[12] GADIS YANG BERBEDA

140 121 5
                                    

Dia berbeda, berbeda dengan gadis lain. Menurut gue, senyuman lo terlalu manis. Setiap hari, gue harus selalu hadir ngeliat senyuman lo seperti absen kelas yang terus berjalan. Munkin kalau sekolah, gue pernah alpa. Tapi kalau alpa ngeliat senyuman lo? Kayaknya gak bisa.

-BIMA RAYDEN MAHENDRA-

07:30

"Eka, besok bawa bekal yuk!" ajak Feby dengan senyuman lebar.

"Ih feby. Kayak anak kecil tau gak," gerutunya.

"Ih kata siapa? Coba deh, lihat anak-anak kelas sebelah banyak tuh yang gak malu bawa bekal."

"Emang iya?"

"Iya Eka..."

"Yaudah deh..."

"Yes! Syin, lo mau gak bawa bekal?" seru Feby. Syinta mengangguk pelan, membuat Feby tersenyum sangat lebar.

"Oh iya, nanti pulang sekolah, gue bikin grup khusus kita bertiga ya!?"

"Okay!"

Tak sengaja, Feby melesatkan matanya kepada Nicol. Pemuda itu terus saja menggoda para gadis di kelas, membuat Feby sangat geram kepadanya.

"Dasar buaya darat!" umpat Feby, membuat Eka dan Syinta melirik gadis itu secara bersamaan.

"Hai cantik. 08 berapa?" godanya meminta nomor whatsapp.

Gadis yang dimintai nomornya itu langsung saja memberikan nomor whatsappnya kepada Nicol.

"Jangan lupa di save ya? Cantik. Kasih nama abang Nicol aja atau sayang juga boleh," goda Nicol sambil cengengesan.

"Najis! Sok ganteng banget, mukanya aja pas-pasan," cibir Feby yang geram melihat Nicol menggombal gadis itu.

"Feby? Kamu kenapa?" tanya Syinta terheran-heran.

"Eh Syin. Gapapa kok," Feby cengar-cengir sendiri.

Eka tertawa seperti orang kesurupan.
Semua mata langsung tertuju kepada ketiga gadis ini. Syinta yang sadar, seketika merasa malu dan menarik lengan Eka.

"Woi! Berisik banget lo pada," teriak Nicol, membuat Feby beranjak dari kursi.

"Apa lo! Dasar buaya darat," cemohnya.

"Idih... iri bilang dek!" teriak Nicol lebih keras, membuat tanduk Feby berdiri.

"Oh. Berani lo sama gue!?" serunya tidak mau kalah.

"Berani lah! Gak ada sejarahnya seorang Nicol takut sama cewek," ucapnya sambil cengengesan.

Saat ingin adu mulut lebih panjang lagi bersama Nicol, Syinta langsung menarik lengan Feby agar kembali duduk dibangkunya.

"Awas lo nanti!"

"Bodo amat!"

Kring... Kring... Kring...
( jam pertama sudah dimulai)

"Eh-eh! Guru datang!" Seru siswa itu berlari duduk dibangkunya.

Pak Andi pun memasuki kelas bersama Shandy dibelakang yang membawa setumpukan buku paket.

"Assalamualaikum."

"Walaikum salam!"

"Anjay! Shandy nih bos," seru Nicol, Pak Andi langsung menatap tajam.

"Mampus lo!" ledek Feby, membuat Nicol memutarkan bola mata malasnya.

"Feby... jangan terlalu berisik," tegur pak Andi.

DEWARA THE SERIES (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang