3. Peraturan Si Cupu

99 58 40
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.
.
.

TANDAI TYPO🍁

Hari sudah berganti. Berbeda dari hari kemaren, kali ini Jena bangun lebih awal karena tidurnya bisa dibilang cukup daripada sebelum-sebelumnya.

Sejak kejadian kemaren, Jena sama sekali belum keluar kamar. Gadis itu terus mengurung diri di dalam tanpa melakukan apapun. Dia bahkan belum menyentuh nasi sama sekali.

Nafsu makannya hilang. Jena yang sehari tanpa drakor rasanya mau mati, entah kenapa hari kemaren dia tidak berminat melakukan apa-apa selain rebahan.

Suara-suara barang berjatuhan mengisi kamarnya yang sunyi. Tangan Jena meraba-raba atas lemari pakaian berharap menemukan barang yang biasa dipakai wanita ketika kedatangan tamu.

"Kok nggak ada, sih?"

Jena mulai panik. Di situasi sekarang jangan sampai dia kehabisan stock dan berujung meminta bantuan ke Hana. Bisa-bisa diejek habis-habisan dia.

"Aishh, sekiya!" umpat Jena merasa frustasi.

Jena masih berusaha mencari tepatnya di laci nakas, lipatan baju, dan bawah lemari. Namun hasilnya sama saja, tidak ada. Tubuh Jena merosot lemas, dia menyerah.

"Masa gue minta tolong ke Ayah, si."

Sejak pagi gadis itu sudah merasakan nyeri perut hebat. Instingnya menyatakan bahwa dia akan kedatangan tamu bulanan dalam waktu dekat. Dan benar saja.

Biasanya Hana tidak akan membiarkan keperluan pribadi Jena sampai habis seperti ini, karena dia akan selalu menyiapkan stock bersamaan dengan belanja bulanan.

Namun hal itu seolah tidak berlaku sekarang. Kejadian-kejadian tidak menguntungkan hadir silih berganti membuat Jena berpikir, apakah ini karma akibat dirinya terlalu malas?

"Sial mulu perasaan." Jena buru-buru menghapus jejak air matanya yang mengalir tanpa sadar. Dia tidak bisa terus-terusan berdiam diri seperti ini tanpa melakukan apapun.

"Nggak ada pilihan lain."

Keadaan Jena semakin darurat. Dia akan memilih untuk bersujud meminta maaf kepada Hana daripada tersiksa di situasi seperti sekarang. 

Cklek.

Pintu kamar Jena terbuka dengan hati-hati, disertai gadis itu yang nyembul dari dalam. Tatapannya menyapu seisi rumah yang tidak menunjukkan tanda-tanda keberadaan manusia.

"Sepi banget kaya makam," monolognya.

"Ibuk?" Panggilan Jena bahkan terdengar menggaung saking sepinya rumah itu.

"Buk." Jena melangkah ringan.

"Ibuk dimana?"

Sesampainya di ruang tengah, samar-samar telinganya mendengar aktivitas yang berasal dari dapur.

Unriquited Love (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang