BIRULARA

303 63 8
                                    

Suara gemericik air dapur menandakan seseorang sedang mencuci piring di sana.

Biru anak itu tengah berkutat dengan tumpukan piring kotor dan gelas yang sebentar lagi sudah selesai ia cuci, setelah mencuci piring dan piring kini ia ber alih ke kompor sebelahnya.

Ia turun dengan perlahan dari kursi plastik kemudian membawa kursi itu ke kompor, tinggi Biru dan kitchen set dapur hampir sama hanya saja agar memudahkan dirinya melakukan pekerjaan nya makanya ia memakai kursi sebagai pijakannya.

Senyum nya tetap merekah di bibir mungilnya kala merasakan rasa masakannya yang enak, Biru segera mematikan kompornya ia segera menyusun menu makan pagi ini di meja makan..

"yapk (siap)" ia alihkan netra nya pada jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan pagi,maka dengan cepat ia berlari ke arah gudang mengambil kardus papan nyalanya serta tisu dan Koran yang akan ia jajakan.

Saat melintasi pintu dapur yang terbuka bisa ia lihat Juandra yang tengah menyuapi Bintang yang sedang ia pangku,Biru juga melihat sang Abang yang tengah bercanda dengan Juandra serta Bintang di sana..

Netra nya tertutup sambil tersenyum membayangkan bahwa dirinya yang tengah di suapi oleh Juandra serta abangnya yang tengah bercanda gurau denganya..

BRAK!

Tubuhnya terlonjak kaget saat pintu dapur di tutup dengan keras, tangan mungil Biru mengelus dadanya pelan, ia tersenyum sendu kala pintunya tertutup rapat. Tak mau terus bersedih dengan senyuman cerahnya ia membawa dagangan nya keluar dari kediaman Juandra...
:
:
:
Tin

Tin

Tin

Tin

"ang ! ang! (Koran koran)"  Di sini biru berada di bawah terik sinar matahari tubuh mungil tak henti menjajakan dagangannya dengan senyum cerah. Ia kali ini sendiri karena Asep pasti sedang sekolah mengingat mungkin ini jam dua belas siang..

Biru meneduh di bawah kolong jembatan. Ia selonjorkan kakinya sembari menghitung koran dan tisu yang sudah terjual. Masih banyak,tapi tak apa biru bersyukur kala ia mendapatkan 10 ribu dalam 4 jam berjualan..

"Alhamdulillah ya Allah terimakasih atas rezekimu"  batin Biru senang, ia segera menyimpan uangnya kemudian ia mengambil botol yang berisikan air putih.

Ia minum hingga habis agar bisa mengganjal perutnya yang terus berbunyi..

Netra birunya menatap lampu lalulintas yang telah berwarna merah dengan semangat ia kembali lagi turun ke jalan untuk berjualan..

"Ang? Ang ak.. (koran? Koranya pak?)"  Mereka yang di tawari hanya menggeleng sembari tersenyum, begitupun dengan Biru yang membalas dengan senyuman manis juga..

Tapi senyumnya luntur saat mobil yang dengan kecepatan penuh hampir menyerempet nya..

Tinnnnnnnn

BRAK..

Biru mendesis sakit saat dahinya terbentur trotoar, padahal Biru sudah mau berjalan ke pinggir karena lampu telah berwarna kuning namun mobil itu tiba-tiba saja melaju dengan cepat ke arahnya...

"WOI! PUNYA MATA DI PAKE!" Teriak kan makian orang orang yang meneriaki mobil tadi, para pejalan membantu Biru duduk di kolong jembatan.. korannya yang berhamburan telah ia pegang erat-erat..

"Astaghfirullah dek.. duh! Masnya yang nyopir gimana sih! Ga tanggung jawab! Jadi luka gini adeknya!" Omel para ibu yang tengah mengerubungi Biru..

Seorang ibu pedagang sayur dengan membersihkan luka di kaki Biru yang lecet, anak itu meringis kesakitan..

"Sabar ya le.. biar nda infeksi" Biru mengangguk, setelahnya luka di kakinya telah di beri plester, para kerumunan juga sudah bubar tersisa Biru yang selonjoran sembari melihat korannya yang sudah rusak,karena terlindas ban..

"Cak..mna?(Rusak gimana?)" Tak ingin berlama-lama Biru segera bangkit untuk pulang,karena sebentar lagi akan hujan.
:
:
Mobil sport kini berhenti tepat di halaman keluarga Juandra, seseorang turun dengan emosi sembari berjalan masuk ke dalam rumah..

"Napa lo? Putus?" Ucap Laut sembari menonton tv. Langit yang melihat kembaranya pun segera duduk di sofa samping Laut..

"Ga. Ketemu anak sial aja." Ucap Laut sembari memakan kuaci yang di sediakan Langit..

"Sialan? Siapa?" Tanya Laut penasaran, Langit hanya menjelaskan bahwa ada anak yang tak hati hati menerobos lampu merah.

"Tolol kan tu anak? Main nyerobos aja, ya gw serobot gatian biar dia belajar." Kata Langit dengan nada jengkel, Laut menghela nafas panjang..

"Ga kena kan?" Langit menggeleng ia pun bangkit menuju dapur, langkahnya terhenti saat melihat Biru yang tengah melakukan pekerjaan nya..

Srak!

"Ang!" Rambut biru di Jambak kuat oleh Langit, anak itu mengaduh ke sakitan sembari memegang tangan Langit yang tengah menjambak rambutnya kuat..

"HEH sialan! kalo udah tau cacat ga usah sok jualan! Ngerepotin orang lain tau ga?! Emang ada yang beli engga kan?! Yang ada itu MEREKA JIJIK BELI DAGANGAN DARI ORANG BISU KAYA LO!" Ucap Laut sembari menonyor kepala Biru yang hampir membuatnya membentur wastafel..

"BISU SOK SOK AN JUALAN! KASIAN YANG BELI KENA SIAL LO! MATI AJA SANA! LO IDUP JUGA GA ADA YANG PEDULI!" Setelah mengatakan itu Laut segera pergi dari sana , meninggalkan Biru yang menangis kesakitan tanpa suara..

Dengan tangan bergetar Biru mengelus rambut nya sendriri berusaha membuat dirinya tenang ...

"Biru tidak apa apa.. maafkan Abang.. Abang sedang lelah.. maafkan mereka ya Biru?"  Ucapnya pada dirinya sendiri. Biru tersenyum lebar dengan isakan yang masih terdengar lirih, Setidaknya saat ia menangis kencang tak akan ada yang dapat mendengar jerit pilu nya. Karena ia BISU.











HALLO SEMUANYA!
DUARRR AKHIRNYA AKU COMEBACK!

AYO AYO MANA BINTANG SAMA KOMENYA?!

BIRU SUDAH UP LOCH!

Jangan lupa 🌟 sama komen nya ya kak! Terimakasih sehat sehat semuanya!

"Peluk Biru ya kak? Sampai nanti Biru bisa di peluk Ayah.." _Sabiru

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BIRULARA (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang