Bab 1

142 13 0
                                    

"Selamat pagi semuanya!"

"Pagi dek"

Tia Valery Ananta, atau kerap dipanggil Tia dalam lingkungan kehidupan sehari-harinya. Gadis itu menyapa kedua saudarinya yang telah hadir lebih dahulu di meja makan dengan penuh semangat, lanjut mmemberikan kecupan pada kedua sisi pipi masing-masing kakaknya tersebut. Lalu mengambil posisi duduk pada kursi yang terletak disisi kiri sang kakak pertama, karena pada sisi kanan telah di tempati oleh kakak keduanya.

"Semangat banget pagi ini"tutur kakak pertama yang sedang mengisi piring dihadapan Tia dengan menu sarapan mereka pagi ini, nasi goreng.

"Harus dong, hari pertama ngampus setelah masa libur panjang hehehe..."ujar Tia sambil menatap kakak tertuanya,Gre Ananta.

"Nah gitu dong, mau ngampus memang harus full semangat"tutur Gre.

"Halah,palingan cuma seminggu ini aja semangatnya hidup. Minggu depan pasti udah mulai ngeluh lagi sama kuliah"

Tia yang awalnya berwajah cerah deketika langsung menngumah mimik wajahnya, menatap sinis pada kakak kedua yang duduk di seberang dan tepat berhadapan dengannya
"Kakak punya dendam apa sih sama  Tia, ayo jujur. Setiap Tia mode positif, malah diserang mulu heran deh"ujar Tia kepada kakak keduanya,
Sagita Ananta alias Gita.

Gita mengangkat bahunya dan memasang ekspresi cuek,
"Hanya memaparkan fakta"tutur gadis bermimik lempeng itu.

"Dih!"Tia.

"Sudah cukup, ayo habiskan makanan kalian cepat. Jangan sampai kita terlambat memulai aktivitas masing- masing hanya karena pertengkaran sepele dari kalian berdua"Gre sebagai yang tertua memberikan arahan kepada dua adiknya itu.

Di tengah aktivitas ketiga bersaudari itu, terdengar suara langkah kaki mendekat. Semua yang ada di meja makan secara spontan menghentikan aktivitas dan mata masing-masingg sama sama melirik kearah datangnya suara tersebut.
Tak lama terlihat seorang gadis lain yang lebih muda dengan mengenakan seragam SMA lengkap dengan tas sekolah yang bertenggger di punggung. Gadis itu berhenti sejenak tepat di dekat  meja makan, ia kemudian membungkukkan badannnya sejenak kearah tiga perempuan lain d meja makan dan kemudian meneruskan langkahnya menuju kearah dapur tanpa menatap satupun dari mereka.
Dan apakah ketiga perempuan lain di meja makan peduli tentang bagaimana gadis SMA yang baru membungkuk sejennak kepada mereka sebelum berlalu pergi dari sana itu tak ada menatap satupun dari mereka dengan benar? Tidak, ketiganya malah lanjut dengan aktivitas sarapan mereka seperti biasa.

Gadis dengan seragam SMA itu meneruskan langkahnya menuju ke dapur, sesampai di dapur hal pertama yang dirinya temukan adalah melihat 4 orang wanita dengan pakaian pelayan tengah makan bersama di meja dapur. Gadis tersebut melewati meja itu dan menghampiri lemari tempat penyimpanan berbagai macam bahan makanan di dapur, ia membuka pintu salah satu bilik lemari dan kini menatap isi bilik tersebut seolah memilih mana yang hendak di ambil olehnya.
Disisi lain, para pelayan yang menyadari kehadiran gadis berseragam SMA itu langsung saling melirik satu sama lain. Dan kemudian salah satu dari mereka beranjak dari meja, menuju kearah kompor. Pelayan itu mengambil teko yang biasa digunakan untuk memanaskan air, mengisi takaran sekitar dua gelas air bersih ke dalamnya dan kemudian ditaruh di  atas kompor yang telah dinyalakan apinya. Setelah melakukan pekerjaan itu, pelayan tersebut kembali ketempatnya semula untuk lanjut makan bersama rekan-rekannya sesama pelayan.

Sedangkan si gadis SMA kini nampaknya telah menentukan pilihan, tangan gadis itu terulur menjangkau sebuah mie cup di dalam bilik lemari dan pintu dari lemari itu di tutup rapat kembali. Sedangkan dirinya kini membawa mie cup tersebut menghampiri teko yang telah disiapkan oleh pelayan barusan.

Semua aktivitas yang gadis SMA itu lakukan dengan mie cup itu, terus diperhatikan secara diam-diam oleh keempat pelayan yang ada disana.
Mulai dari gadis itu membuka sebagian tutup dari mie cup, mematikan kompor karena air di dalamnya telah mendidih, sampai saat gadis itu menuangkan air panas dari teko ke dalam cup mie.Semuanya berakhir saat gadis SMA itu menghampiri meja dapur tempat mereka, lalu mengambil posisi duduk disalah satu dari dua bangku kayu yang tersisa.Suasana yang tadi hening semenjak kehadiran si gadis disana kini menjadi semakin hening, tak satupun dari keempat pelayan itu berani membuat suara, mereka seolah-olah takut membuat si gadis SMA terusik.
10 menit telah berlalu dan kini anak SMA itu telah beranjak meninggalkan dapur seusai membuang bekas cup mie, dan juga mencuci gelas yang di pakai lalu ditaruh ke rak gelas. Selama  berada di dapur, gadis itu benar benar tak bicara sedikitpun.

"Kenapa tak ada satupun dari kita yang berniat menawarkan makanan yang kita masak kepada nona muda ya?"Pelayan 1.

"Bukan tak ada yang berniat, tapi mengajak nona muda bicara itu selalu butuh nyali besar"Pelayan 2.

"Benar sekali, auranya itu loh. Walau dalam hati nggak tega ngeliat nona muda cuma makan mie cup saja, bukan hari ini saja lagi yang kayak gitu"Pelayan 3.

"Harapan kita cuma nunggu mbok Marni selesai cuti di kampungnya saja. Lagi pula diantara kita berlima sebagai pelayan di rumah ini, cuma mbok Marni saja yang cukup mampu berinteraksi dengan nona muda. Kalau kita berempat mah, selain mental kita juga agak kurang kalau soal nona muda, nona mudanya juga kemarau banget merespon kita"Pelayan 4.

Gadis dengan seragam sekolah SMA itu kini sudah berada di depan teras, menunggu kedatangan supir yang bertugas mengantarnya.

"Maaf non, mamang agak lama"seorang laki-laki paruh baya berpakain seragam khas supir datang dengan tergesa-gesa. Si gadis hanya menganggguk singkat sebagai reaksi, lalu masuk ke dalam mobil dan mengambil posisi duduk dibarisan kursi penumpang. Mang supir juga turut menyusul ke dalam mobil, beliau tak mau nona muda itu semakin menunggu lama dan malah berakhir telat sampai ke sekolah.

Mobil itu mulai terlihat bergerak menjauh meninggalkan rumah mewah itu dan kini melewati gerbang pekarangan.

Grief(Orine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang