Srak
Srak
Srak
Anak berbaju biru muda itu sedang menyapu halaman depan,kebun taman yang biasanya rapi kini berantakan semenjak di tinggal pak Topo.
Ya Biru tau alasan mengapa pak Topo dan bi Inah tidak ada,Juandra memecat mereka. Biru tidak tau alasannya apa tapi rasanya sakit sekali kala orang yang selalu ada untuknya kini tiba-tiba tidak ada.
Tapi ya sudah mau bagaimana lagi? Memangnya Biru siapa bisa marah dengan Juandra di beri tumpangan hidup di rumah mewah saja Biru sudah bersyukur, setidaknya Juandra masih sayang padanya. mungkin?
Biru kini tengah merapikan beberapa pot buah dan bungan yang tergeletak begitu saja bahkan banyak bunga dan buah yang pot nya pecah..
Mungkin karna Angin semalam? Mengingat semalam hujan, Biru jadi ingat hukuman yang di berikan Juandra padanya. Semalam dirinya di hukum karena dengan sembarangan memakan nasi bekas Bintang. Biru pikir Bintang sudah tidak mau makan nasi dengan kuah ikan kuning itu, makanya ia dengan cepat mengambil piring bekas Bintang lalu hendak ia cuci..
Baru tiga suap Bintang sudah menangis histeris mencari nasinya dan saat itulah Juandra menampar kuat pipinya hingga kini pipi kanannya terdapat lebam keunguan.bukan hanya itu di bagian dadanya juga ada beberapa bercak ungu yang muncul karena Laut yang memukuli nya..
Pagi ini Biru menyelesaikan tugas rumah dengan cepat. pagi pagi ia sudah menyiapkan sarapan lalu ia juga mencuci dan menjemur pakaian milik Juandra dan anak anaknya,mengepel dan menyapu juga sudah ia kerjakan. Setelah membereskan tampan nanti ia akan pergi ke perempatan lampu merah...
Ya lampu merah, Biru akan menjual koran atau tisu yang ia ambil dari mang toet. Tetangga nya yang juga berjualan koran,tapi sebelum kerumah mang toet Biru akan menunggu seseorang yang selalu menemani nya berjualan..
"Alhamdulillah sudah beres tinggal ganti baju aja deh.." Anak itu tersenyum manis tidak sabar menjual koran nya sudah lama Biru libur tidak menjual koran di karenakan sakit..
Setelah selesai berganti baju anak itu membawa selembar kardus yang terdapat tulisan " KORAN LIMA RIBU & TISU EMPAT RIBU" ia ikat kan tali agar memudahkan untuk di bapai di lehernya..
Kini ia sudah di depan rumah,tidak lupa menutup pagar yang menjulang tinggi itu. Biru edarkan pandangannya ke arah kanan jalan biasanya temanya itu akan muncul dari dalam gang tersebut..
"BIRU! AA DATANG!" Netra melebar senang kala anak seusia Laut dan Langit datang kepadanya dengan mengayuh sepeda tuanya..
"Nga! Ru ngu!" Orang yang di panggil AA tadi mengangguk sambil tersenyum,ia lalu turun dari sepeda nya lalu berkokok di depan Biru,sembari mengelus rambut anak itu sayang..
"Maaf ya ru lama ya nunggu? Tadi AA beli nasi dulu,buat makan nanti.." Biru mengangguk senyum ia kemudian menunjukkan sepotong kardus yang bertuliska "KORAN LIMA RIBU,TISU EMPAT RIBU" AA Asep tersenyum melihat tulisan berantakan milik Biru,tapi masih bisa di baca..
"Pinternya yuk berangkat.. sini naik" Biu duduk di depan AA Asep sembari memegang stang sepeda..
"SIAP BIRU?!" Seru Asep, Biru mengangkat tangan mungilnya tinggi tinggi "YAP!" Mereka pergi meninggalkan rumah Juandra dengan candaan Asep yang di tanggap dengan senyuman antusias Biru..
"Menyebalkan." .
:
:
:
:
:
Suata klakson mobil saling bersautan,dengan langkah riangnya Biru berjalan mengetuk setiap kaca mobil di sana.." Yan ak?" (Koranya pak?) Bapak yang di tawari menggeleng tersenyum yang di balas dengan senyuman juga oleh Biru. Biru melanjutkan jalan nya dengan senyuman manis yang berada di bibir mungilnya...
Warna hijau sudah menyala, kendaraan segera melaju menuju ke tempat nya masing masing..
"Biru sini istirahat dulu .." anak itu segera menghampiri Asep di bawah kolong jembatan. Asep tersenyum saat biru berlari kecil dengan kedua tangan yang penuh dengan koran dan tisu..
"Sini sini duduk.. habis berapa koran sama Tisunya?" Biru menunjukkan Korang yang masih banyak, sementara tisu tinggal 6 tadi ia bawa 10 tisu..
"Alhamdulillah nanti jam setengah tiga kita pulang ya?" Biru menganguk ia kemudian meminum air putih yang di bawakan Asep tadi. Asep juga tengah membuka nasi bungkus yang ia beli,lalu menyuapkan nasi itu kepada Biru...
Niat hati ingin pulang jam setengah tiga namun nyatanya kini mereka sampai rumah Biru setelah Maghrib. Ban sepeda Asep bocor membuat mereka harus mendorong sepeda ontel itu cukup jauh..
Asep sempat menawarkan agar Biru ikut tidur di rumahnya saja,namun anak itu menolak ia takut nanti Juandra akan mencarinya, walaupun itu mustahil..
Namun senyum Biru luntur seketika,saat rumah megah yang ia tapaki kini gelap.hanya lampu ruang tengah yang menyala remang remang.. dirinya mulai panik. Ayah kemana? Mereka semua kemana? Tubuh mungil itu mulai mengitari rumah berharap bahwa pintu belakang tidak di kunci...
Grek
Grek
Grek
Hiks..
Bibir mungilnya melengkung kebawah.semuanya di kunci.bahkan bagasi yang biasanya terbuka setengah kini sudah terkunci rapat..
"Hiks bibi hiks takut" Biasanya jika ia pulang kesorean ada ada pak Topo yang selalu menunggu nya di depan gerbang,ada bi Inah yang selalu menyiapkan air hangat untuk nya mandi tapi kini Biru harus menyiapkan semuanya sendiri.. ia bahkan lupa kapan terakhir kali mandi air hangat.
Langkah kecilnya ia bawa menuju teras depan,tidak ada kursi atau pun meja. Biru duduk selonjoran di depan pintu masuk dengan tubuh terlonjak sesenggukan, Bibirnya melengkung sembari mengeluarkan beberapa lembar uang recehan hasil jerih payahnya..
Dengan telaten anak itu menyusun uang receh sembari menghitung nya pelan..
Netra bulatnya tersebut cerah saat ia berhasil mengumpulkan dua puluh ribu dalam satu hari. Ini sudah lebih banyak dari hari hari biasanya,uang yang ia dapat akan ia simpan untuk meng ganti gelas yang pecah kemarin sore..
Hawa dingin mulai menyerang di ikuti dengan hujan yang cukup deras.Biru merapat dirinya pada pintu rumah sembari memeluk tubuh nya agar hangat..
:
:Sementara Juandra kini tengah menimang Bintang yang tengah rewel,anak itu sempat panas sehingga dengan cepat ia dan anaknya yang lain membawa Bintang ke rumah sakit miliknya. Hanya demam biasa tapi cukup membuat jantung Juandra berhenti satu detik..
"Eunghh a-ayah.." Bintang menduselkan wajahnya pada pundak Juandra yang dengan cepat ia timang..
"Ya nak? stt tidur ayah di sini.. ayah bersama Bintang .." tangan besarnya senantiasa mengelus punggung rapuh anaknya.. .
"Tidur ya sayang biar cepat sembuh hm.." Juandra memandang datar pada jendela besar yang menunjukkan cuaca di luar hujan deras...
Ia teringat dengan anak sialan itu,seingat nya semua pintu rumah ia kunci...
"Matipun aku tak perduli."
Hallo gyusss maaf ya
Update nya lamaa
Sehat sehat buat semuanya..Jangan lupa vote and komen yahhh!
Siu terimakasih!!!

KAMU SEDANG MEMBACA
BIRULARA (Hiatus)
Fanfiction"Biru bisa mendengar tapi tidak bisa bicara. kata mama,biru itu istimewa.. bicara saja harus menulis dulu.kalau pake bahasa isyarat Ayah bakal benci Biru." "SAYA TIDAK SUDI PUNYA ANAK BISU KAYAK KAMU! GARA GARA KAMU ISTRI SAYA MENINGGAL!" "Bisa ga...