Thup berdiri di atas ring dengan dua sarung tangan putih di tangannya. Di salah satu sudut ada Singha yang mengenakan sarung tangan hitam rapi dan sedang menatapnya.
"Phi Sing, Tapi aku ... aku belum pernah bertarung sebelumnya. "
"Prinsipnya sederhana. Kau tidak harus memukul. Apa kau siap?" Pemuda itu tidak bisa berbuat apa-apa selain mengenakan sarung tangan di kedua tangannya dan berbalik untuk mengangguk kepada inspektur muda itu . "Bagus. Jadi bersiaplah dan tutupi wajahmu. Terima pukulan di kepala dan semuanya berakhir. Kau mengerti?"
"Me... mengerti.... " Thup mengangkat tangannya dengan cepat dan mengatur kewaspadaannya seperti yang dilakukan Singha. Saat orang tua itu mendekat, dia menutup matanya dengan gugup.
"Jangan tutup matamu!" kata Singh dengan suara pelan sebelum mulai berjingkat maju mundur, kemudian dia bergegas melaju dan melayangkan pukulan ke arah pemuda di depannya dengan kecepatan dan kekuatan yang berkurang lebih dari setengahnya. Namun meski begitu, pukulannya tetap langsung mengenai samping pipi Thup hingga pemuda itu terjatuh. "Sudah kubilang jangan tutup matamu ."
"Maafkan aku." Dia mengusap pipinya sendiri dan menggelengkan kepalanya sedikit untuk menghilangkan rasa pusing akibat pukulan yang baru saja dia terima.
Singha berjongkok di depan pemuda itu sebelum menggunakan tangannya untuk mengangkat dagu anak itu.
"Jika kau menutup mata, kau tidak bisa melihat pukulan yang datang ke arahmu. Saat kau tidak bisa melihatku, kau tidak bisa mengelak dan mencegahku untuk memukulmu. Satu-satunya yang tersisa adalah pukulan itu mengenai wajahmu. Apa kau mengerti?"
"Aku mengerti."
"Lagi!" Singha berdiri sebelum melihat ke arah pemuda yang dengan segera bangkit lagi. Sarung tangan hitam pekat itu saling meninju dua kali, lalu mengayunkan pukulannya hingga mendarat di sisi berlawanan seperti sebelumnya.
"Ah...!!" teriak Thup dengan keras sebelum terjatuh ke tanah. Hidungnya terasa perih. Warna putihnya berubah merah karena darah mengalir dari lubang hidungnya.
"Anak ini! Sudah kubilang jangan tutup matamu. Aku tidak menyuruhmu bertinju tanpa menghindar. Sial, aku bisa gila." Singha melepas sarung tangannya dan melemparkannya ke lantai, sebelum berjalan turun dari ring, mengambil kertas tisu dan menempelkannya ke ujung hidung pemuda itu. Tundukkan kepalamu!"
Thup membiarkan orang yang lebih tua itu menyeka darah dari hidungnya tanpa perlawanan sedikitpun. Matanya yang indah berbinar meski baru saja dipukul. Tangannya masih menggunakan sarung tangan tinju dan dia melindungi wajahnya dengan itu saat Singha memukulnya. Tapi kondisinya masih seperti ini. Apa jadi ya jika dia tidak memakai sarung tangan dan tidak menutupi wajahnya? Kondisi apa yang akan dia alami? Pikiran itu menghantui Singha di dalam pikirannya.
"Aku sungguh bertanya, bagaimana kau menjalani hidupmu? " Singha bertanya sambil menyeka darah anak laki-laki itu.
"Aku tidak pernah berkelahi dengan siapa pun."
"Tidak pernah?"
"Iya." Thup duduk bersila dan memandangi orang yang lebih tua dengan mata kagum.
"Lalu setiap hari, apa yang kau lakukan? "
"Aku hanya sekolah dan saat kembali, aku membersihkan kuil untuk Luang Pu."
"Setelah kau meninggalkan kuil?"
"Aku hanya belajar lalu kembali untuk menggambar di kamarku."
"Selalu seperti itu?"
"Ya."

YOU ARE READING
สิงสาลาตาย - GODDESS BLESS YOU FROM THE DEATH [INDO]
Mystery / ThrillerTERJEMAHAN RESMI dari Novel Thai yang berjudul สิงสาลาตาย karya MTRD.S, The copyright of this novel under ARN BOOK as the publisher and MTRD.S as original author.