terima kasii yang sudah mau vote!
jangan sungkan untuk komentar ya ╥﹏╥ ♡anyway mungkin beberapa hari kedepan aku belum update lagi, tapi ada bonus diakhir ko hehe ͡°³ ͡°
⋇⋆✦⋆⋇
Chenle mengedarkan pandangannya ke kamar Jisung. Ia meletakkan alkohol itu pada satu meja pendek di lantai kemudian menatap satu figura. Chenle tersenyum kecil kala melihat foto Jisung kecil di sana. Memang yang namanya pubertas itu cepat sekali. Padahal dia masih ingat saat dulu Jisung dan dirinya masih berada pada bangku anak-anak.
Jisung itu cemen sekali, katakanlah.
Chenle pernah memergoki Jisung sedang dibully oleh beberapa teman sebayanya kala itu.
Iya, saat itu pertama kali Chenle dan Jisung bertemu. Pertemuan kala itulah yang membawa pertemanan mereka hingga bangku kelas tiga sekolah dasar sebelum Chenle ikut dengan kedua orangtuanya ke kota besar.
Dulu Chenle tinggal bersama neneknya di kota kecil, lebih ke arah kabupaten tepatnya. Ia memang sedari bayi sudah dititipkan di tempat neneknya berada. Namun setelah dia kelas tiga, neneknya meninggal dan kedua orang tuanya pun akhirnya menjemputnya. Karena itulah saat menjelang remaja Chenle sama sekali tidak akrab dengan orang tuanya. Bahkan ketiganya tidak dekat sama sekali.
Orang tua Chenle sibuk bekerja, keduanya sama-sama sibuk dan alhasil Ayahnya ketahuan selingkuh dan Ibu Chenle pun selingkuh juga. Keduanya seperti balas dendam, mementingkan egonya masing-masing tanpa memikirkan anak tunggal satu-satunya yang sudah mereka buat.
Chenle itu dididik keras sekali. Sedari kecil ia harus sempurna di mata orang tuanya. Chenle mungkin dulu memaklumkan karena ia adalah anak lelaki satu-satunya, ia sudah berpikir bahwa ia harus membanggakan kedua orang tuanya. Namun, setelah ia beranjak dewasa pikiran itu sirna.
Chenle sudah muak. Ia muak karena tidak ada yang pernah menanyakan bagaimana keadaan dirinya saat ini. Kedua orang tuanya telah termakan ego masing-masing. Chenle harus apa kala melihat kedua orang-tuanya tidak bercerai namun tidak satu rumah?
Chenle harus apa kala melihat kedua orang tuanya sibuk membawa pasangannya masing-masing tanpa embel embel perceraian?
Lalu Chenle harus apa lagi kala melihat kedua orang tuanya tidak pernah sedetik pun melirik kehadiran dirinya?
Chenle kalah. Katakanlah ia kalah dengan semua rasa sesalnya terhadap kedua orang tuanya. Ia kalah dengan rasa harap karena berpikir ia hanyalah sebuah benalu di antara orang tuanya. Chenle kalah.
Ia kalah telak.
Dan dengan seluruh rasa sesaknya kala itu. Ia lebih memilih untuk pergi dari rumah. Memilih untuk mundur dari rasa semu yang sudah dinanti nantikan hadirnya, maka sekali lagi ia lebih memilih menyerah.
Dan dengan seluruh sisa yang ia punya. Ia pergi untuk mengubur mimpinya. Ia mengubur mimpi memiliki keluarga yang harmonis dan ceria. Chenle mengubur dalam-dalam rasa itu.
Sekarang, ia tidak menyesal sama sekali karena menemukan harapan satu satunya.
Teman semasa kecilnya. Teman yang dulu selalu ada untuk dirinya. Teman yang selalu ada dan selalu bersama. Teman yang dekat melebihi kedekatannya dengan manusia apapun,
KAMU SEDANG MEMBACA
Sin Cos Tan [JiChen]
FanficChenle, pemuda yang berpindah kos karena terlibat selisih di rumahnya itu kini mendapati teman semasa kecilnya yang ternyata juga satu kos dengannya. Alhasil, sekarang ia harus bahagia atau sedih? Sin Cos Tan ●○●○●○●○ Sini (ke) Cosan (Aku) Tangen...