Chapter 2.

175 21 2
                                    

Pov author.

--

Brak!

Bruk!

"BANG AZEE!!, HAPUS GA TU FOTO!!" Teriak pemuda beriris silver.

Gubrak!

"Hosh..hosh.., akhirnya ketangkep juga hah..ha.." ucap pemuda itu sambil mengatur nafasnya.

Lantas, tanpa basa basi Solar, pemuda itu, langsung menghapus fotonya yang memperlihatkan dirinya yang kotor akibat terkena lumpur kemarin.

Wait, kok bisa?

Flashback:

Saat (Name) dan Duri mencari Solar ke belakang sekolah di karenakan perasaan Duri yang tak enak. Saat itu, saat mendengar ucapan Duri yang ia merasakan firasat yang tak enak tentang Solar, (Name) langsung berfikir negatif tentang adiknya itu.

'apa ia di bully lagi?'

Tapi, nyatanya perasaan Duri saat itu salah.

Saat itu, antara perasaan lega dan ... 'hah?'.

"Solar?" Panggil (Name).

Indra pendengar Solar yang mendengar adanya sebuah suara di tengah-tengah kesepian di belakang sekolah hari itu membuatnya kaget dan terhentak, syukurlah tidak sampai jatuh. Lalu ia berpaling dari tanah yang lembek itu menuju ke sumber suara.

"Astaghfirullah kak, kakak ngagetin aku tau" ucap Solar dengan wajah yang di buat-buat seolah cemberut.

"Hah, la kamu nya lagi ngapain, apa yang kamu cari di lumpur begini Solar?, cacing?, kuman?" Tanya (Name), Duri yang berada di samping nya pun hanya menahan tawa nya dengan menutup mulutnya rapat agar tidak tertawa lepas.

Jelas Duri tertawa lepas, soalnya, Solar yang terkenal sangat menjaga kebersihan sejak dini itu mendadak mencari sesuatu di tanah yang lembek begini, lumpur. Apalagi baju dan celana Solar terkena lumpur agak banyak, dan wajahnya juga terdapat lumpur.

Tapi usaha Duri kali itu tak berhasil, tawanya pecah.

"Pfftt-, HAHAHA!!, LIAT TU MUKA DAN WAJAH KAU SOLAR!, LUMPURR" ejek Duri.

"Hish-, aku rela begini karna sedang mencari sesuatu, kalo bukan karna itu, aku juga ga bakal mau kayak gini" jawab Solar dengan muka kesal.

"Emangnya kamu nyari apa Lar?" Tanya Duri kembali dengan ekspresi bingung yang ... imut, pake banget. Sampai (Name) yang berada di samping Duri gemas melihat ekspresi adik ke-6 nya itu.

'Ya Allah, adik nya siapa sih ini??, kok imut bangetzzz!'

"Nyari-" ucapan Solar terpotong Karna tetiba (Name) menarik kerah baju Solar dan menyeretnya keluar dari lumpur itu.

"Udh jam segini, ayo pulang" ucap (Name) yang kembali menetralkan ekspresi nya, lalu pergi meninggalkan ke dua adik bungsunya.

Off

Mari kita kembali ke keadaan sekarang.

Gempa yang baru saja selesai menjemur pakaian bersama dengan Duri terlihat kebingungan saat melihat Solar yang di penuhi oleh keringat dan Blaze yang ditatap maut oleh (Name) dan juga Halilintar.

"Ada apa ini?" Tanya Gempa dengan muka bingung.

"Ah, GemGem, itu..anu..tadi.." ucap Taufan terbata-bata.

"Tadi kenapa kak Fan?"

"Blaze kemarin ngefoto Solar waktu penuh lumpur, terus hari ini ketahuan si Solar, setelah itu mereka kejar-kejaran" jelas (Name) tanpa basa-basi.

"Solar Blaze, ayo ikut abang ke kamar" ucap Gempa dengan senyuman khasnya -senyuman maut.

Semua insang yang mendengar suara Gempa itu langsung bergidik ngeri dan langsung berdoa untuk keselamatan mereka semua, apa lagi Solar dan Blaze yang belum apa-apa sudah mandi keringat. Baju kaos oblong oren dengan gambar bola punya Blaze yang di pakai sekarang sudah basah, padahal sebelumnya masih kering sentosa.

Gempa langsung menyeret adik pertama dan terakhir nya itu ke dalam kamarnya.

'Semoga mereka berdua di berikan keselamatan dunia akhirat' ಡ⁠ ͜⁠ ⁠ʖ⁠ ⁠

--

Pukul 13.30

Siang hari. Setelah di omelin oleh Gempa, Solar dan Blaze, yang Alhamdulillah nya selamat dari hukuman Gempa karna (Name) memaksa Gempa agar tidak memberi mereka hukuman pun memasuki kamar masing-masing dan tidur siang.

(Name) Yang memang sedang tidak mengantuk memutuskan untuk membaca buku saja di ruang keluarga.

Saat sedang asyik-asyiknya membaca, ia di kejutkan dengan keberadaan Halilintar yang juga sedang membaca buku di sofa keluarga, di sampingnya.

"Li?, sejak kapan kamu ada di sini?" Tanya (Name) sambil menetralkan ekspresi wajah nya.

Halilintar yang merasa di panggil pun menjauhkan buku yang sedang di baca ya dan menaruhnya di meja, lalu menoleh ke arah kakak satu-satunya itu.

"Udh dari 20 menit yang lalu" jawab Halilintar santai dengan nada khas nya.

"Hah?, masa sih, tapi kok kakak ga ngerasain hawa-hawa manusia?, kakak sadar ada kamu itu waktu kakak noleh dikit ke sebelah, eh ternyata ada kamu" ucap (Name) lalu menghela nafas sebentar. "Apa jangan-jangan kamu bukan manusia Li?" Ucap (Name) dengan nada mengejek, Halilintar yang mendengar kalimat yang di lontarkan kakak nya itu pun hanya bisa pasrah. (Name) Yang melihat wajah pasrah adik pertamanya itu pun menahan tawa nya.

"Kak"

"Ya?"

"Kakak kok bisa mendapat pekerjaan semudah itu, dalam 1 bulan lagi" tanya Halilintar sambil membaca bukunya kembali.

"Ah...itu.." (Name) menggaruk-garuk pipinya yang tak gatal menggunakan jari telunjuk kanan nya, "kakak kerja di cabang perusahaan ayah lah, di mana lagi?" Ucap (Name) tanpa mengalihkan perhatiannya kepada Halilintar yang sedang membaca buku.

"Sebagai? Bos?"

"Ha, ya enggak lah, nanti ketahuan lagi"

"?"

"Haish, gini, sebelum kakak pindah ke sini kakak udh nelfon uncle Macha untuk memasukan kakak ke cabang perusahaan ayah yang berada di dekat sini"

"O"

"Kau mau kemana?" Tanya (Name) ketika melihat adiknya itu berdiri dari tempat duduknya, "pergi ke kamar".

(Name) Berdiri dari tempat duduknya dan sedikit mendekat ke adik pertamanya itu, lalu tangan kanan nya terangkat dan mengelus rambut lembut berwarna coklat dengan beberapa helai rambut berwarna putih itu dengan sedikit kasar.

"Dahh, kakak juga mau balik" (⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)

•////•

-

Kakak Perempuan?||Onee-san?|| Boboiboy Elemental's x Reader(Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang