2

37 6 15
                                    

"Gue baru tau kalau di culik bakalan di tempatin di kamar bagus" ucap Raka sebelum pintu kamarnya di buka oleh seseorang

"Akhirnya kamu bangun, kenapa tidak mati sekalian saja?" Ucap orang tersebut dengan pandangan tidak suka yang di arahkan ke Raka, Raka yang masih linglung menatap pemuda itu penuh heran

'ni anak sapa dah, kenal aja kagak, tiba-tiba pengen gue mati' batin Raka tak habis pikir dengan pemuda aneh di depannya

"Kenapa gak jawab? Udah bisu kamu?" Tanya pemuda itu

"Maap, anda siapa ya? Emang kita saling kenal?" Tanya Raka berusaha sesopan mungkin dengan pemuda di depannya

"Pura-pura gak inget? Gausah nyari perhatian deh" ucapnya jengkel

'lah si anjing, di tanyain baik-baik' batin Raka

"Saya beneran gak inget, suer" ucap Raka sembari memberi kedua jari (✌️), sementara pemuda itu memandang dari atas dan bawah seolah mencari tanda-tanda kebohongan

"Baik, kamu indonesia, anak haram yang seharusnya gak di lahirkan" ucap pemuda itu dengan nada merendahkan di warnai dengan nada sombong dan jijik

"Oh" balas Raka singkat, toh, yang di maksud bukan dia jadi tidak ada alasan untuk marah

Pemuda itu mulai jengkel dengan respon Raka, di karenakan kurangnya ekspresi yang di harapkan seperti biasa, akhirnya pemuda itu keluar kamar dengan rasa jengkel

Raka menoleh ke arah kaca "si goblok, bisa-bisanya gue yang ganteng jadi pendek gini"

"Emang paling bener kata emak, yang kek bajingan gak usah di ladenin, nanti cape sendiri" ucap Raka sambil tersenyum penuh kemenangan "eh- emak? OH IYA EMAK GUE GIMANA" Raka reflek mengingat sang ibunda yang terbaring lemah di rumah sakit

(⁠ ⁠╹⁠▽⁠╹⁠ ⁠)

Raka yang gabut di kamar, memutuskan berjalan-jalan sembari mencari tahu keberadaannya

Saat ingin melewati ruang tengah, ia mendengar suara tawa yang penuh kebahagiaan, malas mencari tahu, akhirnya Raka melewati ruangan itu untuk menuju dapur, di karenakan ia sedang lapar.

Tapi sayang, sial seribu sial menghampirinya. Pintu ruangan itu terbuka, memperlihatkan seorang pria yang baru saja membuka pintu "ku pikir kamu seharusnya sudah mati" ucap pria itu tanpa dosa.

'orang gue udh mati kok, keknya..' batin Raka, saat dia mengabaikan sepenuhnya pemuda di depannya, sebelum akhirnya Raka menatap orang di depannya dan mengangkat bahu

"Yntkts, mungkin takdir tuhan yang maha kuasa. Yang masih memberi kesempatan kepada manusia ini untuk hidup dan bernafas agar bisa merasakan serta menikmati makanan enak yang tersedia di bumi" ucap Raka panjang lebar dengan dramatis

"Cih, kamu memang tidak pantas hidup, tidak usah mencari belas kasihan" ucap pria itu

"Tuan yang saya tidak hormati dan tidak cintai, sesungguhnya hamba ini tidak mencari belas kasihan. Sungguh, hamba hanya mencari makan di karenakan hamba lapar, karena jika hamba tidak makan.." Raka berhenti berbicara, menggantung kalimatnya, pemuda di depannya a.k.a Thailand, memperhatikan dengan rasa ingin tahu, menunggu lanjutan kalimat sang manusia yang kelaparan itu

"TENTU AJA MATI, GOBLOK, MASA GITU AJA GAK TAU" ucap Raka tiba-tiba, seolah Kunti yang entah datang dari mana merasukinya, membuatnya teriak dengan bahasa aneh- orang gila baru di kerajaan

"Tentu saya tau, saya hanya tidak menduga kamu akan mengatakan itu" ucap Thailand di warnai rasa jengkel yang amat besar, ingin sekali rasanya ia memukul pemuda pendek di depannya sekuat tenaga

"Lah, masa tidak terpikir? Oh, apakah kamu bahkan belum mempelajari pelajaran dasar seperti itu?" Ucap Raka lancang, tak peduli kehormatan orang di depannya

"Berani sekali kamu-" sebelum Thailand sempat menyelesaikan kalimatnya, ia sudah di sela "ada apa ini?" Ucap seorang pria jangkung, yang cukup kekar a.k.a Asean

"Tidak ada apa-apa, hanya basa basi singkat" ucap Raka seolah tidak ada perbincangan panas di antara keduanya, mau tak mau, Thailand mengangguk setuju "ya.. itu yang terjadi"

"Tidak ada kebohongan?" Ucap Asean tegas dan berwibawa

"Tidak ada" ucap Raka dan Thai bersamaan

"Kamu mengikuti ucapanku!" Balas Raka tak terima ia mengatakan hal bersamaan dengan setan di sebelahnya

"Aku tidak mengikuti mu, sialan, kamu yang mengikuti ku!!" Bentak Thai kelas

"Tidak! Kamu!"

"Kamu!"

"Brengsek, gak usah bohong, kamu!!"

"Kamu, intinya kamu! Titik."

"Diam, kalian berdua" Raka dan Thai reflek terdiam mendengar suara Asean yang dingin.

Asean melirik ke arah keduanya, ia menatap Raka dengan penuh kebingungan 'bagaimana anak haramnya yang pemalu dan bahkan tidak pernah berani menatap siapapun mulai berani pada kakak-kakaknya?' mungkin begitulah isi batinnya

"Yo, anak haram-" sebelum Asean dapat menanyakan apapun, suara lain sudah terdengar ia..

-TBC-

why.. me? (Countryhuman/Countryhumans)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang