu tidur dengan posisi nungging? Bahkan jika dicermati, bantal polos itu sudah dipenuhi pulau-pulau kecil sekarang.
"Anak gadis ini," desis Hana mulai lelah. Dengan setengah hati ia memunguti satu persatu kekacauan yang Jena ciptakan, menempatkan pada wadah yang seharusnya.
Sesekali Hana akan ngedumel menyadari sikap Jena yang tidak kunjung berubah sampai sekarang. "Cowok dari sekte mana yang mau mungut cewek bentukannya kaya gini?"
"Udah pemalas, nggak bisa masak, pengangguran. The real mumi hidup yang bisa ngapa-ngapain selain rebahannn teruss."
Terakhir Hana berkutik pada laptop, mem-pause tayangan yang masih berjalan, dan menutupnya. Dia menghembuskan napas sejenak sebelum menetralkan emosi. Baik, dia akan berusaha sabar kali ini.
"Jena." Hana menepuk-nepuk pipi Jena dengan gerakan pelan.
"Bangun Jena!"
"Ini udah jam sepuluh loh, jangan dibiasakan anak gadis bangun siang-siang, pamali, nanti jodoh kamu nggak sampai-sampai."
'Ngh' Jena mulai terusik dengan suara Hana, apalagi ketika telapak tangan Hana yang cukup dingin menyapa pipi kirinya.
"Pasti kamu begadang lagi 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unriquited Love (On Going)
Teen FictionBLURB : 𝐼𝑛𝑖 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑐𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑓𝑙𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛. 𝑇𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 Jena. 𝑆𝑖 𝑔𝑎𝑑𝑖𝑠 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑙𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑟𝑚𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖...