10:20
"Eka. Ke kantin yuk!" ajak Feby.
"Ayok!" serunya dengan semangat.
"Syinta? Ke kantin yok!" ajaknya membuat gadis itu tersenyum tipis.
"Ayok!"
KANTIN
"Disana rupanya," gumam Eka melihat pemuda itu. Tanpa ada rasa malu, gadis ini berlari terbirit-birit menghampirinya. Syinta dan Feby ikut berlari menyusul gadis itu.
"Bang!" seru Eka memukul pundaknya dengan keras.
Deka meliriknya dengan tatapan menyeramkan. Syinta dan Feby reflek ketakutan melihat tatapan seram dari kakak kelasnya itu.
"Serem banget matanya. Santay aja kali!" serunya sambil cengar-cengir.
"Eka... kami pergi duluan ya?" pamit Feby.
"Eh jangan! Awas ya! Kalau kalian ninggalin gue, itu berarti gak setia kawan," ucapnya membuat kedua gadis itu saling pandang.
"Gak usah takut gitu. Kakak gue baik kok, gak makan manusia."
Kedua gadis itu masih terdiam dan terus saling pandang, membuat Eka menarik nafas panjang dan langsung menarik lengan kedua gadis itu agar duduk dikursi.
"Eka... kakakmu ganteng banget ya? mirip cowok fiksi yang obsesian itu loh," bisik Feby pelan.
"Iyalah! Kakak gue emang ganteng," serunya, membuat Feby mencubit lengan gadis itu.
"Eka! Jangan keras-keras ngomongnya, gue malu..." ujarnya.
"Feby! Sakit!" teriak Eka.
Syinta hanya diam, gadis itu terus celingak-celinguk mencari keberadaan cowok yang dia sukai, siapa tau kan dia ada disini. Tak lama kemudian, datanglah Wahyu bersama Rahmat yang berjalan beriringan dan berhasil mengalihkan perhatian mereka bertiga, kecuali Deka yang sedang sibuk memakan sushinya.
Ketiga gadis itu langsung melototkan mata, teruatama Eka. Ia sangat tidak sangka dapat bertemu lagi dengan pemuda yang menabraknya tadi pagi.
Eka adalah gadis yang tidak mudah tertarik kepada seseorang, bahkan gadis ini sangat susah menyukai laki-laki. Diluar negeri banyak lelaki tampan yang menyukainya, tapi selalu ditolak mentah-mentah olehnya. Ternyata, Gadis ini masih menyukai cowok lokal.
Wahyu dan Rahmat semakin mendekat ke arah mereka, Wahyu tidak terkejut dengan keberadaan gadis muda yang ada di depannya ini, jelas dia adalah "Eka" adik bungsu dari sahabatnya.
Rahmat memicingkan mata, sepertinya dia pernah melihat gadis ini sebelumnya, tapi lupa dimana.
"Kayak gak asing," batinnya.
Eka terus tersenyum lebar, membuat Rahmat langsung berhenti menatap dan melirik kearah lain. Gadis itu memonyongkan bibirnya saat pemuda yang ada disamping Wahyu telah memutuskan tatapan darinya.
"Feby... lo tau gak mereka siapa?" bisiknya.
"Astaga! Masa lo gak tau mereka siapa!?" jawab Feby.
"Beneran gak tau. Emangnya mereka siapa?"
"Sahabat dari abang kamu loh, dan mereka bertiga tuh terkenal di sekolah kita..." cicitnya membuat Eka mengerti.
"Lo tau gak nama cowok yang main ponsel itu?" tanyanya.
"Iya tau. Namanya kak Rahmat, dia ketua osis di sekolah kita," jawab Feby.
Rahmat menyimpan ponselnya di atas meja. Pemuda itu beranjak dari kursi dan berjalan menuju kasir, mata Eka dan Feby terus tertuju padanya.
"Kalian tunggu aja disini, biar gue yang traktir," ucap Eka antusias, membuat kedua gadis itu berbinar matanya.
Deka hanya melirik sekilas, entah apa yang akan gadis nakal itu lakukan. Rahmat tersentak kaget saat gadis ini tiba-tiba saja berdiri disampingnya.
"Bibi! Saya mau pesan ayam geprek tiga porsi sama nasi putih tiga piring," pintahnya dengan senyuman lebar.
"Iya neng. Tunggu sebentar ya..."
"Oke bibi! " serunya.
Rahmat hanya mematung melihat gadis muda yang berdiri di dekatnya, siapa gadis ini? Apa hubungannya dengan Deka?
"Ngelamun ya bang?" ucapnya sambil cengengesan. Rahmat tersentak kaget, dengan berani gadis itu mengulurkan tangannya.
"Salken bang! Nama gue I KADEK AYU EKA SANJAYA, panggil aja gue Eka," ucapnya seramah munkin.
"Deka mempunyai adik!?" batinnya tak percaya. Dengan sedikit ragu, Rahmat membalas uluran tangan dari gadis itu.
"Rahmat..." jawabnya masih tercengang.
Eka cengar-cengir menanggapi. Sejujurnya dia sudah tahu nama pemuda ini, tapi karena mau caper, dia modus sedikit. Wkwkwk...
"Den, neng. Pesanananya sudah jadi,"
Mendengar hal itu membuat kedua orang ini langsung tersenyum secara bersamaan kepada bibi Ineng. Keduanya langsung mengambil pesanan masing-masing."Ini bi. Uangnya..." ucap Rahmat membayar makanannya diikuti oleh Eka ikut juga membayar.
"Gue duluan bang!" pamitnya dengan wajah ceria.
Rahmat hanya berdiri mematung melihatnya. Eka berjalan duluan meninggalkan Rahmat yang masih syok. Ia tidak menyangka, bahwa gadis itu ternyata adik dari sahabatnya.
"Kenapa Deka gak pernah cerita, kalau ternyata dia punya seorang adik perempuan?" batinnya.
"Gak pesenin gue juga?" tanya Wahyu saat Rahmat sudah kembali.
"Ogah!" ketusnya.
"Dih. Pelit," umpat Wahyu." Woi cupu! Pesenin gue soda!"
"Keren banget!" gumamnya.
"Keren dari mana coba, serem kayak gitu..." cicit Feby bergidik ngeri.
"Tapi bagi gue, itu sangat keren Feby!" serunya.
"Terserah kamu aja deh..." kata Feby pasrah.
"Sayang!!!" teriak Aurel menghampiri mereka, membuat perhatian mereka semua langsung tertuju dengan gadis itu.
Eka terus memerhatikan Aurel dengan tatapan sinis. "Si penyihir datang lagi."
"Eka... kamu berani banget ya? sama kak Aurel," cicit Feby.
Deka melirik sekilas. Namun, kembali lagi sibuk dengan ponsel.
"Good morning sayang!" sapa Aurel memeluk lehernya dengan manja, membuat Eka berasa mau muntah melihatnya.
Eka melirik kedua pasangan itu. Mata gadis itu mulai membesar, Ia memiliki kemampuan mengetahui perasaan seseorang dan karakter orang. Kedua matanya mulai terpejam, dia bisa merasakan rasa kasih sayang pemuda itu yang amat besar untuk kekasihnya.
"Walau orangnya kasar, dia tetap penyayang," batin Eka tersenyum tipis menatap Wahyu yang tengah mengelus lembut rambut kekasihnya.
Berbeda tatapannya untuk Aurel, gadis itu terus caper dengan Deka. Eka sangat geram melihat hal itu, ingin sekali dia menculik abangnya dan membawanya pergi jauh-jauh dari penyihir itu.
Matanya terpejam kembali, dia bisa merasakan rasa cinta dan kasih sayang Aurel kepada abangnya. Rasa kasih sayang Aurel ternyata sangat besar dan sangat tulus. Eka terdiam sebentar, lalu melirik Deka dan mulai merasakan perasaan pemuda itu.
Deg
Eka membantin. "Cinta mereka bertepuk sebelah tangan."
"Hay Eka. Apa kabar?" sapa Aurel tersenyum miring.
"Sok asik!" umpatnya.
"Sayang. Siapa dia?" tanya Sintiya.
"Adiknya Deka," jawabnya.
●●●
BERSAMBUNG...
VOTE SEBANYAK MUNKIN☆☆☆☆
NEXT>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
DEWARA THE SERIES (On Going)
Teen Fiction(TAHAP REVISI) Menyukai salah satu dari hambamu... apakah kami dapat dipersatukan? Atau akan berpisah karena berbeda keyakinan? Tak ku sangka, kita menyukai gadis yang sama. Lantas? Apakah saya harus mengalah? Dan membiarkanmu hidup bersamanya? Sang...