BIRULARA

932 108 22
                                    

PALK

"Anak kurang ajar! Mau ngapain kamu hah! Sini kamu bener bener!" Emosi Juandra tidak terkontrol lagi ia terus memukul Biru tanpa mendengar rintihan anak itu..

"NG!!" Biru menggigit bibirnya saat Ayah menginjak kakinya yang tersiram air panas..

"Sakit! Sakit! Ayah sakit! " Biru menangis ia mencoba mengeluarkan suaranya namun yang keluar hanyalah seruan kosong saja.

"Kit nya kit! hiks"

"BERISIK! MATI AJA KAMU! BIKIN MALU BISANYA!" Juandra mengangkat kakinya tinggi tinggi bersiap untuk menginjak dada anak itu..

"TUAN JUANDRA JANGAN!" Bi inah datang ia segera memeluk Biru yang tengah menangis sementara pak Topo segera memberhentikan Juanda yang terus memberontak.

"AWAS BI! ANAK BODOH INI BIKIN ULAH TERUS! DIA BIKIN KERJAAN SAYA HANCUR!" Marah Juandra sembari melototi Biru.

Tubuh Biru bergetar hebat, jantung nya berdegup tak karuan..

"Tuan sabar, Biru masih kecil..." Suara bi Inah bergetar ia memandang tuanya yang tengah melototi Biru. bisa ia rasakan bagaimana takutnya anak yang berada di dekapannya ini..

"PUNYA OTAK ITU DI PAKAI! KAMU PIKIR GAMPANG NGERJAIN SEMUANYA! ENGGA! SUDAH CACAT,BODOH LAGI!"

srak

Juandra sentak tangan pak Topo ia segera naik ke kamarnya dengan membawa laptop nya yang basah..

"Astagfirullah tuan.." lirih pak topo..

"Biru?nak nafas pelan pelan ya.." Bi Inah mengelus pelan dada Biru,anak itu perlahan lahan mulai bernafas dengan tenang...

Suara mengi dari dada anak itu membuat sepasang suami istri ini menangis,anak sekecil Biru harus menanggung pil pahit di benci keluarga nya sendiri.

__

Kekacauan di ruang tamu tadi sudah selesai di bereskan.kini Biru tengah di obati oleh Bi Inah di kamar...

"ngik.. m-ma hiks m-aa ngik.." Tangan keriput pak Topo tak henti mengelus dada yang sedikit miring itu berkata bahwa semuanya akan baik baik saja...

Dada miring? Ya Biru terlahir dengan begitu banyak kekurangan. Lahir dengan penyakit asma juga kelainan pada dada dan suaranya membuat imunya cukup lemah.

Juandra tahu semuanya? Oh tentu saja tidak,saat sang anak lahir tanpa menangis ia tidak mau menggendong sang anak.setiap menantap Biru ia selalu jijik, keturunan Juandra harusnya sempurna tidak cacat.

"Sttt bobok nak.." Bibi mengecup pucuk kepala Biru,anak itu sudah terlelap beberapa menit yang lalu..

Lama kelamaan tangisan lirih itu berganti dengan nafas teratur Biru. Anak itu telah tertidur..

Bi Inah keluar untuk mengompres Biru yang panas..

"Pak ibu keluar dulu sebentar ya" sampai di dapur Bi Inah melihat Juandra yang tengah duduk di meja makan,ayah empat anak itu tengah menghisap batang nikotin nya..

Menyadari bahwa bi Inah di sana juga, Juandra mematikan rokok yang berada di tangannya...

"Bi, sedang apa?" Tanya Juandra. Bi Inah tersenyum sembari menyiapkan baskom berisi air juga kain..

"Air tuan, buat ngompres Biru tuan tadi panas bandanya." Mendengar jawaban bi Inah Juandra terdiam...

"Setelah kompres anak itu. Temui saya di ruangan saya sama pak topo ya bi." Juandra segera pergi dari sana meninggalkan bibi yang menatap punggungnya sendu..

BIRULARA (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang